Postingan

Menampilkan postingan dengan label Opini

MWC NU Pasongsongan Hadirkan Kiai Said Aqil Siradj: Menyambut Hari Santri dengan Pencerahan untuk Umat

Gambar
Kiai Achmad Riyadi,M.Pd. [sh] Momentum Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober jadi ajang refleksi bagi seluruh santri dan umat Islam di Indonesia.  Tahun 2025 ini, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep akan menggelar peringatan istimewa dengan menghadirkan salah satu tokoh besar Nahdlatul Ulama, Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dua periode masa khidmat 2010–2021.  Acara tersebut akan diselenggarakan di Lapangan Sawunggaling, Desa Pasongsongan, Kecamatan Pasongsongan, dan diharapkan jadi ruang pencerahan bagi seluruh warga NU dan masyarakat sekitar. Ketua MWC NU Pasongsongan, Kiai Achmad Riyadi, menyampaikan harapannya agar seluruh warga Kecamatan Pasongsongan bisa hadir dan mengambil hikmah dari tausiah Kiai Said Aqil Siradj.  “Kehadiran beliau merupakan berkah dan kehormatan besar bagi masyarakat Pasongsongan. Kami berharap seluruh lapisan ma...

Kiai Said Aqil Siroj dan Spirit Santri untuk Negeri

Gambar
Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional tahun 2025, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Pasongsongan akan menghadirkan sosok ulama kharismatik, KH Said Aqil Siroj, untuk memberikan tausiah di Lapangan Sawunggaling, Desa Pasongsongan.  Kehadiran mantan Ketua Umum PBNU dua periode (2010–2021) ini tentu akan jadi momentum berharga bagi masyarakat dan jamaah Nahdliyyin di wilayah pesisir utara Sumenep tersebut. Kiai Said bukan hanya dikenal sebagai tokoh agama, tapi juga sebagai intelektual Islam yang konsisten menyuarakan nilai-nilai toleransi, kebangsaan, dan kemanusiaan.  Di tengah derasnya arus informasi dan meningkatnya tensi sosial akibat isu-isu politik dan keagamaan yang sering kali disalahpahami, suara Kiai Said selalu membawa kesejukan dan arah berpikir yang moderat.  Beliau menegaskan pentingnya Islam rahmatan lil ‘alamin — Islam yang membimbing, bukan memecah; Islam yang menuntun, bukan menghakimi. Peringatan Hari Santri bukan sekadar se...

Tantangan di Medio Oktober 2025: Antara Ketegasan dan Pemahaman

Gambar
Oktober 2025 ini jadi bulan yang tidak mudah bagi saya secara pribadi. Ada beban pikiran yang menggelayut, bukan karena persoalan besar berskala nasional, melainkan hal-hal sederhana yang menyentuh ranah tanggung jawab, etika, dan kejujuran dalam bekerja.  Kadang, tantangan terbesar bukan datang dari luar, melainkan dari lingkungan terdekat yang justru kita hormati dan cintai. Saya sedang berada pada titik dimana saya harus bersikap tegas, meski mungkin akan mengecewakan beberapa pihak. Tapi saya yakin, kekecewaan itu hanya muncul pada mereka yang belum sempat berpikir jernih—walau hanya lima detik—tentang alasan dan niat baik di balik keputusan saya.  Saya dan istri tak ingin terpuruk hanya karena ikut larut dalam problematika orang lain. Rumah tangga kami belum mapan secara ekonomi, jadi sudah sepatutnya kami menjaga agar langkah dan pikiran tetap rasional, bukan emosional. Sebagai pemilik apoymadura.com, saya berusaha bersikap profesional dalam menjalankan peran jurnalistik...

