Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Neo Etape MWC NU Pasongsongan

Kiai Ahmad Riyadi. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Babak baru di tubuh MWC NU Pasongsongan Kabupaten Sumenep kini mulai terlihat semenjak dinakhodai Kiai Ahmad Riyadi. Reorganisasi tiap lembaga dan banom (badan otonom) jadi atensinya. Semua pengurus ranting NU di wilayahnya dihidupkan. Tujuannya satu; NU harus benar-benar ada dan menyentuh ke tingkat grass root.   Ia terus bergerilya ke pelosok kampung siang-malam. Menebarkan pesan moral dan keagamaan. Tidak hanya lewat retorika, tapi beliau merangkul mereka sebaik mungkin.   Sepak-terjangnya dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan ke-NU-an di jiwa mereka. Tidak sekadar pengakuan. Melainkan NU benar-benar menjadi bagian penting supaya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.   Saat ini, Kiai Ahmad Riyadi masih belum genap satu tahun memegang kendali MWC NU Pasongsongan. Tapi beberapa tahapan telah dilampauinya sesuai target. Seperti ketika awal kepemimpinannya, beliau menghadirkan Kantor MWC NU sebagai centre of ac

Launching HSN di Pasongsongan: Sekali Dayung Dua Pulau Terlampaui

Catatan: Yant Kaiy Tadi malam (Selasa, 28/9/2021), telah berlangsung Launching Hari Santri Nasional (HSN) di Kantor MWC NU Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Dalam acara ini hadir jajaran pengurus Rais Syuriah dan Tanfidziyah serta para Ketua Lembaga dan Banom MWC NU Pasongsongan.   Dalam HSN 2021 kali ini sangat special karena berdekatan dengan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. HSN tanggal 22 Oktober, Maulid Nabi di kalender Masehi 19 Oktober.   Barangkali sangat bijak bagi para panitia penyelenggara HSN di Pasongsongan jikalau kedua perayaan hari-hari besar tersebut dilebur jadi satu. Pro-kontra opini adalah hal biasa. Bagaimanapun tidak akan mengurangi esensi dari keduanya. Ibarat uang logam, dua sisinya berbeda. Tapi nilainya sama.   Kalaupun dipaksakan dipisah keduanya, tentu akan menyebabkan salah satu momen tidak maksimal dalam penyelenggaraannya.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Salera Musik dari Pasongsongan

Sale Wafa dan istri, pimpinan Salera Musik. (Foto: Yant Kaiy) Sumenep – Memenuhi banyaknya animo di kalangan masyarakat di wilayah Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep dan sekitarnya, Sale Wafa membentuk wadah para musisi dan penyanyi bernama Salera Musik. Personil Salera Musik berasal dari para kawula muda bertalenta baik yang berdomisili di Pasongsongan.   “Salera Musik lahir dari kegelisahan para musisi yang tak bisa menyalurkan bakatnya. Kami peduli terhadap mereka, bukan mencari keuntungan pribadi. Personil Salera Musik ibarat keluarga sendiri,” terang Sale Wafa dikediamannya, Dusun Morasen Desa/Kecamatan Pasongsongan-Sumenep. Selasa (28/9/2021).   Pada bulan ini Salera Musik padat job. Sale Wafa sebagai pimpinan merasa bersyukur karena bisa menghidupi personilnya.   “Sukses ini tak membuat kami jual mahal. Dalam setiap pementasan Salera Musik, kami terus mengevaluasi posisi kekurangan. Kemudian kami membenahinya untuk penampilan selanjutnya,” tandas lelaki renda

