Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Therapy Banyu Urip Madura Berqurban

MS. Arifin (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Seperti tahun-tahun sebelumnya, CEO Therapy Banyu Urip International, MS. Arifin di Hari Raya Idul Adha melakukan pemotongan hewan qurban, baik di Yogyakarta dan Sumenep. Untuk lebaran qurban kali ini ada yang special, MS. Arifin datang ke rumah baru dibelinya yang berada di kawasan Jalan Kiai Abubakar Sidik Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Menurut informasi dari kerabat pemilik rumah sebelumnya, bahwa rumah tersebut diperkirakan dibangun pada abad XVIIl. “Sengaja saya agak lama berada di Pasongsongan karena sedang rehab rumah dan tempat praktek Therapy Banyu Urip. Juga, insya Allah besok pemotongan sapi akan dilakukan di sini,” terang MS. Arifin kepada apoymadura.com di rumah berasitektur tempo dulu . Kamis (30/7/2020). Selama berada di rumah tersebut, MS. Arifin telah menerima beberapa kunjungan pasien kendati grand opening tempat prakteknya belum diresmikan. Ia melayani mereka dengan ramah-tamah.

Kisah King dan Pelabuhan Pasongsongan

Amaniyah Tahir (foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Cerita tentang King yang berasal dari Tiongkok Tibet sangat kental mewarnai nuansa keragaman sosial-budaya masyarakat di Pasongsongan. Dari harmonisasi kemajemukan inilah akhirnya memunculkan kemajuan perekonomian amat pesat di wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pamekasan. Amaniyah Tahir, salah seorang keturunan king bertempat tinggal di Dusun Pakotan Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep punya cerita tentang nenek moyangnya. “Menurut cerita orang tua, King adalah leluhur peranakan Cina yang ada di Pasongsongan. King dan keluarganya mendarat di Pelabuhan Pasongsongan sekira abad XVII. Kemudian ia melakukan aktivitas bisnis. King merajai perniagaan hingga akhirnya berangkat naik haji ke Tanah Suci, Mekah,” terang Amaniyah Tahir pada apoymadura.com. Rabu (29/7/2020). Ini jelas ada korelasi yang menunjukkan kepada khalayak luas kalau Pelabuhan Pasongsongan merupakan pelabuhan termasyhur dan ra

Dampak Penggunaan Tikar Daun Lontar

Catatan: Yant Kaiy Diperkirakan pertengahan Agustus 2020, panen tembakau di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura sebentar lagi akan dimulai. Cuaca sepertinya agak bersahabat dengan tidak turun hujan, tentu akan menambah kualitas tembakau lebih baik. Harapan banyak petani, harga tembakau kali ini tidak anjlok seperti tahun kemarin. Dimana petani mengalami kerugian cukup parah dengan harga tembakau rajang berkisar Rp 10.000,- per kilogram. Alih-alih mau mendapat keuntungan, modal yang dikeluarkan hanya kembali separuh. Dibalik proses hasil tembakau, biasanya tembakau rajang akan dibungkus tikar yang terbuat dari daun lontar. Kita tentu tahu kalau daun lontar diambil dari pohon siwalan yang keberadaannya saat ini sudah sedikit. Hal ini membuat harga tikar menjadi mahal. Kalau tahun lalu berkisar Rp 50.000,- per satu tikar. Setelah sampai di gudang pabrikan rokok, tikar pembungkus itu dibuang begitu saja. Sangat disayangkan. Kalau saja pembungkus tembakau raja

Pembelajaran Daring dan Literasi SDN Pasongsongan IV

Haji Akh. Busri, S.Pd, M.Pd. Kepala SDN Pasongsongan IV Apoymadura, Sumenep – Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan SDN Pasongsongan IV Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep ternyata tidak mengalami kendala berarti. Semua berjalan sesuai dengan regulasi yang ditetapkan Kepala Dinas Pendidikan Sumenep selama pandemi Covid-19. “Pembelajaran daring di SDN Pasongsongan IV dilaksanakan oleh dewan guru di sekolah. Sedangkan para murid tinggal di rumah masing-masing. Lewat aplikasi WA, guru memberikan materi pelajaran kepada semua anak didiknya,” terang Kepala Sekolah SDN Pasongsongan IV Haji Akh. Busri, S.Pd, M.Pd kepada apoymadura.com. Minggu (26/7/2020). Pernyataan ini sekaligus menepis isu kalau semua peserta didiknya masuk ke sekolah. Yang benar, semua guru yang masuk ke sekolah dan para murid tetap di rumah mengikuti pelajaran yang diberikan gurunya secara online. Literasi Sekolah Untuk mengisi waktu luang, dewan guru di SDN Pasongsongan IV melaks