Pertemuan Tak Terduga yang Menghangatkan Kenangan Lama

Gambar
Kadang hidup menghadirkan kejutan kecil yang mampu membangkitkan kenangan besar.  Itulah yang saya rasakan ketika tanpa sengaja bertemu dengan seorang sahabat lama, Hammam—teman semasa di SMA Negeri 1 Ambunten, Kabupaten Sumenep.  Kami sama-sama lulus pada tahun 1991.  Sejak itu, jalan hidup membawa kami ke arah yang berbeda.  Walau jarak rumah kami hanya sekitar dua belas kilometer, kesibukan masing-masing telah membuat kami jarang, bahkan nyaris tak pernah, berjumpa. Pertemuan itu terjadi secara tak sengaja. Hari itu saya dan istri hendak berobat ke seorang dokter di Ambunten.  Tapi, di tengah perjalanan, sepeda motor matic kami mendadak macet. Saya pun menuntunnya perlahan menuju bengkel terdekat.  Siapa sangka, di tengah rasa kesal karena kendaraan mogok, saya justru berpapasan dengan wajah yang tak asing—Hammam.  Seketika kenangan masa remaja menyeruak. Kami saling sapa, lalu tertawa mengingat masa-masa di SMA dulu yang penuh canda, semangat, dan ...

Mengurai Alasan di Balik Pilihan Presiden Prabowo terhadap Program Makanan Bergizi Gratis (MBG)

Gambar
Pendahuluan Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangka Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, jadi salah satu program unggulan pemerintah baru.  Program ini disebut sebagai langkah konkret untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia lewat asupan gizi seimbang, terutama bagi anak-anak sekolah dan masyarakat kurang mampu.  Tapi di balik niat baik tersebut, muncul pertanyaan kritis: mengapa negara lebih memilih membagikan makanan bergizi gratis dibanding memperkuat daya beli masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan gizinya secara mandiri? Pengetahuan Gizi Bukan Lagi Masalah Utama  Di era digital dan keterbukaan informasi saat ini, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya makanan bergizi sudah meningkat pesat.  Melalui media sosial, penyuluhan kesehatan, hingga kurikulum pendidikan, masyarakat telah memahami apa itu gizi seimbang, bahan pangan sehat, dan cara pengolahan yang benar.  Dengan kata lain, masalah utama bangsa ini bukan ter...

Jejak Kenangan dan Sebuah Surat Keterangan dari Almamater

Gambar
Senin, 14 Oktober 2025, jadi hari yang tak biasa bagi saya. Pagi itu, pukul 07.40 WIB, saya melangkahkan kaki ke kantor Tata Usaha (TU) SMA Negeri 1 Ambunten, Kabupaten Sumenep.  Tujuan saya sederhana: meminta Surat Keterangan Tanggal Lahir. Hal ini diperlukan karena di ijazah lama saya, yang terbit lebih dari tiga dekade silam, tidak tercantum tanggal lahir.  Sementara itu seluruh dokumen resmi saya seperti KTP, KK, Akta Kelahiran, hingga SIM mencantumkan tanggal lahir yang sama.  Celah kecil ini bisa berujung besar: tanpa surat keterangan resmi dari sekolah, status saya sebagai tenaga PPPK Paruh Waktu Kabupaten Sumenep bisa terancam. Tapi yang menarik dari perjalanan kecil itu bukan semata urusan administratif.  Nostalgia Saat melangkah masuk ke halaman sekolah, nuansa nostalgia menyergap begitu kuat di alam pikiran. Seolah waktu mundur tiga puluh empat tahun ke belakang, saat saya masih berseragam putih abu-abu dan penuh cita-cita muda.  Angin yang berembus d...

Membaca Ulang Sejarah Penyebaran Islam di Nusantara: Suara Jernih Kiai Said Aqil Siradj

Gambar
Dalam salah satu perbincangan menarik di kanal YouTube Mahfud MD Official, Kiai Said Aqil Siradj—ulama besar Nahdlatul Ulama yang dikenal dengan keluasan ilmunya dan ketenangan sikapnya—kembali menyentil kesadaran sejarah umat Islam Indonesia.  Dalam dialog tersebut, Kiai Said menegaskan bahwa Islam di bumi Nusantara tidak dibawa oleh orang-orang Yaman sebagaimana sering diklaim oleh sebagian kelompok yang mengaku sebagai “habib”. Pernyataan tegas tersebut bukan dimaksudkan untuk menyerang siapa pun, tapi lebih kepada meluruskan fakta sejarah agar umat Islam memahami asal-usul penyebaran Islam di Nusantara secara objektif.  Penyebar Islam Nusantara Menurut Kiai Said, para tokoh penyebar Islam di awal masa datangnya agama ini ke wilayah kepulauan Nusantara justru bukan berasal dari Hadramaut (Yaman), melainkan dari berbagai wilayah dunia Islam yang lebih luas—termasuk dari Mesir, Persia, dan bahkan Tiongkok. Nama-nama seperti Fatimah binti Maimun di Gresik, yang dikenal sebagai...

