Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Pentigraf

Air Mataku

Pentigraf: Yant Kaiy Tak ada niat secuil pun untuk meyakitinya. Karena dulu aku pernah merasakan betapa pedihnya orang teraniaya. Tidak mudah menghapus jejak pengkhianatan itu. Aku tertatih berjuang seorang diri, memprogram ulang konsep pendamping hidup sesuai perasaan. Mungkin dari sebagian orang menganggap hal ini sudah lumrah. Tapi bagiku tidak. Karena aku tulus mencintainya. Akhirnya aku terdampar di pangkuan gadis biasa-biasa saja. Mungkin boleh dikatakan tergolong miskin untuk ukuran di lingkungannya. Kualitas keimanannya lumayan. Taat beribadah. Meski demikian, ia tidak pernah mengguruiku dalam soal berbakti terhadap Tuhan. Di sisi lain, ia tak pernah mendikteku. Walau jarang bertemu karena aktivitasku super sibuk, kami selalu berkomunikasi via sosial media. Menginjak masa pertunangan, ia raib bersama lelaki lain.[] Pasongsongan, 3/1/2022

Bebas Lepas

Pentigraf: Yant Kaiy Harta melimpah hasil kerja keras. Wajah cantik meski tanpa make up. Nama masyhur ke seantero dunia berkat karya-karyanya di dunia musik. Pergaulannya dengan kaum jetset, pengusaha sukses, selebriti, pesohor media televisi tanah air. Walau tidak lupa daratan, kehidupan Tonah berubah drastis. Gadis kampung itu mudah beradaptasi dan pandai membawa diri. Pelan tapi pasti, sikap sombong Tonah mulai menghinggapi gaya bicaranya. Ia pun hanyut meninggalkan pernak-pernik tradisi warisan nenek moyangnya yang dijunjung setinggi langit oleh masyarakat luas di tanah kelahirannya. Apalagi setelah Tonah menjadi istri gelap orang bule. Ketika namanya tenggelam, sebagian penggemar Tonah berpindah ke lain hati, ia tak berkutik. Gadis berusia kepala tiga itu berusaha sekuat tenaga mengembalikan semuanya, tapi tidak bisa.[] Pasongsongan, 25/12/2021

Berserah Diri

Pentigraf: Yant Kaiy Setiap insan di alam fana ini tentu tidak ingin cintanya diduakan. Tidak terkecuali aku. Selalu berusaha menyembunyikan gejolak marah. Mungkin itu yang terbaik agar keharmonisan rumah tanggaku terpelihara. Aku mengimpikan ketiga anakku tumbuh sempurna. Tak terganggu lahar dendamku, mengalir deras ke sekujur raga. Tiada kehendak menanyakan tentang hubungan gelap suamiku. Walau kabar diluar santer menghias sudut-sudut perkampungan tempat tinggalku. Bahkan mulai banyak saran tersaji; ada yang baik, ada pula yang negatif. Terus saja aku bergeming. Tak goyah diterpa sakit hati dan kecewa membuncah. Setiku tak berbuah manis. Pengorbananku tersia-siakan.[] Pasongsongan, 23/12/2021

Takluk di Kakinya

Pentigraf: Yant Kaiy Aku dari keluarga terhormat. Kekayaan kedua orang tuaku dari jerih payahnya. Ketekunan, kegigihan dan kejujuran merupakan beberapa bagian penting dari mereka meraih sukses. Semua yang aku butuhkan tercapai, yakni bisa meraih gelar S-2 di salah satu negara di Eropa. Pulang ke tanah air, aku menjadi pengusaha muda. Kesibukanku tak terelakkan. Apalagi aku harus berani mengambil keputusan krusial dalam memenangkan persaingan. Tak jarang pula aku harus berani berspekulasi. Diusia kepala tiga lebih, hatiku terpikat pada seorang pemuda penjual bakso langganan ibuku di warung seberang jalan. Dia menggantikan ayahnya karena sudah berusia lanjut. Dia yang mengantarkan bakso ke rumah ketika kami membelinya. Yang membuatku terpesona padanya lantaran matanya tidak jelalatan meskipun aku mengenakan celana pendek dan T-shirt ketat. Pandangannya ditundukkan. Sikap hormatnya tidak berlebihan, tidak terkesan dibuat-buat.[] Pasongsongan, 22/12/2021

