Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2021

Antologi Puisi Fragmen Nasib (16)

Karya: Yant Kaiy Surat dari Sahabat bila kerinduan menjelma jadi puisi alangkah riangnya suasana malamku berhiaskan rembulan tanda persahabatan kita badai sering mengsuncang pengembaraan, tirai tradisi berbeda terus saja tegak tak goyah berdiri menara di tengah samudera rasa setia berkepanjangan k eabadian yang senantiasa kita harapkan bukan hanya angan merobek kegersangan tanahku   kita sama-sama anak sekolah kita sama - sama senasib-seperjuangan kita sama - sama punyai tujuan dan harapan hanyalah rasa amat berbeda namun kita sama - sama menghargai itu paling kita sukai sebagai sebangsa   perjalanan musim kutempuh selama ini buahkan kemelaratan waktu b erbahagialah kau sahabat ! kejernihan telaga adalah lukisan kita mengalirkan beragam pesona jati diri terkuaklah s elubung , m enerjanglah kedengkian semata jalan kita tetap satu menuju pagi cerah tak mungkin tergelincir disepanjang perjuangan lantaran kita berbekal ma w as

Antologi Puisi Fragmen Nasib (15)

Karya: Yant Kaiy Duduk Merenung tanpa ada kalimat mengurai beragam sengketa kian me ruah seiring keserakahan kita kesengsaraan jadi bahan pembicaraan saja air mata begitu setia . m anusia tanpa cela, gumanku terus melintas renung an di pembaringan pikiranku angin bertiup di pengembaraan, kekecevaan ternatal ulah tangan tak bertanggung jawab meniti hari melelahkan , t enaga terkuras sia - sia kutergesa membenahi kebencian mendera ledakkan kemarahan tak terarah h anya inginkan lenyap kan baris-baris kecewa tak lebih . barangkali terlalu kerdil menurut banyak hati? terserah mereka menilaiku apa ! a sal jangan binasakan asaku menganga luka, menggerogoti jiwa tanpa ampun   kulabuhkan segala sengketa dari tak berharga diri meski bukanlah tujuan dari segala luka hati tak lebih sekadar dorongan keping nafsu   kusegera basuh muka dari tamparan debu iri yang membuatku tersiksa serentang kebebasan bersembunyi keterusteranganku f ana belaka,

Antologi Puisi Fragmen Nasib (14)

Karya: Yant Kaiy Angin barangkali kebenciannya semua ini berantakan sampai tak ada lagí sisa dayaku sanggup membendung tamparannya ibarat gempa mengguncang ragaku kupasang segala mantra paling ampuh biar berlalu segala kebusukan yang tak kukehendaki mendera sekujur raga ditebas tiada henti sampai darah menetes mengalir… melimpah tak terasa basahi bumiku kian subur saja   ada bait-bait ketidakpastian pijakkan kakiku di persimpangan jalan menuju cinta semua sudut-sudut rindu angin terus mambawa bidukku mengembara melebar pengalaman hidup penuh cobaan bersyukur atas keselamatan menyertai liku hidupku penuh penderitaan tanpa sebatang tongkat di tangan hanyalah keteguhan hati nan membaja kudapat merangkai serat liku jalan meniti hari penuh misteri tak menetan… berakhirlah penantian kesekian kalinya perjuanganku tumbang bersama duka-luka menoreh kegamangan ditiap dengus napasku ada saja sisa asa   setiakah kau menidurkanku dimalam ini? suaramuk

Antologi Puisi Fragmen Nasib (13)

Karya: Yant Kaiy Rahasiaku peluh berkolam-kolam mengairi ladang gersangku kusucikan segala bentuk kemaksiatan tanpa beban lagi gemercik embun rerumputan bergoyang vignetku dalam bingkai segudang tanya kuraba kemana langit sesungguhnya membawa impian sebatas kebebasan yang masih terbelenggu dosa, tidak segalanya hidup berbau comber hanyalah tuduhan menyakitkan menikam asa   kehidupanku penuh misteri, sukar terlacak bola mata liar, hanyalah seutas senyum manis penggoda iman tak menandingi keras batu karang disepanjang napasku, sesekali rahasia terkuak dalam keheningan malam bersama halimun, bersama bertabur bintang bangkitkan kobar asaku dibalik rimbun lamunan terasa menyeruak, membasahi rambut mengguyur tidurku   lalu untuk apa aku berdiam diri tanpa nyanyian aku telah penat menatap panorama memuakkan itu, jangan biarkan daku terus terbui begini barangkali semua mata akan merasa iba acapkali mereka menatapku penuh kebimbangan mengalir ai

Antologi Puisi Fragmen Nasib (12)