Rokat Pandhaba: Tradisi Spiritual dan Pembelajaran Moral dalam Pagelaran Macopat Madura

Gambar
Tradisi di Madura memiliki akar budaya yang sangat kuat, salah satunya adalah Rokat Pandhaba—sebuah ritual yang memadukan unsur spiritual, seni, dan moralitas masyarakat.  Tradisi ini masih lestari di berbagai wilayah seperti di Kabupaten Sumenep, Pamekasan, dan Sampang. Hal ini jadi bagian penting dari identitas kultural masyarakat Madura.  Melalui Rokat Pandhaba, masyarakat tidak hanya menjalankan ritual adat, tapi juga meneguhkan hubungan spiritual mereka dengan Tuhan dan sesama. Nilai Spiritual Dalam pelaksanaannya, Rokat Pandhaba diiringi dengan pagelaran macopat, sebuah bentuk kesenian tradisional berupa tembang atau syair berbahasa Madura klasik.  Disinilah elemen spiritual dan kultural berpadu dengan indah. Masyarakat meyakini bahwa melalui ritual ini, mereka bisa memohon keselamatan, kesejahteraan, serta perlindungan dari Tuhan.  Doa-doa yang diucapkan dalam Rokat Pandhaba menyimbolkan pengharapan akan kehidupan yang tenteram dan dijauhkan dari mara bahaya, ...

Menyingkap Manipulasi Nasab: Pandangan Kritis Kiai Said Aqil Siradj dan Kesadaran Ulama Nusantara

Gambar
Perbincangan super menarik muncul dari kanal YouTube Mahfud MD Official ketika Kiai Said Aqil Siradj, salah satu ulama besar Nahdlatul Ulama, menyampaikan pandangan tajam tapi elegan terkait asal-usul kaum habib. Dalam perbincangan tersebut, Kiai Said menegaskan bahwa habib bukan keturunan Nabi Muhammad SAW, melainkan hasil klaim sejarah yang tidak tersambung secara valid kepada Rasulullah. Pernyataan ini, meskipun terkesan berani, tidaklah bertentangan dengan pandangan para ulama besar Nusantara.  Sejak masa lalu, banyak kiai dan ahli sejarah Islam di Indonesia sudah menaruh kecurigaan terhadap keabsahan silsilah yang diklaim kalangan habib bangsa Yaman.  Para ulama terdahulu memahami bahwa kemuliaan sejati tidak lahir dari darah keturunan, melainkan dari ilmu, akhlak, dan kontribusi terhadap umat. Kiai Said menegaskan bahwa dasar pandangannya bersumber dari catatan sejarah. Ia menyebut nama Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir, sosok yang selama ini diyakini sebagai leluhur para ...

Kiai Said Aqil Siradj dan Jalan Lembut dalam Menyikapi Isu Keumatan

Gambar
Dalam beberapa waktu terakhir, sosok Kiai Haji Said Aqil Siradj kembali menjadi sorotan publik melalui berbagai podcast di sejumlah kanal YouTube.  Dalam forum-forum tersebut, Kiai Said kerap menyampaikan pandangan yang lembut dan meneduhkan terhadap isu-isu keagamaan yang sedang hangat, termasuk kontroversi seputar klan Baalawi di Indonesia.  Berbeda dengan beberapa ulama lain seperti Kiai Imaduddin atau Kiai Marzuki Mustamar yang berbicara dengan gaya lebih tegas dan frontal, Kiai Said memilih pendekatan dialogis dan penuh kedamaian. Sikap ini bukan tanpa alasan. Sebagai seorang ulama besar yang telah lama berkecimpung dalam dunia keilmuan Islam, Kiai Said memahami bahwa Islam tidak hanya berbicara tentang benar dan salah, tapi juga tentang cara menyampaikan kebenaran dengan penuh hikmah.  Pendekatan beliau mencerminkan semangat wasathiyah—jalan tengah—yang selalu diusung Nahdlatul Ulama (NU).  Dengan gaya tutur yang santun, Kiai Said seolah ingin menegaskan bahwa ...