Belajar Kembali

Pentigraf: Yant Kaiy Tidaklah lama kemulusan karierku meroket mulus sesuai harapan. Bergelimang kemewahan dan puja-puja dari sekian banyak sahabat seperjuangan di kampung. Tak mau bergantung terus pada perusahaan tempatku bekerja, mencoba berani mandiri di jalur yang sama. Ternyata bisa. Tidak berhenti di situ. Karena hidup haruslah terus bergerak. Merangkai segala program terbaik untuk bisa mempertahankan posisi terbaik. Seiring itu pula kekayaanku melimpah. Di mata orang banyak aku dijuluki wanita tangguh lantaran unggul melewati para pesaing. Dibalik bunga-bunga keberhasilan tersimpan kerontang air cinta dari seorang perjaka. Bukan tidak ada pria mendekat. Tapi aku ragu, apakah ia tulus mencintaiku? Jangan-jangan hanya tertarik kekayaanku.[] Pasongsongan, 21/12/2021

Elegi Galau

Pentigraf: Yant Kaiy Hidup selalu berganti. Tak ada yang pasti. Jangan terlalu diambil hati ketika kegagalan menghampiri. Kira-kira begitu saran para sahabat sejati. Aku menganggukkan kepala saja. Kadang orang mudah memberi saran. Namun ia takluk tatkala ketiban persoalan sendiri. Sudah banyak contohnya. Berbagi masukan terhadap sesama tentang keluh kesah amat penting. Semua bertujuan mencairkan kristal beban hidup. Aku tak dapat memungkirinya. Yang jelas aku tak pernah mau menelusuri siapa si pembuat biang kerok. Karena takkan bisa menyelesaikan masalah.[] Pasongsongan, 19/12/2021

Bukan Pengemis

Pentigraf: Yant Kaiy Senantiasa mempertahankan diri dalam kehormatan adalah sikapku terhadapnya. Kendati hal itu bertolak belakang dengan hakikat hidupku. Karena niat hati bukan ingin mengemis sesuap nasi kepadanya. Kuinginkan dia membayar atas hasil karyaku. Puas, tidak kecewa. Dari sisi keuangan keluarga, kebutuhan hidup serba pas-pasan. Untuk apa menggadaikan harga diri, lebih baik bermunajat kepada Tuhan. Bukankah Dia Maha Pemberi segala apa yang dipinta hamba-Nya. Aku menjalin kerja sama dengan perusahaannya tidak hantam kromo mengejar keuntungan materi. Jadi aku merasa tak terbebani sedikit pun. Kalaupun nanti dia memutus hubungan kerja, aku yakin masih terbentang luas harapan lainnya.[] Pasongsongan, 19/12/2021

Terkubur Bersama Waktu

Pentigraf: Yant Kaiy Tak pernah terpikirkan kepergiannya menatalkan beraneka perih tak berpantai. Berkolam-kolam air mata mengalir di pangkuan anak-anak tercinta. Sikap mau menang sendiri, tak mau kalah meski di posisi salah. Lebih parahnya lagi, dia melakukan perbuatan terlarang menurut ajaran agama. Aku memutuskan meninggalkannya. Anak-anakku tanpa dipaksa ikut bersamaku. Dia berpetualang bebas kemana suka. Kendati demikian, aku kerapkali mendoakannya agar selamat sepanjang hidupnya. Benakku bertempur antara masih menyayanginya dengan kebencian atas tingkah lakunya. Kutaburkan bunga di pusaranya. Kupanjatkan doa agar berada di surga-Nya.[] Pasongsongan, 19/12/2021

