Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Tandus

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Dedaunan berhamburan tatkala sepeda motor yang dikendarai gadis berusia dua puluh satu lewat. Tonah tak mempedulikannya. Ia terus berjalan menyusuri jalan dusun menuju kediamannya. Hatinya begitu kacau. Ketika ada di kamarnya, ia langsung membaringkan tubuhnya sembari memejamkan mata. Napasnya terasa sesak. Sungguh tak menyangka kalau dirinya tidak lolos seleksi, padahal nilai tesnya cukup tinggi. Ia marah seorang diri. Ada yang salah ini, pikir Tonah. Keesokan hari, pagi-pagi sekali Tonah mendatangi sekretariat penerimaan mahasiswa. Ia menanyakan keabsahan pengumuman di papan informasi. Seorang lelaki tersenyum padanya sambil berkata, “Kalau bumi tandus harus disiram pakai air, Mbak. Panitia di sini bukan malaikat yang tidak suka duit.” Pasongsongan, 31/3/2020

Berbagi Cinta

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Siapa orangnya yang tidak sakit hati bila cintanya diduakan. Kecuali Tonah yang terus memaksa suaminya agar segera menikah lagi. Namun suaminya bukan tipe lelaki hidung belang, ia justru menolaknya. Tonah menyadari betul, kalau suaminya sudah lebih tujuh belas tahun tidak berhubungan badan, sejak dirinya divonis mengidap penyakit kanker rahim. Tonah menginginkan suaminya bisa punya anak dengan istrinya nanti. Agar dia punya penerus. Lalu Tonah menjodohkan suaminya dengan adik sepupunya sendiri. Dari sudut matanya mengalir air bening, lelaki setia itu mencium kening Tonah. Pasongsongan, 31/3/2020

Tersandung Kasus

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Tonah menuntut cerai pada Debur. Ia tak mau dimadu walau dirinya sudah melahirkan empat putra. Tonah tetap pada pendiriannya meski sebagian keluarganya menghendaki rujuk. Ia sangat sakit hati. Mentang-mentang Debur menjadi artis yang punya seabrek fans. Dulu itu tidak ada apa-apanya. Untung ada adik Tonah yang mau membiayainya masuk dapur rekaman. Lalu namanya meroket berkat promosi besar-besaran lewat video klip yang tayang di berbagai stasiun televisi. Gaya hidupnya pun mulai berubah. Debur seperti kacang lupa kulitnya. Cibiran mulai bermunculan dari fans-nya setelah sidang perceraian diliput media massa elektronik. Pasongsonga, 31/3/2020

Menakar Setia

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Tonah masih meragukan cintanya. Ayat-ayat asmara mudah terucap di lidah. Anak kecil pun bisa bilang: I love you. Masih butuh waktu dalam pembuktiannya. Tonah tak mau gegabah. Walau dalam catatan sebelumnya, dia tak punya kisah khianat terhadap kekasih sebelumnya.  Justru dialah yang jadi korban kemunafikan pacarnya. Disaat yang lain, ada cinta Debur mengalun merdu di telinganya. Tonah harus menetukan pilihan. Keduanya akan siap melamarnya setelah ada ketuk palu dari Tonah. Pasongsongan, 31/3/2020

Terjajah Cinta

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Tonah, jika dirinya akan menjadi kekasih Debur. Tonah sebenarnya mendambakan teman Debur. Tapi yang diimpikannya tak sering bersama sebagai sesama  mahasiswa. Berbeda dengan Debur yang selalu memanfaatkan waktu untuk terus mendekat pada gadis bertahi lalat di dagunya itu. Hubungan tanpa status itu bersemi seiring perjalanan waktu. Debur pun tak pernah menyatakan cinta padanya. Setelah mereka selesai wisuda, barulah Debur mengutarakan isi hatinya, penuh percaya diri. Gadis berkulit kuning itu terperanjat. Seolah tak percaya. Pasongsongan, 31/3/2020