Kiai Said Aqil Siradj dan Kejernihan Berpikir dalam Menyikapi Isu Baalawi

Gambar
Dalam beberapa hari terakhir, publik dikejutkan pernyataan Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj dalam podcast di kanal YouTube Akbar Faisal Uncensored.  Dalam tayangan yang ramai diperbincangkan tersebut, Kiai Said menyinggung soal kontroversi isu klan Baalawi di Indonesia—sebuah topik sensitif yang berkaitan dengan asal-usul, pengaruh, dan dinamika sosial-keagamaan kelompok tertentu.  Tapi ketika saya cermati dengan pikiran jernih, tema utama dalam podcast itu tidak semata-mata menyoal isu Baalawi.  Lebih dari itu, perbincangan tersebut membuka cakrawala luas tentang gerakan Islam radikal, relasi Nahdlatul Ulama dengan pemerintah, serta pandangan teologis yang mendalam mengenai keislaman di Indonesia. Keilmuan yang Mumpuni Sebagai eks Ketua Umum PBNU dua periode sebelum Gus Yahya Cholil Staquf, Kiai Said dikenal sebagai ulama yang memiliki kedalaman ilmu di bidang teologi Islam, tasawuf, dan filsafat.  Pemikirannya tidak hanya tajam secara intelektual, tapi juga menukik ...

Tradisi Menguburkan Tembuni ala Masyarakat Sempong Barat: Antara Simbol, Harapan, dan Identitas Budaya

Gambar
Masyarakat Dusun Sempong Barat, Desa/Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, masih memelihara sebuah tradisi yang sarat makna: menguburkan tembuni atau ari-ari bayi dengan tata cara tertentu.  Tembuni yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam wadah dari tembikar, kemudian dilengkapi dengan garam, asam, daun nangka, bumbu dapur lengkap (dalam bahasa Madura disebut palappa genna’), serta selembar kertas bertuliskan aksara carakan Madura.  Tradisi ini bukan semata-mata rutinitas turun-temurun, melainkan sarat simbol dan doa orang tua bagi kehidupan sang bayi di masa depan. Setiap bahan yang menyertai penguburan tembuni mengandung pesan mendalam, yakni: 1. Garam dan asam Kedua barang ini berfungsi praktis membersihkan sisa darah, menghilangkan bau, mencegah pembusukan, dan melindungi tembuni dari gangguan binatang.  Tapi lebih dari itu, ia juga melambangkan upaya menjaga kesucian, kebersihan, dan perlindungan terhadap bayi yang baru lahir.  2. Daun nangka Daun nangka...

Membaca Yasin Bersama, Wajah Pendidikan Religius di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Pasongsongan

Gambar
Kegiatan pembacaan Surah Yasin bersama di SDN Panaongan 3 Kecamatan Pasongsongan. [Foto: sh] Masing-nasing sekolah memiliki cara tersendiri dalam membentuk karakter peserta didiknya.  Di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, beberapa sekolah dasar negeri bersepakat menghadirkan nuansa religius melalui kegiatan rutin setiap hari Jumat: membaca Surah Yasin bersama.  Tradisi ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah pembiasaan baik yang sarat makna bagi perkembangan spiritual, moral, dan sosial anak-anak. Manfaat Membaca Surah Yasin bersama memiliki banyak manfaat. Pertama, kegiatan ini menumbuhkan karakter religius yang kuat pada diri siswa.  Sejak usia sekolah dasar, anak-anak dikenalkan pada nilai keimanan melalui pembiasaan membaca Al-Qur’an.  Kedua, kegiatan ini membantu menanamkan ketenangan batin. Anak-anak belajar bahwa sebelum memasuki aktivitas belajar, mereka perlu menenangkan hati dan jiwa agar ilmu yang diterima lebih bermanfaat.  Ketiga, memba...