Terlanjur Merindukannya

Pentigraf: Yant Kaiy Sudah lama aku mengenalnya dalam kegiatan keorganisasian. Aku menganggapnya tidak ada nilai lebih darinya. Gaya bicaranya tidak menonjol dibanding yang lain. Tak ada ide brilian dalam setiap sesi serap aspirasi. Tapi di tangan dia seluruh program kerja organisasi terealisasi amat baik. Rupanya dia lebih suka bekerja di belakang layar. Aku pun mulai kepincut padanya. Sikap bersahajanya membuatku jadi merindukan dia. Suatu ketika aku bertandang ke rumahnya. Aku hendak meminta bantuan menyusun anggaran belanja. Aku tersentak kaget. Dia rupanya telah punya anak dua.[] Pasongsongan, 18/12/2021

Peluang

Pentigraf: Yant Kaiy Kami sama-sama mempunyai kesibukan di tengah kebisingan kota Jakarta.   Kesempatan tidak datang untuk kedua kali. Aku senantiasa memanfaatkan banyak hal agar tidak ketinggalan kereta. Seperti hari ini, aku meluangkan waktu ingin bersamanya di ujung pertemuan sore. Walau dia tidak mengikrarkan ayat-ayat cinta, tapi aku sangat merindukannya jika saling berjauhan. Detik demi detik berlalu dia tidak berkata apa-apa saat aku meminta penjelasan tentang kelanjutan cinta kami. Kutatap matanya dalam. Dia bergeming. Kupegang jari-jemarinya. Ia menarik nafas berat. Yang kutahu dia punya tanggungan di kampung halamannya. Kedua orang tuanya yang tidak bekerja lagi. Ketiga adik perempuannya masih membutuhkan biaya pendidikan. Aku menganggukkan kepala tatkala dia siap menikahiku dengan satu syarat, kami akan bersama-sama menuntaskan perkuliahan ketiga adiknya.[] Pasongsongan, 18/12/2021

Cemburu Berat

Pentigraf:Yant Kaiy Kalau bukan karena dia, mungkin telah kutinggalkan salah satu bagian rencana masa depanku. Rencana jangka panjang, tentang cinta dan kesetiaan. Sebelum terlambat, takkan kubiarkan penyesalan menghampar diantara sungai ketulusan. Kegagalan hal biasa terjadi di alam fana ini. Kadang menjadi pil pahit, tak jarang pula menjadi luka menganga. Bervariasi. Mencari titik permasalahan adalah hal bijak yang dapat kulakukan. Kutak ingin terkapar dan tidak bisa menikmati sisa hidup ini. Dia memang bukan milikku seutuhnya. Namun karena dia hidupku jadi begitu bermakna. Cinta dia masih tersisa untuk yang lain. Demikian aku.[] Pasongsongan, 17/12/2021

Antara Cinta dan Kehormatan

Pentigraf: Yant Kaiy Entah kenapa aku sulit jatuh cinta terhadap lelaki. Ada ketakutan. Bimbang membuncah. Meski aku memiliki nilai lebih. Wajahku cantik berkulit kuning. Tubuhku atletis karena aku rajin berolahraga. Pola makan empat sehat lima sempurna senantiasa terjaga. Aku owner dari tujuh apotek di kota berbeda. Ada tiga tempat wisata yang kubangun dari dana pribadi, hasil kerja kerasku. Sedangkan orang tuaku mewarisi rumah sakit swasta. Aku lulusan terbaik disalah satu universitas luar negeri. Aku bisa berkomunikasi dalam lima bahasa asing. Pergaulanku dengan orang-orang penting di negeri ini. Termasuk pengusaha kaliber international. Namun tetap saja, aku kebal terhadap kalimat romantis mulut lelaki. Sulit mempercayai siapa pun. Kecuali kedua orang tua. Saat usia menginjak 34 tahun. Aku terpesona pada sikap bersahaja sopir pribadiku. Anak pembantu rumah tangga di rumahku. Jujur, tidak menganggapku seperti dewa.[] Pasongsongan, 16/12/2021

