Postingan

Menampilkan postingan dengan label Opini

Kritik atas Tausiah Kiai Ali Maschan Musa di Pasongsongan: Saat Dakwah Terlalu Menyudutkan Pihak Lain

Gambar
Pengajian Hari Santri Nasional 2025 di Pasongsongan. [sh] Pengajian akbar yang digelar oleh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, pada Rabu malam (29/10/2025) di Lapangan Sawunggaling, jadi magnet ribuan jamaah.  Acara yang dikemas dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2025 dan Maulid Nabi Muhammad SAW itu menghadirkan penceramah kondang, Kiai Ali Maschan Musa, yang dikenal sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan pengasuh salah satu pondok pesantren di Surabaya.  Tapi, di balik semarak dan antusiasme jamaah, ada hal yang patut disayangkan dari isi tausiah beliau malam itu.  Dalam ceramahnya, Kiai Ali Maschan Musa secara terbuka “menguliti” habis organisasi keagamaan lain, yakni Muhammadiyah.  Kritik yang dilontarkan cenderung tajam dan menyinggung aspek ideologis serta tradisi ibadah organisasi tersebut.  Padahal, tidak semua jamaah yang hadir malam itu adalah warga Nahdliyin. Di tengah masyarakat majemuk seperti ...

Persatuan Umat di Atas Segalanya: Pesan Kiai Ali Maschan Musa dalam Peringatan Hari Santri dan Maulid Nabi di Pasongsongan

Gambar
Suasana Lapangan Sawunggaling, Desa/Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, Rabu malam, 29 Oktober 2025, tampak semarak oleh lautan jamaah yang menghadiri peringatan Hari Santri Nasional 2025 sekaligus Maulid Nabi Muhammad SAWSuasana Lapangan Sawunggaling, Desa/Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, Rabu malam, 29 Oktober 2025, tampak semarak oleh lautan jamaah yang menghadiri peringatan Hari Santri Nasional 2025 sekaligus Maulid Nabi Muhammad SAW.  Pengajian akbar yang digelar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Pasongsongan itu menghadirkan KH. Ali Maschan Musa, seorang kiai kharismatik yang dikenal sebagai tokoh moderat dan pemersatu umat. Dalam ceramahnya, Kiai Ali Maschan Musa menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang menyejukkan dan penuh hikmah.  Kendati sempat menyinggung soal polemik muhibbin Ba’alawi—isu yang sempat ramai di kalangan sebagian umat—beliau tidak memperpanjang pembahasan tersebut.  Kiai Ali justru menekankan pentingnya persatuan dan ...

Meneladani Sikap Kiai Ali Maschan Musa: Persatuan Umat di Tengah Polemik Muhibbin Ba’alawi

Gambar
Peringatan Hari Santri Nasional 2025 yang dirangkai dengan Maulid Nabi Muhammad SAW di Lapangan Sawunggaling, Desa/Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, berlangsung penuh hikmah.  Pada Rabu malam, 29 Oktober 2025 pukul 19.00 WIB, ribuan jamaah memadati lapangan untuk mendengarkan ceramah agama dari Kiai Ali Maschan Musa — seorang tokoh ulama nasional yang dikenal arif dan berpikiran terbuka. Dalam ceramahnya, Kiai Ali Maschan tidak hanya mengingatkan umat Islam akan pentingnya meneladani akhlak Rasulullah, tapi juga mengajak jamaah untuk menjaga persatuan di tengah perbedaan pandangan, termasuk dalam polemik yang belakangan muncul seputar muhibbin (para pecinta) Ba’alawi. Beliau memang sempat menyinggung soal perdebatan mengenai klaim keturunan Nabi Muhammad SAW yang sering dikaitkan dengan klan Ba’alawi.  Tapi, dengan kebijaksanaan khas ulama NU, Kiai Ali Maschan memilih tidak memperpanjang pembahasan tentang asal-usul nasab tersebut. Fokus utamanya adalah bagaimana umat...