Rindu tersesat

Get Google Pentigraf: Akhmad Jasimul Ahyak Malam tergelisahkan sepucuk surat dari kekasih si Berby, setipis kertas itu lalu ia baca. Seketika Berby kaget, bagai badai mengguyur di tengah lautan karena sang kekasih telah pergi ke Jakarta dengan alasan mencari sesuap nasi. Dia memutuskan untuk pergi, semua berubah menjadi gelap, saat itu si Berby rasa hancur, ditinggalkan karena hanya sesuap nasi. Hitam, resah kini si Berby hanya berteman maya kembali pada tiada hanya dia bisa memandang ruang kosong bertemankan lampu remang-remang. Jalanan gelap, purnama tersembunyi hening angin pun mendambakan hujan namun betah kuyup menggantung pada lampu persimpangan si Berby pun menyusuri jalanan Ibu Kota Jakarta mencari sang kekasihnya yang lagi bekerja. Hampir pukul dua siang hari langit terasing dari kota, terik matahari mnyengat tubuhnya. Dia terasing pada kejauhan, karena di Jakarta si Berby tidak punya saudara, tidak punya teman jadi sulit untuk menemukan sang kekasihnya. Jauh di

Dunia Maya

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy  Berusaha bagiku lebih terhormat ketimbang menyerah, pasrah, dan stagnan dalam berkarya sebagai penulis. Aku terus mengejar impian. Tidak sedikit tantangan, hambatan menghadang langkahku. Di tengah galau memuncak aku bisa menuangkan ide pada karya fiksi. Inspirasi akan lenyap kalau tidak segera kucatatkan pada komputer. Mungkin aku termasuk bagian dari berjuta-juta penulis di tanah air yang berharap akan memperoleh uang. Masih berlakukah kata-kata bijak: Siapa yang menanam pasti akan memetik buahnya.  Kalau masih berlaku, berarti aku dan mereka tidak sia-sia berkarya.  Pasongsongan, 31/3/2020

Uban dan Keriput

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Akhir-akhir ini wajah Tonah tampak selalu muram. Pandangan matanya tak ceria. Bahkan Tonah sering tidak menyahut kalau disapa suaminya. Perubahan itu menjadikan suasana di rumah mereka begitu menegangkan. Anak-anaknya mengkhawatirkan perubahan yang sama terhadap ibunya. Ketika suaminya menanyakan hal yang sesungguhnya, Tonah tetap tertutup. Suaminya mendesak Tonah, barangkali dia sedang sakit. Tonah tetap bergeming. Di tempat tidur ia terdengar menangis. Suaminya memeluknya. “Ubanku sudah banyak, Mas. Kulitku sudah keriput. Apakah kau tetap mencintaiku?” Suaminya tersenyum lebar. Dia meyakinkan kalau cintanya takkan pernah berubah. Pasongsongan, 31/3/2020

Wabah Covid-19

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Kemiskinan keluarga Debur bertambah parah sejak wabah Covid-19 melanda desanya. Desa dimana ia lahir dan dibesarkan. Debur dan istrinya lebih banyak tinggal di dalam rumah, karena tempat ia mengais rejeki sedang ditutup sementara oleh bosnya atas instruksi pemerintah daerah setempat. Sungguh memprihatinkan. Hari ini Debur bekerja untuk dimakan besok. Kalau hari ini ia tidak bekerja, otomatis besok dia harus menjual barang berharga; perhiasan yang dipakai istrinya. Masih banyak orang yang bernasib sama dengan Debur. Beruntung istrinya tidak protes pada kenyataan pahit ini. Pasongsongan, 31/3/2020