Karya: Yant Kaiy Mengendor Dayaku s urat menumpuk di meja belajarku persahabatan buahkan pengal am an s aling lempar masalah tersungging seutas tawa di fragmen lukisan asa berpegan g pada kebimbangan menggunung misteri menyapa a ntara lenguh dan hasrat membara aus sengketa semusim drastis te rgadaikan   terpang g ang di l ingkup harapan meratap dikesunyian malam rahasia kehidupan pun terkuak merangkai gamang duhai permata hidupku , kau selalu hadir acapk ali mengendor dayaku dipenantian musim rindu kau buat sebegini tega merampas kuasaku selaku lelaki kalau memang benar , k apankah kubangkit lag i   seolah percuma menenteng beragam nista diperjalanan ini kutahu dan kusadari semua semata - mata coba an a kankah semua pasti berakhir ? melupakan tak tega , m erahasiakan tak kuasa airmata berderai, membanjiri sungai asa lalu kemana wajahku t erbuang haruskah kuslmpan dan terus kusimpan ?   jangan biarkan aku terus menderita , saha

Antologi Puisi Fragmen Nasib (11)

Karya: Yant Kaiy Suara - suara M alam mala m men gg antun g di s epanjan g j alanku kerikil acapkali merubah l iku hidup kesekian kalinya tak jela s mata meraba dikegelapan malam ini hanyalah suara-suara binatang m enuntun takdir   terpuruk diri, halimun beterbang a n di s ekitarku menyapa pepohonan ada bertangkai bunga berguguran kuba w a naluri mendendangkan nyanyian jiwa setiap saat memba w a teka -t ek i dunia sekali lagi kuberteriak, hanyalah gema menyahut selebihnya kebingungan tanpa nakhoda berlayar sepuas hati m eratap sepuas jiwa membiarkan angan nelayang g ter s apu mendung kelabu berjerawatkan bintan g k esuci an itikad harapan datang seketika menyapu lara luas bahagia ter c ipta diantara desingan peluru lelah   suara - suara m alan seperti ini melayangkan pikiranku pada peristi w a ti g a tahun lalu di lensa mataku tergambar jelas sketsa berhiaskan kengerian bau darah detak jantung berpacu dengan l angkah tak ad

Berbagi Ilmu dan Berkah PN Sumenep di Desa Panaongan

Penyerahan santunan dari Pengadilan Negeri Kelas II Sumenep kepada fakir miskin dan anak yatim yang disaksikan langsung oleh Kepala Desa Panaongan, tokoh masyarakat setempat, personil Polsek Pasongsongan dan Koramil Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy) Sumenep – Bertempat di Kantor Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, tadi pagi (Sabtu, 26/6/2021), rombongan pegawai Pengadilan Negeri Sumenep Kelas II mengadakan sosialisasi tentang Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2019.   “Dimasa pandemi Covid-19 seperti sekarang, Pengadilan Negeri Sumenep mengimplementasikan sistem administrasi perkara di pengadilan secara elektronik. Mulai dari pendaftaran gugatan, pembayaran biaya perkara, dan bayar panjar perkara semuanya secara online,” terang juru bicara Pengadilan Negeri Sumenep.   Dalam sosialisasi ini dihadiri oleh personil dari Polsek, Koramil dan tokoh agama setempat.   Selanjutnya Pengadilan Negeri Sumenep memberikan santunan kepada puluhan anak yatim dan

Antologi Puisi Fragmen Nasib (10)

Karya: Yant Kaiy Noktah Kebusukan ada bait kegamangan mengapuri jiwa seakan sandiwara ter c ipta begitu saja lelah kuberdiri , j antungku b e rdetak s eketika menelusuri musim, meneguk beragam kebusukan terlontar dari ge tah bebatuan mengalir deras tak berdaya pikiranku   keben c ian bukanlah mak s ud hati, te r miliki... aku semakin beringas melu m at segala keben c ian itu berkali pula kute rlempar, s egelintir nista mengalah aib berkepanjangan mengukir, menoreh debu sepanjang jalan menggambari mobil - mobilan jungkir - balik seolah mengaba dika n kegigihanku t ersiksa dalam kegamangan terbakar asaku, berkobar pantang menyerah dari rimbun kebusukan, terlintas kesombongan menyulut amarah di hati membeku   sungguh, kutak mampu membedah kesesatan menga m bang sesekali angan mengutuk setiap kidung terdengar a da keganjilan di balik senyum mempesona sebuah misteri tak bakal mampu menyanderaku biar angin kencang menyapu harapanku , kutetap

Antologi Puisi Fragmen Nasib (9)

Karya: Yant Kaiy P esona Dara senyum s eperti kemarin itu menggoda gerakku bangki tkan hasrat un tuk mem iliki seutuhnya namun kehíjauan sikapku menggambarkan kekerdilan cinta atau berpikirku tak begitu melambung h anya tinggi impian menerjang apa saja di depan hidung tak sekeras baja t ak seteguh dinding penghalang langka h hanyalah iri membedaki paras berjerawatan aku memang tak mau senyum mengundang b e rahi, kecuali sebatas teman menu m pahkan problema d i gelas persahabatan barangkali takkan pernah ternatal kendati senyu m nya semanis madu berhiaskan kecongkakan serta dengki tak berkesudahan apa boleh buat k elahirannya ber w atak sedemikian   kuganti halusinasí merenda liku hidup yang porak poranda akibat gempa f itnah atas pilihanku menyendiri me m batasi keserakahan, menumpuk beraneka animo berakal bulus kesekian kalinya pada pesonanya, kemudian mengalir kebencian mengerosi bulatnya tekadku runtuh, pudar hasratku . lalu s osok peny