Busana Adat Madura di Pasongsongan: Cermin Cinta dan Kebanggaan terhadap Kota Keris Sumenep

Gambar
Ada pemandangan yang begitu indah dan membanggakan di Kecamatan Pasongsongan.  Sejak pagi, setiap lembaga pendidikan—baik negeri maupun swasta—tampak semarak dengan warna-warni busana adat Madura.  Para siswa dari tingkat PAUD hingga SMA, lengkap dengan para guru dan tenaga kependidikan, mengenakan pakaian tradisional khas Madura yang jadi simbol kebanggaan terhadap budaya lokal dan kecintaan mendalam pada tanah kelahiran: Kabupaten Sumenep, Kota Keris yang kita banggakan. Momentum ini bukan sekadar seremonial. Lebih dari itu, ia merupakan wujud nyata betapa masyarakat Pasongsongan memiliki kepedulian tinggi terhadap pelestarian budaya.  Melalui langkah sederhana namun bermakna—mengenakan busana adat—mereka menunjukkan bahwa modernitas tidak harus menghapus jati diri daerah.  Justru, nilai-nilai budaya harus menjadi dasar dalam setiap langkah kemajuan. Yang tak kalah menarik, di setiap sekolah dilaksanakan upacara bendera dengan nuansa yang sangat khas. Para pembina ...

Cinta Budaya Madura, Cinta Sumenep: Potret Semangat Kebersamaan di Pasongsongan

Gambar
Ada pemandangan yang begitu memikat di seluruh lembaga pendidikan se-Kecamatan Pasongsongan pada peringatan Hari Jadi Kota Sumenep ke-756.  Sejak pagi, suasana penuh warna dan semangat terpancar dari setiap sekolah, baik negeri maupun swasta.  Para peserta didik, guru, hingga tenaga pendidik kompak mengenakan busana adat Madura — simbol kebanggaan dan cinta yang mendalam terhadap tanah kelahiran, Kota Keris Sumenep. Kegiatan ini bukan sekadar seremonial belaka. Lebih dari itu, menjadi bentuk nyata kepedulian masyarakat Pasongsongan terhadap pelestarian budaya dan jati diri Madura.  Wujud Cinta Busana tradisional yang dikenakan para siswa dan guru jadi lambang penghormatan terhadap nilai-nilai lokal yang telah diwariskan para leluhur.  Dengan mengenakan pakaian adat, generasi muda diajak untuk tidak melupakan akar budaya mereka di tengah derasnya arus modernisasi. Hal ini bertujuan supaya mereka tidak latah dan menganggap pakaian adat orang lain lebih baik.  Upac...

MWC NU Pasongsongan Hadirkan Kiai Said Aqil Siradj: Menyambut Hari Santri dengan Pencerahan untuk Umat

Gambar
Kiai Achmad Riyadi,M.Pd. [sh] Momentum Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober jadi ajang refleksi bagi seluruh santri dan umat Islam di Indonesia.  Tahun 2025 ini, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep akan menggelar peringatan istimewa dengan menghadirkan salah satu tokoh besar Nahdlatul Ulama, Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dua periode masa khidmat 2010–2021.  Acara tersebut akan diselenggarakan di Lapangan Sawunggaling, Desa Pasongsongan, Kecamatan Pasongsongan, dan diharapkan jadi ruang pencerahan bagi seluruh warga NU dan masyarakat sekitar. Ketua MWC NU Pasongsongan, Kiai Achmad Riyadi, menyampaikan harapannya agar seluruh warga Kecamatan Pasongsongan bisa hadir dan mengambil hikmah dari tausiah Kiai Said Aqil Siradj.  “Kehadiran beliau merupakan berkah dan kehormatan besar bagi masyarakat Pasongsongan. Kami berharap seluruh lapisan ma...

Kiai Said Aqil Siroj dan Spirit Santri untuk Negeri

Gambar
Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional tahun 2025, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Pasongsongan akan menghadirkan sosok ulama kharismatik, KH Said Aqil Siroj, untuk memberikan tausiah di Lapangan Sawunggaling, Desa Pasongsongan.  Kehadiran mantan Ketua Umum PBNU dua periode (2010–2021) ini tentu akan jadi momentum berharga bagi masyarakat dan jamaah Nahdliyyin di wilayah pesisir utara Sumenep tersebut. Kiai Said bukan hanya dikenal sebagai tokoh agama, tapi juga sebagai intelektual Islam yang konsisten menyuarakan nilai-nilai toleransi, kebangsaan, dan kemanusiaan.  Di tengah derasnya arus informasi dan meningkatnya tensi sosial akibat isu-isu politik dan keagamaan yang sering kali disalahpahami, suara Kiai Said selalu membawa kesejukan dan arah berpikir yang moderat.  Beliau menegaskan pentingnya Islam rahmatan lil ‘alamin — Islam yang membimbing, bukan memecah; Islam yang menuntun, bukan menghakimi. Peringatan Hari Santri bukan sekadar se...