Menguburkan Tembuni: Antara Sunnah Islam dan Tradisi Sumenep

Gambar
Dalam setiap kelahiran, tembuni atau ari-ari bayi selalu jadi bagian tak terpisahkan antara sunnah Islam dan tradisi Sumenep.  Kendati secara medis tembuni hanyalah jaringan yang sudah selesai menjalankan fungsinya. Sedangkan dalam perspektif Islam dan budaya Sumenep, ia tetap dimuliakan.  Pertanyaannya, bagaimana kita memandang tata cara menguburkan tembuni ini: Sebagai kewajiban syariat, atau sebagai warisan budaya? Sunnah Islam Dalam Islam, hukum menguburkan tembuni adalah sunnah.  Artinya, dianjurkan untuk dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada tubuh manusia, meski hanya bagian kecil darinya.  Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya menjaga kehormatan jasad manusia, baik ketika hidup maupun setelah terpisah darinya.  Maka, menguburkan tembuni bukanlah urusan takhayul, melainkan sikap memuliakan ciptaan Allah. Tradisi Sumenep Akan tetapi di Kota Keris Sumenep, praktik menguburkan tembuni tidak berhenti pada sekadar menjalankan sun...

Suhartono, Maestro Perahu Nelayan dari Pasongsongan

Gambar
Di tengah arus modernisasi alat tangkap laut yang kian pesat, masih ada sosok yang menjaga marwah tradisi bahari Madura.  Suhartono, seorang pembuat perahu nelayan khas Desa Pasongsongan, adalah salah satunya.  Kediamannya berada di Dusun Benteng Utara, Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, ia mengabdikan hidupnya untuk melestarikan seni sekaligus keterampilan yang diwariskan para leluhur: Membangun perahu tradisional. Ketika saya berbincang dengannya, Suhartono mengisahkan bahwa keterampilan itu bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba.  Ia memulainya dari nol, bekerja sebagai buruh pembuat perahu bersama para senior.  Dari situlah ia belajar mengukur, memahat, merakit, hingga memahami detail estetika dan fungsi sebuah perahu.  Proses panjang itu kemudian membentuknya menjadi seorang perancang bangun perahu yang kini diakui kemahirannya. Pelestari budaya Tak berlebihan jika hasil karya Suhartono kini dianggap sebagai kiblat oleh para juragan ...

Ainur Ridwan, Pensiunan Guru yang Setia Mengabdi pada Kerawitan

Gambar
Dalam setiap perjalanan budaya, selalu ada sosok yang memilih jalan sunyi: Menjaga, merawat, sekaligus menyalakan api tradisi di tengah derasnya arus modernitas.  Salah satunya adalah Ainur Ridwan, M.Pd, pensiunan kepala sekolah negeri yang kini lebih dikenal sebagai pimpinan seni kerawitan Sumenep, melalui group Sopo Nyono dan Putri Nurindah.  Bertempat tinggal di Dusun Benteng Utara, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, Ainur Ridwan bukan sekadar pelaku budaya.  Ia adalah pengemban tanggung jawab moral untuk memastikan kerawitan—yang bagi sebagian orang mulai dianggap "kesenian usang"—tetap hidup dan berdentang di telinga generasi muda. Perekat sosial Dalam percakapan santai dengan saya, Ainur Ridwan banyak bercerita tentang perjalanan panjangnya berkesenian.  Baginya, kerawitan bukan hanya hiburan, melainkan jalan hidup, ruang pembelajaran, sekaligus sarana perekat sosial.  Dari denting gamelan, ia melihat kehidupan: Ada harmoni, ada kesabaran, ada kein...