Terkini, Kemacetan Terjadi di Pasar Pao Pasongsongan

Beginilah situasi kemacetan di Pasar Pao Pasongsongan-Sumenep. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Pasar Pao yang berada di kawasan Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, tepat pukul 11.15 WIB (Senin, 27/9/2021) mengalami kemacetan cukup lama. Hal itu disebabkan bus pariwisata yang datang dari arah barat dan truck dari arah timur. Pertemuan kedua kendaraan itu menyebabkan antrian cukup panjang.   Beberapa pengendara sepeda motor di belakangnya putar balik mencari jalan lain. Termasuk saya. Marah dan kecewa dari mereka pun terlontar. Apalagi suasana sangat panas.   Penyebab utama dari kemacetan itu karena para pedagang kaki lima yang terus merangsek ke bibir jalan raya provinsi.   Beberapa pihak berharap agar persoalan ini mendapat atensi dari pemangku kebijakan setempat. Belum lagi rawanya kecelakaan di pusat perbelanjaan tersebut terbuka lebar.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Sampur dan Sawer di Pesta Perkawinan

Catatan: Yant Kaiy Suatu ketika saya mendapat undangan pesta perkawinan di wilayah sisi selatan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Bersama beberapa teman, saya mengendarai sepeda motor. Dibawah paparan panas matahari menyengat dan jalan rusak, kami sampai di   perayaan perkawinan.   Kami langsung masuk. Alunan musik dangdut mengalun dinamis. Suara biduanita merdu terdengar.   Sejurus kemudian, teman saya ketiban sampur. Mereka naik panggung. Mau tidak mau, saya pun menyawernya. Lembaran receh pun berpindah ke tangan sang biduanita.   Tiba di rumah, saya kalkulasi pengeluaran untuk sawer. Ahai… ternyata hampir menyamai amplop yang saya berikan pada tuan rumah   hajatan perkawinan.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Busana

Pentigraf: Yant Kaiy Tonah selalu ingin tampil baru. Pada setiap acara, terutama pesta pernikahan, ia terus membeli busana di butik langganannya. Selesai dipakai, ia tumpuk di lemari. Tiga lemari besar penuh pakaian dia. Kasihan suaminya, kerja siang-malam memenuhi “haus” Tonah terhadap busana.   Ketika artis idolanya muncul di televisi, ia mencermati benar busana yang dikenakannya. Otaknya bekerja keras, mencari warna sesuai selera.   Suaminya tak habis pikir atas kelakuan istrinya. Kalau diberi saran, justru Tonah uring-uringan. Sontoloyo! Padahal Tonah tergolong wanita berpendidikan tinggi.[]   Pasongsongan, 25/9/2021

Momentum Hari Tani Nasional 2021

Catatan: Yant Kaiy Ketidakteraturan musim tiga tahun belakangan ini menyebabkan kehidupan para petani di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep tidak sejahtera. Pada saat memasuki kemarau masih turun hujan. Sedangkan dimusim penghujan, rentang hujan turun jaraknya berjauhan. Ketika para petani baru bercocok tanam dan tumbuh dengan baik, tapi hujan tidak turun dua pekan, otomatis tanaman mati.   Demikian pula dengan kehidupan petani tembakau Madura. Pada saat memasuki musim kemarau, hujan turun. Hancurlah  pertanian mereka. Demikian pula impian mereka.   Sejatinya keprihatinan ini menjadi kepedulian kita semua. Kita boleh memiliki banyak uang. Tapi apa yang mau kita beli jika barangnya tidak ada.   Semoga momentum Hari Tani Nasional (24 September 2021) kali ini menjadikan kita lebih beradab. Regulasi pemerintah semestinya berpihak kepada para petani. Jangan lagi membuat aturan menyengsarakan kehidupan mereka.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com  