Tantangan di Medio Oktober 2025: Antara Ketegasan dan Pemahaman

Gambar
Oktober 2025 ini jadi bulan yang tidak mudah bagi saya secara pribadi. Ada beban pikiran yang menggelayut, bukan karena persoalan besar berskala nasional, melainkan hal-hal sederhana yang menyentuh ranah tanggung jawab, etika, dan kejujuran dalam bekerja.  Kadang, tantangan terbesar bukan datang dari luar, melainkan dari lingkungan terdekat yang justru kita hormati dan cintai. Saya sedang berada pada titik dimana saya harus bersikap tegas, meski mungkin akan mengecewakan beberapa pihak. Tapi saya yakin, kekecewaan itu hanya muncul pada mereka yang belum sempat berpikir jernih—walau hanya lima detik—tentang alasan dan niat baik di balik keputusan saya.  Saya dan istri tak ingin terpuruk hanya karena ikut larut dalam problematika orang lain. Rumah tangga kami belum mapan secara ekonomi, jadi sudah sepatutnya kami menjaga agar langkah dan pikiran tetap rasional, bukan emosional. Sebagai pemilik apoymadura.com, saya berusaha bersikap profesional dalam menjalankan peran jurnalistik...

Pertemuan Tak Terduga yang Menghangatkan Kenangan Lama

Gambar
Kadang hidup menghadirkan kejutan kecil yang mampu membangkitkan kenangan besar.  Itulah yang saya rasakan ketika tanpa sengaja bertemu dengan seorang sahabat lama, Hammam—teman semasa di SMA Negeri 1 Ambunten, Kabupaten Sumenep.  Kami sama-sama lulus pada tahun 1991.  Sejak itu, jalan hidup membawa kami ke arah yang berbeda.  Walau jarak rumah kami hanya sekitar dua belas kilometer, kesibukan masing-masing telah membuat kami jarang, bahkan nyaris tak pernah, berjumpa. Pertemuan itu terjadi secara tak sengaja. Hari itu saya dan istri hendak berobat ke seorang dokter di Ambunten.  Tapi, di tengah perjalanan, sepeda motor matic kami mendadak macet. Saya pun menuntunnya perlahan menuju bengkel terdekat.  Siapa sangka, di tengah rasa kesal karena kendaraan mogok, saya justru berpapasan dengan wajah yang tak asing—Hammam.  Seketika kenangan masa remaja menyeruak. Kami saling sapa, lalu tertawa mengingat masa-masa di SMA dulu yang penuh canda, semangat, dan ...

Mengurai Alasan di Balik Pilihan Presiden Prabowo terhadap Program Makanan Bergizi Gratis (MBG)

Gambar
Pendahuluan Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangka Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, jadi salah satu program unggulan pemerintah baru.  Program ini disebut sebagai langkah konkret untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia lewat asupan gizi seimbang, terutama bagi anak-anak sekolah dan masyarakat kurang mampu.  Tapi di balik niat baik tersebut, muncul pertanyaan kritis: mengapa negara lebih memilih membagikan makanan bergizi gratis dibanding memperkuat daya beli masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan gizinya secara mandiri? Pengetahuan Gizi Bukan Lagi Masalah Utama  Di era digital dan keterbukaan informasi saat ini, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya makanan bergizi sudah meningkat pesat.  Melalui media sosial, penyuluhan kesehatan, hingga kurikulum pendidikan, masyarakat telah memahami apa itu gizi seimbang, bahan pangan sehat, dan cara pengolahan yang benar.  Dengan kata lain, masalah utama bangsa ini bukan ter...