Dari Laut ke Darat: Juragan Perahu Pasongsongan Beralih ke Bisnis Toko Kelontong

Gambar
Pasongsogan termasuk wilayah Kabupaten Sumenep yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pamekasan.  Pasongsongan sejak lama dikenal sebagai kampung nelayan dengan perahu-perahu tradisional yang berjajar di pesisir.  Namun, dalam beberapa tahun terakhir, saya mengamati pemandangan sosial-ekonomi masyarakat di desa sekaligus kecamatan ini mulai berubah.  Terdengar kalimat di telinga saya: "Tak mungkin kami bertahan. Tuntutan hidup memaksa kami untuk berontak." Juragan perahu yang dahulu jadi poros utama kehidupan laut, kini banyak yang mengalihkan usahanya ke darat, yakni membuka toko kelontong atau toko sembako. Fenomena ini bukan tanpa alasan. Musim angin barat selalu jadi masa suram bagi para nelayan Pasongsongan.  Banyak perahu tidak melaut, para nelayan pun terpaksa beristirahat panjang.  Sementara kebutuhan hidup sehari-hari terus berjalan.  Mereka yang memiliki simpanan bisa bertahan, tapi bagi yang tidak, jalan pintas harus diambil. Biasanya berutang...

Hari Tani Nasional: Saatnya Pemerintah Serius Sejahterakan Petani

Gambar
Hari Tani Nasional jatuh pada Rabu, 24 September 2025, menandai peringatan ke-62 sejak ditetapkannya hari tersebut.  Peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum untuk merenungkan kembali nasib petani yang jadi tulang punggung ketahanan pangan negeri. Tapi faktanya di lapangan justru menunjukkan kondisi yang memprihatinkan.  Bagaimana mungkin pemuda desa saat ini bisa tertarik menggeluti dunia pertanian, sementara banyak pekerjaan lain yang dianggap lebih cepat mendatangkan keuntungan?  Jadi petani seringkali berarti harus siap menanggung kerugian.  Biaya produksi terus meningkat, sementara hasil panen kerap tak sebanding. Contoh paling nyata adalah persoalan pupuk. Pupuk bersubsidi yang seharusnya meringankan beban petani justru langka di pasaran.  Alhasil, harga melambung tinggi dan menambah beban ongkos produksi.  Situasi ini membuat bercocok tanam terasa seperti berjudi dengan nasib—antara rugi dan rugi lebih besar. Pada Hari Tani N...

Hari Tani Nasional: Kesejahteraan Petani yang Masih Terabaikan

Gambar
Hari Tani Nasional pada Rabu, 24 September 2025, menandai peringatan ke-62 sejak ditetapkannya hari bersejarah tersebut.  Momentum ini tidak hanya mengenang lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) pada 24 September 1960, tapi juga seharusnya jadi refleksi nyata atas kondisi petani Indonesia.  Pada peringatan kali ini, sejatinya pemerintah dituntut memberi perhatian khusus terhadap kesejahteraan petani.  Bagaimana mungkin pemuda desa mau menekuni dunia pertanian, jika fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat tani justru merugi?  Biaya produksi yang terus meningkat, harga pupuk dan sarana produksi yang tak terkendali, serta harga panen yang murah membuat hasil kerja keras petani tidak sebanding dengan pengorbanan mereka. Kondisi ini membuat pertanian tidak lagi dipandang sebagai jalan hidup yang menjanjikan.  Orientasi pemuda desa pun beralih, meninggalkan sawah dan ladang demi pekerjaan lain yang dianggap lebih menguntungkan.  Jika d...

Hari Tani Nasional: Antara Sejarah dan Tantangan Regenerasi Petani

Gambar
Hari Tani Nasional yang jatuh pada Rabu, 24 September 2025, menandai peringatan ke-62 sejak ditetapkannya hari tersebut. Peringatan ini lahir dari momentum historis Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) pada 24 September 1960 yang menjadi tonggak penting reformasi agraria di Indonesia. Tapi, enam dekade lebih telah berlalu, persoalan yang dihadapi petani Indonesia masih belum jauh berbeda: Soal kesejahteraan yang belum terpenuhi, harga pupuk dan obat-obatan pertanian yang mahal, hingga harga hasil pertanian yang murah membuat para petani merugi.  Pada momen Hari Tani Nasional kali ini, sudah sejatinya pemerintah memberi perhatian khusus dalam meningkatkan taraf hidup petani, sebab mereka adalah tulang punggung ketahanan pangan bangsa. Tantangan lain yang tak kalah serius adalah orientasi generasi muda desa yang kian enggan menekuni dunia pertanian.  Banyak pemuda lebih memilih bekerja di sektor lain yang dianggap lebih menjanjikan, sehingga regenerasi petani terancam.  Jika ...