Catatan Herry Santoso: Penjual Sate Cempe tak Lagi Pede

Foto: Dok. Pribadi Namanya Lala (26). Janda muda cantik, yang belakangan hari semakin tak  percaya diri dalam menatap masa depan. Ya, paling tidak sejak sebulan terakhir stand sate cempe (kambing muda) itu dicungkup awan kelabu lantaran sepi pengunjung.      "Agaknya bayangan terpapar Covid-19 semakin kuat meremang bulu kuduk mereka, Pak ?" ucapnya dengan wajah sendu pada apoymadura.com.      Bisa dirasakan kesepiannya itu,  stan sate cempe yang cukup kondang  dan biasanya selalu dipenuhi pengunjung itu, kini lengang.      "Biasanya kami bisa menyembelih 3 - 5 ekor kambing perhari, kini cuma seekor, Pak, " imbuhnya mirip kepedihan yang dalam.      Terlebih di saat petang mulai membayang, kota eks-kawedanan yang berjarak sekitar 12 km arah selatan Kota Blitar itu kayak kota mati. Semua toko tampak tutup lebih awal dari biasanya.       "Mereka takut dirazia aparat keamanan, Pak," ujar Lala yang juga mulai berkemas. Efek Covid

Sayang Mertua

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Ibu mertua Tonah terkena penyakit stroke lebih lima tahun. Tidak bisa berjalan. Usianya 67 tahun. Seperti orang tua sendiri Tonah merawat dia. Mulai menyuapi, minum, mandi, mengganti pampers, dan mengganti bajunya. Pokoknya apa saja yang dibutuhkan dia, pasti Tonah yang melakukannya. Sedangkan ayah mertuanya bila malam menggantikan tugas Tonah. Siang hari biasanya menyapu halaman, memberi makan ayam dan sapi. Suami Tonah karyawan di salah satu perusahaan. Disaat Tonah lagi habis mandi, lelaki berusia 76 tahun masuk ke kamar Tonah, menyekap mulut menantunya sambil berbisik, “Awas. Jangan berteriak!” Lalu ayah mertua Tonah menindihnya. Ia tampak amat perkasa. Pasongsongan, 30/3/2020

Catatan Herry Santoso: Suatu Malam di Kota Blitar

Foto: Suasana Kota Blitar lengang dini hari (Dok. Pribadi) Di Saat Covid-19 Merebak Selepas dini hari (29/2/20)  saya masih berada di jantung kota Blitar. Suasana lengang. Tak satu pun kendaraan melintas, kecuali patroli dari kepolisian dan Pol PP yang sesekali merobek malam. Mereka berhenti di setiap ada kerumunan orang. Ya, sekadar mendekati orang-orang yang masih ngopi menghabiskan malam di depan stasiun KA Kota Blitar. "Bapak mau ke mana ?" tanya salah seorang pada saya. Agar tidak banyak masalah, kutarik pers card  yang saya kalungkan di leher, seraya menunjukkannya.  Untung salah seorang kenal baik dengan saya, hingga segera berlalu. " Aja bengi-bengi Mbah, nganti isuk ae, " - (Jangan malam-malam Kek, sampai pagi saja ) - ucapnya berkelakar, yang membuatku tersenyum kecut. Ngojek Orang Gila Sepeda motor saya kembali merobek kesenyapan. Sesampainya di Makam Bung Karno, ada sosok mencurigakan duduk-duduk sendirian di depan Saptra Mandala Hotel.

Pengganti Dia

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Mengenang cintanya membuat hati ini sakit. Bagaimana tidak, Ia telah menodai kesucianku. Kesucian yang seharusnya aku tidak berikan pada orang sembarangan. Aku benar-benar menyesal. Kalau aku tetap menyerah pada penyesalan tidak akan aku temukan harapan. Aku mesti menyongsong hari demi hari lebih baik lagi. Masih ada banyak waktu bagiku berbenah. Aku tak boleh menoleh lagi ke belakang. Aku telah mendapatkan penggantinya. Menurutku dia lebih baik dari pacarku sebelumnya. Tuhan Maha Bijaksana mau memberikan kesempatan lagi pada hamba-Nya. Bukankah syukur itu lebih baik ketimbang menggerutu terus. Pasongsongan, 30/3/2020