Inilah Kata Presiden Tani Indonesia di HTN

Hairus Samad (kiri) bersama Mayjen TNI (Purn) Tatang Zaenudin di peringatan Hari Tani Nasional. (Foto: Yant Kaiy) Sumenep – Presiden Tani Indonesia, Mayjen TNI (Purn) Tatang Zaenudin hadir di peringatan Hari Tani Nasional (HTN) yang dihelat di Dusun Sempong Barat Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep.   “Saya pribadi berharap, kedepan Indonesia menjadi negara berdaulat pangan. Impor pangan boleh-boleh saja asalkan itu sangat mendesak dan dibutuhkan. Saya prihatin karena para petani kita tidak sejahtera. Harga pupuk tinggi dan dibatasi. Akhirnya banyak lahan tidak ditanami,” tandas Tatang Zaenudin pada apoymadura.com. Jumat (24/9/2021).   Ada komentar positif dari Hairus Samad selaku tuan rumah di Hari Tani Nasional.   “Dua tahun terakhir ini musim masih belum bersahabat kepada para petani kita. Saat memasuki kemarau tahun ini hujan masih turun, sehingga tanaman tembakau banyak rusak. Sebaliknya saat musim penghujan kemarin, curah hujan tidak baik dan jarang,” te

Semarak Hari Tani Nasional di Pasongsongan

Hairus Samad (2 dari kiri) bersama beberapa tokoh masyarakat penting di wilayah Kecamatan Pasongsongan-Sumenep. (Foto: Yant Kaiy) Sumenep – Hari ini (Jumat, 24/9/2021) rumah Hairus Samad, S.Sos di Dusun Sempong Barat Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep menjadi tempat peringatan Hari Tani Nasional (HTN). Dipilihnya kediaman Hairus Samad bukan secara kebetulan oleh pihak penyelenggara, tapi karena sosok dia sangat akrab dilingkungannya dan komunikatif dengan beberapa kalangan.   Lewat voice note yang dikirimkan pada apoymadura.com , Hairus Samad mengatakan kalau HTN akan dihadiri 250 undangan. Juga akan diliput oleh beberapa televisi nasional dan media online.   “Peringatan HTN di Pasongsongan kali ini akan dihadiri pula oleh beberapa pejabat dan tokoh masyarakat di wilayah Kecamatan Pasongsongan,” tandas Hairus Samad. (Yant Kaiy)

Peringatan Hari Tani Nasional 2021 di Pasongsongan

Hairus Samad, S.Sos. (Foto: Yant Kaiy) Sumenep – Direncanakan besok, 24 September, akan digelar peringatan Hari Tani Nasional (HTN) yang diletakkan di kediaman Hairus Samad, Dusun Sempong Barat Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep.   “Peringatan HTN besok akan dihadiri Roby Irawan Wiratmoko. Beliau adalah Dewan Pembina LIN (Lembaga Investigasi Negara) sekaligus Ketua Umum Koperasi MNT (Multidaya Nusantara Tiga),” terang Hairus Samad kepada apoymadura.com. Kamis (23/9/2021).   Tokoh masyarakat populer dari Desa Pasongsongan ini juga menyebutkan, bahwa agenda kegiatan nanti meliputi: Selayang pandang tentang Koperasi MNT; penanaman sejuta pisang cavendis, porang dan talas; peresmian kandang sapi MNT; pemberian nama   pupuk organik padat MNT secara simbolis. (Yant Kaiy)

Terjaga

Pentigraf: Yant Kaiy Kebencian itu menumpuk sekian lama. Aku tak bisa mengalihkannya. Sukar untuk berpaling. Setiap mendengar suaranya atau melihat kelebat sosoknya, hati rasanya seperti terbakar. Tentu ini merugikan diri sendiri. Ini tak boleh berlarut-larut. Bisa jadi kelak aku mati berdiri karenanya.   Setahun lalu istriku cekcok dengannya. Dia yang memulai lebih dulu membuat cerita busuk tentang kami kepada para tetangga. Istriku membela diri, terjadilah perang mulut.   Sejak saat itulah, dia terus mengompori kami lewat sikap dan kata-kata secara tidak langsung.[]   Pasongsongan, 23/9/2021

Antologi Puisi “Kemarau Hati” (5)