Tangan Lembut

Pentigraf: Yant Kaiy Debur tidak berdaya ketika perusahaan menerbitkan keputusan sepihak. Dirinya dikeluarkan tidak terhormat. Ia melangkah gontai keluar dari gudang, tempat dirinya menyambung hidup sebagai pekerja kasar. Padahal Debur tidak merasa berbuat salah. Ia masih belum terbukti sebagai pencuri atas barang yang hilang. Tidak sampai sebulan perusahaan memanggilnya kembali untuk bekerja. Namun Debur menolaknya. Baginya harga diri itu nomor satu. Lagi pula ia sudah membuka toko sembako di rumanya. Kenangan pahit satu tahun lalu ternatal kembali tatkala Tonah datang padanya. Tonah adalah anak bos perusahaannya. Ia menjanjikan posisi lebih baik dan gaji tinggi. Gadis anggun itu tak menunggu jawaban Debur. Tangan mulusnya menyalaminya. Ada getar menjalar ke sekujur tubuhnya.[] Pasongsongan, 14/12/2021

Demi Kebahagiannya

Pentigraf: Yant Kaiy Bukan prinsipku memaksakan kehendak hati terhadap gadis pujaan. Aku lebih suka mengalah meskipun posisi diri benar menurut norma kemanusiaan. Beberapa mantan pacar kuikhlaskan pindah kelain hati kalau merasa sikap setiaku tidak membuatnya nyaman. Buat apa tetap bersamanya jika derita menguliti ketenteraman batin. Hidup adalah pilihan. Semua bergantung mood. Ketika kujatuhkan pilihan, tapi dia menolaknya, kutinggalkan dia. Masih banyak bunga di taman bermekaran. Tak ingin membuang-buang waktu. Hidup hanya sebentar di alam fana ini. Kalau ada yang mudah, buat apa mempersulit diri. Semua bikin sakit hati nantinya. Saat ini dia menerimaku apa adanya. Memohon kepada-Nya supaya perkawinan kami tidak kandas kembali.[] Pasongsongan, 12/12/2021

Tak Terhalau

Pentigraf: Yant Kaiy Baru kali ini Debur jatuh cinta mati terhadap janda anak satu. Siang-malam alam pikirannya tertuju padanya. Walau Debur hanya tahu lewat foto yang terpampang disalah satu sosial media. Tapi bayang wajah dia tiap detik menghias kelopak matanya. Untuk mengobati gejolak hatinya yang menggelegak, Debur menghubungi sang wanita pujaan via sosial media. Tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Dia masih ingin tetap sendiri. Tidak ada potongan alasan darinya. Debur tidak sakit hati. Tidak pula kecewa terhadap keputusan darinya. Debur tidak menyerah. Segala upaya dilakukan. Ia punya waktu tiga bulan sebelum hengkang dari bayang-bayang dia.[] Pasongsongan, 12/12/2021

Berkelit

Catatan: Yant Kaiy Keberhasilan seseorang bukan hanya diukur dari banyaknya duit. Masih ada beberapa bagian lagi bahwa seseorang itu sukses. Tapi bagian-bagian itu seolah lepas dari bidikan perhatian orang lain. Seperti kekayaan Tonah. Rumah besar, mobil pribadi berharga miliaran, baju dan aksesories yang melekat di tubuhnya made in Eropa. Masyarakat tidak menoleh riwayat masa silam Tonah. Kedua orang tuanya meninggal dunia ketika masih di bangku SMP. Ia menumpang hidup di rumah kakaknya. Kemudian takdir menghantarkan dia menjadi penemu ramuan kanker. Perusahaan luar negeri membeli hak patennya. Tapi Tonah tidak sukses dalam membina rumah tangga. Lima kali menikah, lima kali pula bercerai-berai.[] Pasongsongan, 12/12/2021  