Puisi: Akhmad Jasimul Ahyak

Get Google Racun Betina Kau bilang...! Aku pengembara malam Mengoyak hening kehidupan Para si hidung belang Kau bilang...! Aku jalang malam Yang menindih hitam bayangan Para sang pelanggan Kau bilang...! Aku kupu-kupu malam Hanya ber-bahasakan tubuh Menjepit erat geliat otot telanjang Akulah sang betina pemuas nafsu Yang racuni...pikiranmu Yang racuni...keluargamu Yang racuni...kekayaanmu Yang racuni...birahimu Hingga berakhir di kamar telanjang Puas...! Saling tatap Selesai...! Hingga klimaks.

Curiga

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Tonah selalu curiga kepada suaminya. Curiga akan diduakan cintanya lantaran dulu ada catatan  berbau perselingkuhan. Padahal suaminya dekat sama atasannya hanya sebatas hubungan kerja. Tidak lebih. Curiga Tonah semakin memuncak tatkala suaminya akan melakukan rapat kerja di luar negeri. Tugas perusahaan mewajibkan suaminya berangkat. Tonah mewanti-wanti suaminya berulangkali; mulai bangun tidur hingga mau berangkat ke bandara. Saban malam tidur Tonah tidak nyenyak sampai akhirnya dia sakit. Pasongsongan, 30/3/2020

Keberuntungan

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Sepanjang sejarah hidupnya, baru kali ini Debur mendapatkan keberuntungan. Seingat dia, tak ada yang paling bahagia selain menjadi sepasang pengantin. Debur melabuhkan cintanya pada gadis yang baru dia kenal lewat pertemanan di organisasi kemasyarakatan. Debur tertarik padanya karena dia gadis cerdas. Percaya dirinya tinggi dalam menyampaikan ide-ide segar dan brilian di depan publik. Tonah penampilannya sederhana. Busana yang dikenakan tak terlihat glamour. Wajahnya tidak cantik karena giginya tonggos, gigi atasnya lebih maju dari yang bawah. Pasongsongan, 29/3/2020

Cinta Berselimut Iba

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Mencintainya menentramkan jiwaku. Tak peduli perbedaan usia dia yang lebih tua dariku. Bahkan ada sebagian keluargaku yang menentangnya. Namun mereka akhirnya luluh setelah mau mendengarkan penjelasanku dan kisah cinta kami. Tonah janda beranak tiga. Wajahnya biasa-biasa saja. Dia bukan dari keluarga kaya. Almarhum suaminya adalah atasanku. Aku menikahinya karena kami sudah saling mengenal betul latar belakang masing-masing. Aku seolah merasa iba kalau Tonah hidup tanpa suami. Aku yakin dia takkan sanggup mengurus anak-anaknya seorang diri. Dia membutuhkanku. Pasongsongan, 29/3/2020

Deni Puja Pranata: "Bukit Kapur"

Judul      : Reruntuhan di Bukit Kapur Penerbit : PT. Media Cipta Mandiri Cetakan : I (Nopember 2019) Halaman: 122 Kurator  : Ahmadun Yosi Herfanda                  Mustafa Ismail                  Mahrus Prihany ISBN      : 978-623-90253-1-1 Dalam antologi puisi dan cerpen di buku ini terdiri dari 8 penulis puisi dan 8 penulis cerpen dengan gaya penulisan berbeda tentunya. Semua karya sastra yang dibukukan ini merupakan karya pilihan dari Anugerah Sastra Litera. “Bukit Kapur” adalah salah satu dari dua puisi karya Deni Puja Pranata. Entah secara kebetulan atau memang puisi terbaik pilihan kurator, “Bukit Kapur” puisi karya putra kelahiran Kota Keris Sumenep ini menjadi judul antologi sastra. Puisi yang mengisahkan keberadaan alam Pulau Garam Madura yang gersang dengan batu kapurnya dikemas cantik oleh penulisnya. Deni Puja Pranata selain tekun menulis sastra, dia juga menggawangi media jurnalfaktual.id hingga saat ini . (Yant Kaiy) 