Puisi: Yant Kaiy Haruskah Kutinggalkan ibarat akar sudah menjalar ke perut bumi sahabatku banyak tak rela jika kubenar pulang kampung hanya sejenak mengembara, menimba pengalaman bukan ketaksesuaian kota ini, atau gaji kerjaku sedikit jalinan batin antara keluargaku begitu kuat memaksa raga pulang segera tak kuasa menolaknya, ketimbang kami tersiksa   kutinggalkan persepsi: di kota banyak peluang biarlah kukembali lagi pada dunia semula tak mungkin ada lagi kata indah berbau surga   sastra bagiku ibarat nyawa sendiri membalut kuat hingga tulang sumsum walau berulangkali kudapat tamparan cemooh tak pernah bergeser kiblat jiwa ini entah… mungkin matiku akan tidur disini.           Pasongsongan, 14/9/2021

Terbuka

Pentigraf: Yant Kaiy Aku tak bisa lagi menyembunyikan perasaan suka padanya. Tapi seolah tak ada kesempatan menjumpainya. Dia terlihat sibuk di warung satenya, tempat berjualan di pinggir jalan di kota kecil kami. Jalan satu-satunya aku sering makan di situ.   Pemuda sederhana itu telah menyita banyak waktuku. Meski antara aku dan dia jauh berbeda. Aku dari keluarga jetset. Jelas kedua orang tuaku takkan merestui pernikahan kami nanti, seandainya jodohku dengannya. Acapkali khayal itu kubuang jauh, namun bayang wajah teduhnya menggoda batin ini.   Sebagai orang terpelajar, kucoba terus bertahan. Tapi tetap saja aku mau mati rasanya jika sehari tak melihat.[]   Pasongsongan, 22/9/2021

Menjanda

Pentigraf: Yant Kaiy Tak ada niat sejumput pun menjatuhkan wibawanya. Tiada arti lagi mendongkrak diri demi popularitas. Biarlah mengalir, membanjir seiring usia. Tak terbiasa bersaing menebas kemenangan orang lain. Bukan sok suci. Apalah artinya kemenangan kalau orang lain terkhianati.   Jiwa Tonah yang suka mengalah tersebut akhirnya lebur. Kala suaminya menikah lagi. Tonah berontak. Ia hengkang dari rumah tanpa pamit.   Kedua anaknya ikut bersamanya. Impian hidup hingga ajal kandas sudah. Tantangan baru menjanda menanti di hadapannya.[]   Pasongsongan, 21/9/2021

Hari Santri Nasional 2021 di Pasongsongan

Kades Pasongsongan (kiri) bersama Akhmad Jasimul Ahyak. (Foto: Yant Kaiy) Sumenep – Ketua Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia) MWC NU Pasongsongan-Sumenep, Akhmad Jasimul Ahyak tadi malam bertandang ke rumah Kades Pasongsongan Ahmad Saleh Harianto. Senin (20/9/2021).   “Pak Ian (panggilan akrab Kades Pasongsongan) memberikan ruang kepada rekan-rekan Lesbumi Pasongsongan dalam memeriahkan Hari Santri Nasional (HSN) tahun ini,” ucap Jasimul kepada apoymadura.com.   Sesuai rencana, pada HSN pagelaran seni-budaya tidak hanya diadakan di Desa Pasongsongan saja. Tapi beberapa desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan juga akan mengadakan kegiatan tahunan tersebut.   “Kami menyambut baik niat Ketua Lesbumi. Aula di Kantor Desa Pasongsongan akan menjadi salah satu tempat kegiatan HSN. Yakni pertemuan budayawan dan pementasan seni Macapat Madura,” terang Kades Pasongsongan. (Yant Kaiy)

Derita Guru Honorer Sumenep

Catatan: Yant Kaiy Bersabar merupakan kata kunci mengobati kecewa. Walau terasa sesak di dada. Lebih-lebih bagi guru honorer alumnus sarjana pendidikan agama Islam. Dimana mereka termarjinalkan lantaran tidak mendapat jatah berkompetisi di ajang tes PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).   Angin segar rekrutmen juga mengandaskan impian manis guru honorer yang telah ikut tes PPPK tahap I. Diantara mereka banyak gagal mencapai passing grade: Sebuah ketetapan tak ada nilai tawar.   Di Kota Keris Sumenep passing grade PPPK guru itu   sebanyak 320 divisi teknis. Menurut para guru honorer, hal itu tidak masuk akal dan sulit untuk dijangkau. Sejatinya masa dedikasi terlama sebagai guru honorer jadi skala prioritas. Itu baru adil.   Penyelenggaraan tes PPPK 2021 kali ini boleh dibilang telah mengesampingkan nilai-nilai kultur sosial. Menumbangkan amanat penderitaan guru honorer. Tidak mengakomodir aspirasi kesejahteraan hidupnya. Dimana mereka sudah berjuang dan ber