Antologi Puisi Fragmen Nasib (8)

Karya: Yant Kaiy Pulang Sekolah 1 tatapan itu menghujam tanpa batas menusuk relung kalbuku, wajah lembut nya berbibir ranum bercerita tanah gunungnya kepada anganku melepuh segalanya, terurai makn a hidup luaslah hati yang semula su m pek terhibur diri bersihkan raga oleh senyumnya   lautan tak bertepi i alah otaku keokkan tatapan curiganya   2 kubungkus segala lara menyiksa dari perjuanganku menumbangkan waktu berjalan dala m kehinaan , k emiskinan ada kalanya tubuh letih tertusuk persaingan   3 banyak yang t el ah kudapat darí peredaran pagi hingga siang berudarakan panas menilkam batok kepalaku kian membara saja . s epotong kendaraan tak mempedu l ikanku dari dahaga mengopeni sisa - sisa tenaga memudar dipenantian panjang seakan si a - sia kuberdiri mematung di tepi jalan. a ku memang terbiasa pulang sekolah dengan beribu kekecewaan tak terbe li barang sepeser pun meneguk air sawah mengalir di sekujur tubuh setiap asa menumbuhka

Antologi Puisi Fragmen Nasib (7)

Karya: Yant Kaiy Halusinasi J uang lelah kuterjungkal mengiringi titian perjalanan kutidurkan resah pada buaian angin d ari kekalutan har u biru halusinasi menelusuri sungai juangku menindih kesombongan tanpa tedeng aling - aling lagi terbengkalai ci n ta darí galau menumpuk memuai tersiram terik s erba ketidakpastian, s eperti dalam khayal berbalut sebuah kenyataan   mercu yang digerakkan angin adalah aku berhenti tanpa haluan keperkasaan terlanjur kumengambil satu tekad juang membuat hilang kepercayaa n diri h anya membajanya beragam hasrat kudiamkan saja memberat beban tak berkeping lagi terpaksa kuurungkan, biarlah mengalir … menetes bersama waktu terus bernganti musim membasah di sekujur raga tanpa harus berlari membuang luka   kupatahkan segala kebodohan yang tak terimpikan semua insan biarlah halusinasi mengembara sesuka jiwanya kukan tetap disini , b ertarung dengan nasi b kian memburuk lupakan masa lalu begitu menyiksaku

Antologi Puisi Fragmen Nasib (6)

Karya: Yant Kaiy Lagu u ntuk Sahabat kurasakan sesak nafasku merenda langkah duduk menyendiri menghitung bintang seringkali tertangkap panca indera keinsyafanku jadí mualim p erjalanan ini memanggilku segala aral mematangkan tekad bulatku berderai usia membuih di ling karan mimpi, ada nyanyian merajuk sikapnya k utak mengapa terbiasa tak enak dudukku menanti kekaribanmu   mungkin ci n taku terlalu tinggi menggapai impian barangkali terlalu menjulang gunung niatku semestinya kau mengerti tentangku d ari sekian l ama kita bergandeng tangan b erdiri bak arca tanpa haluan sesekali kita beda persepsi membuncah, d a n kau tak pernah berhenti melempark u bukankah dari semula kita sama - sama menderita cakrawala menundukkan kelopak bunga kita seolah kau bangga m enyaksikan ku terpuruk berlumur darah, air mata tak ternilai membanjir. Sumenep, 24/07/ 19 88

Antologi Puisi Fragmen Nasib (5)

Karya: Yant Kaiy Ladang menghampar tandus bumiku tertiup angin lenyap kefrustasian diri, s eru memburu asa bergoyang segala yang ada kusak s ikan n yata, air mengalir sisa hujan semalam ke pori bumi gersangku membasahi segalanya , rambut jagung berzikir sesekali membuai naluri pada kesenduan kutidurkan kekecewaan di s epanjang jalan takdir tereguk benak riang , l egalah kerongkonganku   panas udara menyelinap suasana ruang belajarku me nganugerahi beragam perjuangan , terpendam d u ka acapkali runtuh keger s angan berganti kidung desa ler... sa'aler… ler... s a'aler… aler-aler kong… tumbuhlah tongkat tertancap disela bebatuan bersemilah dedaunan , l enyaplah derita kegamangan punah di terkam embun pagi sketsa musim di dada t ak gentar m elawan siksa   kambing mengunyah reru m putan anaknya tertidur pulas di sampingnya seperti halnya diriku mengembara merdeka senantiasa lenyapkan keraguan namun ladangku takkan pernah