Sempat dalam Sempit

Pentigraf: Yant Kaiy Seperti kebanyakan orang-orang masa kini. Tonah senantiasa menyibukkan diri pada banyak hal agar waktu tak terbuang percuma. Bagi mereka menganggur adalah bakteri penghalang sukses. Tonah pun terkontaminasi pandangan hidup kaum snob. Mau tak mau wanita bertubuh sintal itu masuk dalam pusaran budaya masyarakat sekitar. Ia tak berkutik. Sebagai wanita karier, bangun pagi ia langsung mempersiapkan diri berangkat ke kantor. Masuk kamar mandi, sikat gigi, keramas, menyabun tubuh dan mengguyurnya dengan air hangat. Setelah berdandan ala kadarnya, langsung meluncur naik bis kota. Sampai di kantor, ia menuju kantin, sarapan pagi terburu-buru. Begitulah aktivitas Tonah saban hari. Akhir-akhir ini nuraninya berontak. Ia jenuh luar biasa. Alam pedesaan menjadi tujuan menghibur diri. Tonah tersadar, sedikit manusia yang sungguh-sungguh bersahabat dengan alam hijau.[] Pasongsongan, 12/12/2021

Biarlah Dia Pergi

Pentigraf: Yant Kaiy Begitu menumpuk kekecewaan Tonah terhadap Debur. Dia bukanlah pria idaman Tonah. Di matanya, semua yang dilkerjakan Debur keliru. Tidak mempan lagi bujuk rayu dari siapa pun. Hati Tonah tidak cair oleh petuah kebajikan. Walau dia telah melahirkan dua anak, tetap saja Tonah berkeinginan melepaskan diri dari suaminya. Namun rantai pertalian kekerabatan amat kuat mengikat pernikahan mereka. Puncaknya, Tonah minggat. Ia kumpul kebo dengan lelaki pujaan hatinya. Hanya sebulan Tonah pulang kembali. Alasannya, tidak ada kecocokan. Debur tak mau memaafkannya.[] Pasongsongan, 11/12/2021

Tanggalkan Dendam

Pentigraf: Yant Kaiy Aku sudah memberikan yang terbaik bagi mereka. Tak tersisa. Semua tanpa pamrih. Tanpa embel-embel mengambil hati. Ikhlas karena Tuhan. Mereka senang, aku puas. Itu prinsip hidupku. Tapi semua sia-sia pengorbanan kami. Karena sejumput kesalahan menurut mereka, bukan menurut hukum agama, lalu mereka membuangku. Mengucilkan keluargaku. Bahkan, mereka terang-terangan mengancam akan menghabisi kami. Tidak main-main. Dahsyat intimidasi mereka. Kami lari terkencing-kencing. Dari satu kota ke kota lain. Mencari selamat dunia. Tak peduli hujan-panas menghiasi liku pengungsian. Memanjatkan doa pada Tuhan, semoga kami bisa memberangus dendam dalam kalbu.[] Pasongsongan, 10/12/2021

Tak Sanggup

Pentigraf: Yant Kaiy Satu sisi aku membutuhkan pekerjaan seperti yang kutekuni selama ini. Satu sisi lagi aku mesti menerima berat jiwa tradisi salah kaprah. Tradisi yang benar-benar dilarang agama. Aku harus menebusnya dengan berpuluh-puluh juta rupiah supaya ditetapkan sebagai aparatur negara. Bukannya aku tak mempunyai duit sejumlah itu. Harta warisan kedua orang tua cukup membeli jabatan yang kumau. Bukan sok suci. Lebih baik kujadikan modal usaha saja. Mungkin akan lebih barokah rezeki yang kuperoleh. Teman-teman menyalahkan keputusanku. Tidak memanfaatkan peluang bagus. Mungkin akan datang sekali seumur hidup, protes mereka serempak.[] Pasongsongan, 10/12/2021