Antologi Puisi “Kemarau Hati” (4)

Puisi: Yant Kaiy Bocah Malang termenung dalam kesendirian pagi asap knalpot menempel erat di pundaknya ada sisa nista diantara bocah terlantar di jalan ia ternatal ke alam fana dari seorang ibu menangis di trotoar tanpa harapan pakaian lusuh bermandi keringat derita merayap menembus kesibukan kota ini salah siapa?   pemandangan ganjil saban hari tersaji   lewat kidung luka meski tak terdengar, tapi terasa   lalu ada oknum memanfaatkannya memalsukan wajah iba mengeruk keuntungan darinya sungguh biadab… hingga orang lain tak percaya ini nyata atau sekadar sandiwara semua jadi abu-abu   akhirnya, yang nyata tidak kecipratan kalah oleh persekongkolan kian jauh saja iba terengkuh meski ada di depan mata.           Pasongsongan,12/9/2021

Gegara Masker

Pentigraf: Yant Kaiy Aku memarahi ala kadarnya. Sudah mencarinya dibawah terik matahari menyengat. Orang berjubel keluar dari lokasi pesta pernikahan menuju tempat parkir. Debu berterbangan. Angin berhembus agak kencang. Sesekali suara sound system menelan suara gaduh.   Wanita di depanku bersikap masa bodoh. Marahku mulai naik. Ucapanku tak digubrisnya. Justru pandangannya sibuk kesana-kemari.   Ketika tanganku hendak meraih pundaknya. Tiba-tiba ada suara membentak di belakangku. Aku menoleh. Eit, ternyata dia istriku. Bukan wanita bermasker di depanku. Berabe jadinya. Beruntung tidak ada suaminya.[]   Pasongsongan, 20/9/2021

Buat Sang Politikus

Catatan: Yant Kaiy Arah politik dari siapa pun pasti bisa dibaca oleh sesama. Tidak terkecuali gerakan kebijakan politik pemerintah selama pandemi Covid-19 saat ini. Sebab manusia diciptakan Tuhan memiliki power akal.   Bagi seorang politikus tentu segudang argumen berbuih telah dicadangkan sebagai penangkal jika dirinya terjebak di lumpur dosa. Siapa pun sah-sah saja berkilah sebagai jurus pembungkus aibnya kelak apabila semua menjadi terang benderang. Nurani tidak bisa dibohongi. Titik.   Kita masih ingat pepatah lama: Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, baunya akan tercium juga pada masanya.   Protokol Kesehatan (Prokes), vaksinasi Covid-19 dan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) merupakan produk kebijakan pemerintah saat ini. Mungkinkah ada udang dibalik batu dari semua kebijakan tersebut? Wallahu a’lam bishawab.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Waswas

Pentigraf: Yant Kaiy Selalu waswas menyerbuku tiap ada impian datang. Jiwa jadi gelisah berlebihan, takut berkepanjangan sebelum masanya. Aku terkulai pasrah. Trauma itu mengikuti tiap detak jantung, menyatu tanpa mau kompromi.   Hingga punya anak dua, aku tak bisa berpijak pada hasrat diri. Meski banyak sahabat bilang kalau aku sudah dewasa. Namun nyatanya, siksa itu tak gampang ditebang oleh motivasi.   Kendati hidup menuju kematian, tak sudi diri ini kalah oleh siksa dunia. Saat ternatal keping kesadaran seperti itu, esoknya berubah tanpa bisa terkendali. Bagai embun pagi, mudah lenyap ditelan mentari.[]   Pasongsongan, 17/9/2021