Terpedaya Senyuman

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Senyumannya membuat hati Debur semakin yakin kalau Tonah gadis yang mudah ditaklukkan cintanya. Beberapakali pertemuan dengannya di kampus, Debur menengarai kalau gadis impiannya tidak punya kekasih. Lewat akun media sosial Debur  menyatakan perasaannya. Tonah tidak memberikan komentar apa pun. Dia seperti masih mempertimbangkan maksud dan tujuan Debur. Untuk meyakinkannya, Debur bermalam minggu di rumah kontrakan Tonah. Ternyata senyuman Tonah menipu dirinya. Dia punya beberapa koleksi cowok rupanya. Pasongsongan, 29/3/2020

Terbelenggu Cemburu

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Mencintai Debur ternyata makan hati. Tonah tidak leluasa beraktivitas. Banyak rambu yang menghalangi langkah-langkahnya. Tidak boleh begini dan begitu. Selanjutnya ia mengundurkan diri dari cinta Debur. Tapi Debur telah terlanjur cinta. Ia tak mau melepaskan kekasihnya. Debur sebenarnya mau menjadikan Tonah sebagai istrinya. Karena ia tahu kalau Tonah pantas menjadi calon pendamping hidupnya. Sesuai impian dan harapan Debur selama ini. Tetap saja Tonah kapok bercinta dengan Debur. Masih berpacaran sudah begitu ketat, apalagi nanti setelah berumah tangga. Pasongsongan, 29/3/2020

Kanker Leher Rahim

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Soal uang tak sulit baginya. Orang tua Tonah pengusaha sukses yang kekayaannya takkan habis dimakan tujuh turunan. Tempat wisata termahal sudah ia singgahi. Hotel berbintang di luar negeri Tonah pernah menginapnya. Makanan paling enak di dunia sudah ia rasakan. Apapun yang ia impikan pasti tercapai. Sedangkan urusan lelaki, Tonah mudah mendapatkannya. Dengan uang dia tinggal membeli kepuasan di tempat tidur. Tapi sejak divonis dokter terkena kanker leher rahim, hidup Tonah bolak-balik rumah sakit. Pasongsongan, 29/3/2020

Sinden

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Pesinden ternama itu sekarang usianya sudah tua. Hidupnya menderita. Ia menempati rumah reyot warisan orang tuanya. Dulu banyak pengagumnya. Terutama kaum lelaki berkantong tebal. Ia tak memikirkan tentang keturunan. laki-laki kumpul kebonya tak terhitung. Kesenangan dunia menjadi prinsip hidupnya. Sebab duit mudah ia dapatkan, tak harus bekerja berat. Saat sudah tidak ada orang yang membutuhkan jasanya, perlahan tapi pasti perhiasan dan duitnya habis buat kebutuhan sehari-hari. Rumah dan seisinya, mobil, sepeda motor ludes ia jual. Dia pun menjalani hidup dalam kesepian di tengah kesendiriannya. Pasongsongan, 29/3/2020

Tergoda

Get Google Pentigraf: Yant Kaiy Debur lelaki normal yang berpenampilan up to date. Segar dan perkasa. Wajahnya tampan. Tonah sangat mendambakan Debur menjadi pacarnya. Lewat media sosial Debur selalu merespons statusnya. Namun ketika berjumpa di jalan, Debur bersikap biasa-biasa saja terhadapnya. Tak ada perhatian lebih. Lalu Tonah sering menelponnya. Barulah Debur mengerti kalau Tonah ada perhatian padanya. Ketika malam Minggu Debur beranjangsana ke rumahnya. Tonah tak keberatan tatkala Debur mendaratkan ciuman di dahinya, di lehernya… Ah! Pasongsongan, 29/3/2020