Jejak Kenangan dan Sebuah Surat Keterangan dari Almamater

Gambar
Senin, 14 Oktober 2025, jadi hari yang tak biasa bagi saya. Pagi itu, pukul 07.40 WIB, saya melangkahkan kaki ke kantor Tata Usaha (TU) SMA Negeri 1 Ambunten, Kabupaten Sumenep.  Tujuan saya sederhana: meminta Surat Keterangan Tanggal Lahir. Hal ini diperlukan karena di ijazah lama saya, yang terbit lebih dari tiga dekade silam, tidak tercantum tanggal lahir.  Sementara itu seluruh dokumen resmi saya seperti KTP, KK, Akta Kelahiran, hingga SIM mencantumkan tanggal lahir yang sama.  Celah kecil ini bisa berujung besar: tanpa surat keterangan resmi dari sekolah, status saya sebagai tenaga PPPK Paruh Waktu Kabupaten Sumenep bisa terancam. Tapi yang menarik dari perjalanan kecil itu bukan semata urusan administratif.  Nostalgia Saat melangkah masuk ke halaman sekolah, nuansa nostalgia menyergap begitu kuat di alam pikiran. Seolah waktu mundur tiga puluh empat tahun ke belakang, saat saya masih berseragam putih abu-abu dan penuh cita-cita muda.  Angin yang berembus d...

Membaca Ulang Sejarah Penyebaran Islam di Nusantara: Suara Jernih Kiai Said Aqil Siradj

Gambar
Dalam salah satu perbincangan menarik di kanal YouTube Mahfud MD Official, Kiai Said Aqil Siradj—ulama besar Nahdlatul Ulama yang dikenal dengan keluasan ilmunya dan ketenangan sikapnya—kembali menyentil kesadaran sejarah umat Islam Indonesia.  Dalam dialog tersebut, Kiai Said menegaskan bahwa Islam di bumi Nusantara tidak dibawa oleh orang-orang Yaman sebagaimana sering diklaim oleh sebagian kelompok yang mengaku sebagai “habib”. Pernyataan tegas tersebut bukan dimaksudkan untuk menyerang siapa pun, tapi lebih kepada meluruskan fakta sejarah agar umat Islam memahami asal-usul penyebaran Islam di Nusantara secara objektif.  Penyebar Islam Nusantara Menurut Kiai Said, para tokoh penyebar Islam di awal masa datangnya agama ini ke wilayah kepulauan Nusantara justru bukan berasal dari Hadramaut (Yaman), melainkan dari berbagai wilayah dunia Islam yang lebih luas—termasuk dari Mesir, Persia, dan bahkan Tiongkok. Nama-nama seperti Fatimah binti Maimun di Gresik, yang dikenal sebagai...

Rokat Pandhaba: Tradisi Spiritual dan Pembelajaran Moral dalam Pagelaran Macopat Madura

Gambar
Tradisi di Madura memiliki akar budaya yang sangat kuat, salah satunya adalah Rokat Pandhaba—sebuah ritual yang memadukan unsur spiritual, seni, dan moralitas masyarakat.  Tradisi ini masih lestari di berbagai wilayah seperti di Kabupaten Sumenep, Pamekasan, dan Sampang. Hal ini jadi bagian penting dari identitas kultural masyarakat Madura.  Melalui Rokat Pandhaba, masyarakat tidak hanya menjalankan ritual adat, tapi juga meneguhkan hubungan spiritual mereka dengan Tuhan dan sesama. Nilai Spiritual Dalam pelaksanaannya, Rokat Pandhaba diiringi dengan pagelaran macopat, sebuah bentuk kesenian tradisional berupa tembang atau syair berbahasa Madura klasik.  Disinilah elemen spiritual dan kultural berpadu dengan indah. Masyarakat meyakini bahwa melalui ritual ini, mereka bisa memohon keselamatan, kesejahteraan, serta perlindungan dari Tuhan.  Doa-doa yang diucapkan dalam Rokat Pandhaba menyimbolkan pengharapan akan kehidupan yang tenteram dan dijauhkan dari mara bahaya, ...