Noktah Rindu

Pentigraf: Yant Kaiy Dia dan aku sudah berambut dua. Kami sama-sama telah memiliki anak. Suamiku berkantong tebal lantaran bekerja disalah sebuah bank swasta. Semua kebutuhan hidup terpenuhi. Anak-anak kami tumbuh sejahtera seiring waktu. Namun cinta tak kenal usia. Benih-benih asmara tiba-tiba bergema diantara kemesraan terjalin indah.   Saat suamiku tugas diluar kota, bayang-bayang dia menghampiri malam kesepianku. Hasrat liar itu mengoyak perih. Tak terkendali.   Aku memintanya untuk datang. Dia tidak menolak. Rupanya rindu tidak bertepuk sebelah tangan. Dia memegang tanganku di sudut ruang tertutup. Mata kami bersirobok. Tak ada kalimat puitis mengiringi pelukan, hangat.[]   Pasongsongan, 19/9/2021

Ceng Sukiman dan Macapat Madura

Ceng Sunayan (kiri) bersama Ceng Sukiman di pagelaran Macapat Madura. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Di Dusun Sempong Barat Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, sebagian besar para lelaki usia 50 tahun keatas bisa melagukan tembang Macapat. Itu baru saya ketahui ketika ada pagelaran Rokat Pandhaba dipesta pernikahan salah satu rumah warga di dusun tersebut.   Ceng Sukiman, Ceng Sunayan dan Ceng Juma’i bercerita kepada saya, dimasa kecil setelah habis mengaji pada malam hari, mereka belajar Macapat kepada ahlinya. Begitu tekun mereka belajar saban malam sampai bisa. Seolah ada filosofi budaya: Siapa bisa mengaji Al-Quran dan dapat menembangkan kidung Macapat, maka pemuda tersebut akan mudah diambil calon menantu.   Menurut Ceng Sukiman (57 tahun), jaman dulu jarang hiburan. Listrik tidak ada. Seni Macapat merupakan salah satu hiburan yang banyak digemari masyarakat luas.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Impian Terbang

Pentigraf: Yant Kaiy Banyak sisi kusuka dari Fitri. Otaknya brilian. Di sekolah tidak sombong. Mudah bergaul dengan siapa saja. Parasnya cantik. Berkulit kuning. Tubuhnya padat berisi. Dia suka berolahraga. Dari keluarga terpandang. Kedua orang tuanya abdi negara. Tak ada catatan kelam melekat pada mereka. Suka membantu lingkungan di sekitarnya.   Tapi jodohku bukan jatuh padanya. Cintaku berlabuh di pantai hati Fatim. Gadis bukan impianku. Walau begitu, tak ada penyesalan bersarang di kalbu. Lantaran ada sisi lebih tak terlihat sebelumnya.   Kegagalan memiliki Fitri karena satu hal. Ternyata aku bukan impiannya, meski kami sangat dekat.[]   Pasongsongan, 15/9/2021

Mencermati Minat Tanam Petani Tembakau Madura

Catatan: Yant Kaiy Rabu, 15 September 2021, saya membeli tembakau rajang kering di   sebelah selatan Masjid Jamik Sumenep. Saya beli paling murah seharga Rp 12.000,- per ons. Jadi kalau 1 kilogram Rp 120.000,- Sedangkan harga tembakau rajang saat ini di petani rata-rata Rp 30.000,- per kilogram.   Dari sini dapat dicermati kalau pedagang untung, sedangkan petani buntung. Berbeda cerita dengan petani tembakau yang menjual ke gudang pabrikan rokok. Menurut beberapa petani di kawasan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, bahwa mereka jera menjualnya ke sana. Alasannya terlalu banyak pungli (pungutan liar).   Berkaca dari fakta inilah, petani tembakau terus merugi setiap tahunnya. Rugi biaya, tenaga dan waktu. Saat ini tembakau Madura tidak lagi mendapat julukan ‘Si Daun Emas’.   Pada akhirnya banyak lahan kosong. Tidak ditanami tembakau. Realita ini bisa dilihat dibeberapa kecamatan di Sumenep dan Pamekasan.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Macapat Madura dan Rokat Pandhaba

Pertunjukan Macapat Madura. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Dalam Macapat Madura ada pagelaran bernama Rokat Pandhaba. Biasanya pementasan Rokat Pandhaba di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep dilaksanakan setelah acara pesta pernikahan.   Berbeda dengan pertunjukan Macapat pada umumnya, di Rokat Pandhaba ada makanan/hidangan khusus disajikan kepada para undangan. Di akhir acara dilanjutkan pembacaan Doa Rokat. Tradisi turun-menurun dari para pendahulu ini tetap lestari hingga kini, tak lekang digerus waktu.   Dibalik pertunjukan Rokat Pandhaba ini, sesungguhnya terkandung nilai-nilai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Suci. Wajib hukumnya bagi setiap insan untuk senantiasa bersyukur, baik dalam suka ataupun duka.   Sedangkan pemanjatan Doa Rokat dimaksudkan agar kedua mempelai selamat dunia-akhirat dalam mengarungi mahligai rumah tangga.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Sebutir Dendam

Pentigraf: Yant Kaiy Dulu dedam di hatiku tumbuh liar. Sungguh, aku tak mampu mengendalikannya. Meski banyak masukan, saran dari orang-orang tercinta. Tapi mereka tidak merasakan. Betapa ancaman jiwa itu nyata adanya, terang-terangan, bahkan secara terbuka. Pada akhirnya kami terusir dari tanah kelahiran. Tanah tempat aku, adikku dan kedua orang tuaku menjalani hidup di kampung berpenganut agama kuat.   Kini kami memiliki harta berlimpah, jabatan publik, perusahaan berkaryawan ribuan. Orang yang dulu menghinaku banyak berbalik arah. Bermanis-manis muka di hadapan kami. Kami penuhi keinginan mereka. Kulampiaskan dendam di hati. Kalau aku jadi mereka, tak sudi hati mengemis seperti itu.   Ketika mereka yang menyebabkan kami terbuang dari kampung halaman berjumpa dan menyapa, kutebarkan senyum. Kendati di hati butir dendam itu tetap bersemayam. Biarlah semua abadi dalam kenangan.[]   Pasongsongan, 12/9/2021  

Hasrat

Pentigraf: Yant Kaiy Tonah tak mampu menahan kepedihan. Dadanya sesak, serasa mau pecah saja. Sebelumnya, berjibun permasalahan hidup mampu ia lewati. Tapi tidak kali ini. Air matanya terus mengalir bak anak sungai. Perjuangannya seolah sia-sia. Pengorbanannya berbuah neraka seiring penyesalan tak bertepi.   Ingin rasanya ia meninggalkan rumah besar itu. Namun… Tiga buah hatinya yang beranjak dewasa mengikatnya. Walau ia tahu, mereka akan tetap memanggilnya “Ibu” sampai kapan pun. Tiap kali ada hasrat mau pergi, sontak berkelebat bayang nasib buruk bakal menimpa mereka. Gusti… Lenguhnya panjang mengiris jiwa.   Segera Tonah meninggalkan tempat dimana suaminya sedang bermesraan dengan gadis belia. Dia tak lain keponakannya.[]   Pasongsongan, 11/9/2021

Hasil Panen Tembakau Madura Berkurang

Catatan: Yant Kaiy Pada 2021 kali ini hasil panen tembakau di  Kabupaten Sumenep dan Pamekasan mulai berkurang. Dari tahun ke tahun lahan tanam petani terus mengerucut.   Faktor penyebabnya karena musim yang tidak menentu. Tidak tepat waktu. Biasanya sudah masuk musim kemarau, tapi hujan sering turun. Kualitas tembakau pun turun drastis. Bahkan tak jarang ada yang gagal panen. Kalaupun bisa panen, petani tetap merugi lantaran harga tembakau rajang murah.   Kita tahu proses panjang tanaman tembakau membutuhkan dana tidak sedikit. Mulai proses tanam hingga perajangan. Karena melibatkan banyak orang. Saban tahun tetap saja mereka tidak untung. Otomatis ada sikap jera dari para petani tembakau karena selalu berulang.   Para petani mulai melirik tanaman lain yang lebih menjanjikan. Seperti menanam bawang merah dan cabai rawit. Kalaupun hujan turun, tanaman tidak mati. Tidak seperti tembakau.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com  