Menyingkap Manipulasi Nasab: Pandangan Kritis Kiai Said Aqil Siradj dan Kesadaran Ulama Nusantara

Gambar
Perbincangan super menarik muncul dari kanal YouTube Mahfud MD Official ketika Kiai Said Aqil Siradj, salah satu ulama besar Nahdlatul Ulama, menyampaikan pandangan tajam tapi elegan terkait asal-usul kaum habib. Dalam perbincangan tersebut, Kiai Said menegaskan bahwa habib bukan keturunan Nabi Muhammad SAW, melainkan hasil klaim sejarah yang tidak tersambung secara valid kepada Rasulullah. Pernyataan ini, meskipun terkesan berani, tidaklah bertentangan dengan pandangan para ulama besar Nusantara.  Sejak masa lalu, banyak kiai dan ahli sejarah Islam di Indonesia sudah menaruh kecurigaan terhadap keabsahan silsilah yang diklaim kalangan habib bangsa Yaman.  Para ulama terdahulu memahami bahwa kemuliaan sejati tidak lahir dari darah keturunan, melainkan dari ilmu, akhlak, dan kontribusi terhadap umat. Kiai Said menegaskan bahwa dasar pandangannya bersumber dari catatan sejarah. Ia menyebut nama Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir, sosok yang selama ini diyakini sebagai leluhur para ...

Kiai Said Aqil Siradj dan Jalan Lembut dalam Menyikapi Isu Keumatan

Gambar
Dalam beberapa waktu terakhir, sosok Kiai Haji Said Aqil Siradj kembali menjadi sorotan publik melalui berbagai podcast di sejumlah kanal YouTube.  Dalam forum-forum tersebut, Kiai Said kerap menyampaikan pandangan yang lembut dan meneduhkan terhadap isu-isu keagamaan yang sedang hangat, termasuk kontroversi seputar klan Baalawi di Indonesia.  Berbeda dengan beberapa ulama lain seperti Kiai Imaduddin atau Kiai Marzuki Mustamar yang berbicara dengan gaya lebih tegas dan frontal, Kiai Said memilih pendekatan dialogis dan penuh kedamaian. Sikap ini bukan tanpa alasan. Sebagai seorang ulama besar yang telah lama berkecimpung dalam dunia keilmuan Islam, Kiai Said memahami bahwa Islam tidak hanya berbicara tentang benar dan salah, tapi juga tentang cara menyampaikan kebenaran dengan penuh hikmah.  Pendekatan beliau mencerminkan semangat wasathiyah—jalan tengah—yang selalu diusung Nahdlatul Ulama (NU).  Dengan gaya tutur yang santun, Kiai Said seolah ingin menegaskan bahwa ...

Kiai Said Aqil Siradj dan Kejernihan Berpikir dalam Menyikapi Isu Baalawi

Gambar
Dalam beberapa hari terakhir, publik dikejutkan pernyataan Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj dalam podcast di kanal YouTube Akbar Faisal Uncensored.  Dalam tayangan yang ramai diperbincangkan tersebut, Kiai Said menyinggung soal kontroversi isu klan Baalawi di Indonesia—sebuah topik sensitif yang berkaitan dengan asal-usul, pengaruh, dan dinamika sosial-keagamaan kelompok tertentu.  Tapi ketika saya cermati dengan pikiran jernih, tema utama dalam podcast itu tidak semata-mata menyoal isu Baalawi.  Lebih dari itu, perbincangan tersebut membuka cakrawala luas tentang gerakan Islam radikal, relasi Nahdlatul Ulama dengan pemerintah, serta pandangan teologis yang mendalam mengenai keislaman di Indonesia. Keilmuan yang Mumpuni Sebagai eks Ketua Umum PBNU dua periode sebelum Gus Yahya Cholil Staquf, Kiai Said dikenal sebagai ulama yang memiliki kedalaman ilmu di bidang teologi Islam, tasawuf, dan filsafat.  Pemikirannya tidak hanya tajam secara intelektual, tapi juga menukik ...

Tradisi Menguburkan Tembuni ala Masyarakat Sempong Barat: Antara Simbol, Harapan, dan Identitas Budaya

Gambar
Masyarakat Dusun Sempong Barat, Desa/Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, masih memelihara sebuah tradisi yang sarat makna: menguburkan tembuni atau ari-ari bayi dengan tata cara tertentu.  Tembuni yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam wadah dari tembikar, kemudian dilengkapi dengan garam, asam, daun nangka, bumbu dapur lengkap (dalam bahasa Madura disebut palappa genna’), serta selembar kertas bertuliskan aksara carakan Madura.  Tradisi ini bukan semata-mata rutinitas turun-temurun, melainkan sarat simbol dan doa orang tua bagi kehidupan sang bayi di masa depan. Setiap bahan yang menyertai penguburan tembuni mengandung pesan mendalam, yakni: 1. Garam dan asam Kedua barang ini berfungsi praktis membersihkan sisa darah, menghilangkan bau, mencegah pembusukan, dan melindungi tembuni dari gangguan binatang.  Tapi lebih dari itu, ia juga melambangkan upaya menjaga kesucian, kebersihan, dan perlindungan terhadap bayi yang baru lahir.  2. Daun nangka Daun nangka...

Membaca Yasin Bersama, Wajah Pendidikan Religius di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Pasongsongan

Gambar
Kegiatan pembacaan Surah Yasin bersama di SDN Panaongan 3 Kecamatan Pasongsongan. [Foto: sh] Masing-nasing sekolah memiliki cara tersendiri dalam membentuk karakter peserta didiknya.  Di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, beberapa sekolah dasar negeri bersepakat menghadirkan nuansa religius melalui kegiatan rutin setiap hari Jumat: membaca Surah Yasin bersama.  Tradisi ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah pembiasaan baik yang sarat makna bagi perkembangan spiritual, moral, dan sosial anak-anak. Manfaat Membaca Surah Yasin bersama memiliki banyak manfaat. Pertama, kegiatan ini menumbuhkan karakter religius yang kuat pada diri siswa.  Sejak usia sekolah dasar, anak-anak dikenalkan pada nilai keimanan melalui pembiasaan membaca Al-Qur’an.  Kedua, kegiatan ini membantu menanamkan ketenangan batin. Anak-anak belajar bahwa sebelum memasuki aktivitas belajar, mereka perlu menenangkan hati dan jiwa agar ilmu yang diterima lebih bermanfaat.  Ketiga, memba...

Menguburkan Tembuni: Antara Sunnah Islam dan Tradisi Sumenep

Gambar
Dalam setiap kelahiran, tembuni atau ari-ari bayi selalu jadi bagian tak terpisahkan antara sunnah Islam dan tradisi Sumenep.  Kendati secara medis tembuni hanyalah jaringan yang sudah selesai menjalankan fungsinya. Sedangkan dalam perspektif Islam dan budaya Sumenep, ia tetap dimuliakan.  Pertanyaannya, bagaimana kita memandang tata cara menguburkan tembuni ini: Sebagai kewajiban syariat, atau sebagai warisan budaya? Sunnah Islam Dalam Islam, hukum menguburkan tembuni adalah sunnah.  Artinya, dianjurkan untuk dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada tubuh manusia, meski hanya bagian kecil darinya.  Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya menjaga kehormatan jasad manusia, baik ketika hidup maupun setelah terpisah darinya.  Maka, menguburkan tembuni bukanlah urusan takhayul, melainkan sikap memuliakan ciptaan Allah. Tradisi Sumenep Akan tetapi di Kota Keris Sumenep, praktik menguburkan tembuni tidak berhenti pada sekadar menjalankan sun...

Suhartono, Maestro Perahu Nelayan dari Pasongsongan

Gambar
Di tengah arus modernisasi alat tangkap laut yang kian pesat, masih ada sosok yang menjaga marwah tradisi bahari Madura.  Suhartono, seorang pembuat perahu nelayan khas Desa Pasongsongan, adalah salah satunya.  Kediamannya berada di Dusun Benteng Utara, Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, ia mengabdikan hidupnya untuk melestarikan seni sekaligus keterampilan yang diwariskan para leluhur: Membangun perahu tradisional. Ketika saya berbincang dengannya, Suhartono mengisahkan bahwa keterampilan itu bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba.  Ia memulainya dari nol, bekerja sebagai buruh pembuat perahu bersama para senior.  Dari situlah ia belajar mengukur, memahat, merakit, hingga memahami detail estetika dan fungsi sebuah perahu.  Proses panjang itu kemudian membentuknya menjadi seorang perancang bangun perahu yang kini diakui kemahirannya. Pelestari budaya Tak berlebihan jika hasil karya Suhartono kini dianggap sebagai kiblat oleh para juragan ...