Antologi Puisi “Kemarau Hati” (3)

Puisi: Yant Kaiy Terbalut Gundah sering kuberjalan tanpa tujuan menghitung langkah sedih tubuh kerdilku tak berdaya memendam balutan resah lantas banyak kuingin paparkan dalam rangkuman doa malam lahir dari persaingan iri jika hanya untuk hidup binatang bisa pakai hukum rimba tapi kita berakal dan berbudi   tak ingin kepedihan terus mendera acapkali jatuh-bangun entah sampai kapan kumandiri atau dosa-dosaku tempo dulu? bukankah Tuhan menyatu di jiwa ampunan-Nya seluas semesta   tiba-tiba aku lebih suka menderita seperti ini kupikir jutawan sakit juga lebih menakutkan   kubersyukur selalu Dia menakdirkan liku hidup begini tiada guna berontak batin terguncang, tersiksa… memang hidup tak sempurna berikhtiar tak mengapa karena butir dosa tetap ada menyatu kuat pada desah nafas.   kadang terlintas di alam pikiran gunung pengorbanan seolah sia-sia demi melihat sukses sesama.           Pasongsongan, 9/9/2021

Kiat Sukses Sang Kepala Desa

Catatan: Yant Kaiy Dari sekian banyak kiat sukses menjadi seorang Kepala Desa (Kades), ada salah satu trick yang membikin warga masyarakatnya klepek-klepek, manut dan tak pernah protes atau “berontak”. Ini penting bagi seorang Kades kalau mau berkompetisi lagi di putaran Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) selanjutnya.   Berkaca pada beberapa Kades incumbent yang terpilih lagi. Ternyata sangat sederhana animo rakyat itu. Mereka menghendaki akses jalan bagus. Titik. Penduduk di desa tersebut akan menempatkan Sang Kades pada tataran  megah mengagumkan, menumbangkan segala kekurangan yang terdapat pada dirinya.   Memang pembangunan di desa tidak hanya proyek jalan. Namun permintaan sederhana bagi sebagian besar warga desa umumnya jalan baik, tidak rusak. Kita tahu, mobilitas manusia saat ini amat tinggi. Setiap rumah memiliki kendaraan roda dua. Maka sarana jalanlah yang patut jadi target awal pembangunan bagi Sang Kades.   Kalau akses jalan sudah baik, tentu warga desa tetan

Antologi Puisi “Kemarau Hati” (2)

Puisi: Yant Kaiy Kampung Kemarau terik menyengat tanah kelahiran udara garing berhembus bawa debu rumput liar terbakar api iri sesama tersudut impian hijau kampungku bergeming menyongsong hari tak bermega sejumput hikmah teronggok di altar jiwa   kidung Sandur mengalun lirih mengembara terbawa angin merenda impian musim tak menentu memilih bangkit ketimbang sakit mencari setetes air di sumur kering di sela-sela batu kapur kambing pun dahaga di sana meratap parau memanggil nafasnya kembang-kempis ini salah siapa, tentu ulah manusia rakus, tak becus menjaga alam   hewan penjaga keseimbangan musim senantiasa mengutuk kita murka Tuhan memang tidak seketika belum cukupkah bencana melanda pelajaran buat manusia   di tengah dahaga menerkam tidur kerontang segala lamunan tembang Macapat menggauli langit berharap hujan segera tercurah diantara madah merayap menyempurnakan nuansa hati menyatu kembali ke mayapada   teringat k