Therapy Banyu Urip Pusat Madura Berbagi

Yant Kaiy dari apoymadura.com (kiri) dan MS.Arifin Apoymadura, Sumenep – CEO Therapy Banyu Urip International, MS. Arifin pulang kampung halaman dalam rangka mau berkurban sapi di Hari Raya Idul Adha. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kurban sapi dilaksanakan di dua tempat, yakni di Yogyakarta dan Sumenep Madura. “Bagi saya, menyembelih hewan kurban wajib hukumnya untuk seorang muslim yang berkecukupan. Ini saya lakukan dalam rangka berbagi terhadap sesama,” ujar MS. Arifin tidak terkesan menyombongkan diri. Dijumpai di rumahnya yang asri, Jalan Kiai Abubakar Sidik, Depan Bank Jatim Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, MS. Arifin mengatakan kalau kedatangannya selain berkurban, dia juga akan merenovasi rumah yang baru dibelinya. “Nantinya rumah ini selain menjadi tempat tinggal bagi kami, juga akan dijadikan rumah sehat. Tempat therapy bagi pasien. Tidak harus menunggu grand opening, mulai saat ini bila ada orang sakit, langsung saja datang ke sini. Atau bi

Kekuatan Paslon Fattah Jasin-Kiai Fikri

Hairul Anwar (kiri) dan Nyai Mila (kanan) Catatan: Yant Kaiy Dari banyak media online diberitakan, kalau Nyai Mila akan menjadi daya gedor anyar aliansi Relawan Hairul Anwar. Beliau dipercaya  sebagai Ketua Tim Relawan Hairul Anwar For Fattah Jasin. Kabar ini semakin membuat pasangan calon (Paslon) Fattah Jasin-Kiai Fikri mendapat keyakinan bisa merebut suara terbesar dari Pilkada Sumenep 2020 kali ini. Ini tentu surprise. Nyai Mila atau nama lengkapnya Wafiqoh Jamila adalah mantan istri Kiai Haji A. Busyro Karim (Bupati Sumenep). Jelas dia dipercaya menjadi poros terdepan membawa perempuan Sumenep memilih Fattah Jasin-Kiai Fikri. Sedangkan kepastian deklarasi perempuan da’i ini tinggal menunggu saat yang tepat. Menurut para pengamat politik, Nyai Mila akan menjadi motor vital dalam kampanye nanti. Karena beliau ahli dalam berceramah. Semua orang tahu, jikalau tokoh agamawan bagi sebagian besar warga masyarakat Sumenep merupakan corong terbaik mempengaruhi mindset p

Menyikapi Maraknya Pesta Pernikahan di Pasongsongan

Catatan: Yant Kaiy Sepuluh hari terakhir di Juli 2020 mulai marak pesta pernikahan di wilayah Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura. Itu bisa terdengar dari suara sound system dari beberapa penjuru desa. Padahal dari beberapa kantor pemerintah dan swasta masih tetap menerapkan protokol kesehatan. Sekolah-sekolah juga ditutup. Lantaran pemerintah pusat masih belum memberi aba-aba kalau situasi sudah masuk ke zona new normal. Realita ini terkesan ada rasa tidak percaya dari masyarakat terhadap pernyataan gugus tugas penanganan Covid-19, kalau virus corona masih ada dan mengancam jiwa warga masyarakat. Beberapa alasan mengalir lantaran disinyalir ada kebohongan dari sekian episode pasien Covid-19. Ada pula kejanggalan-kejanggalan yang mereka temukan berdasarkan cerita dari mulut ke mulut. Entah kenapa masyarakat lebih percaya kabar tidak jelas (abu-abu) dari pada pernyataan resmi dari pemerintah. Dinamika ini sejatinya menjadi kajian bersama dan bisa menarik benan

Lagu Lama Pabrikan Rokok di Madura

Seorang petani tembakau di Dusun Sempong Barat Desa/Kecamatan Pasongsongan-Sumenep. Catatan: Yant Kaiy Seperti tahun-tahun sebelumnya, selalu saja gudang pembelian tembakau di Sumenep dan Pamekasan melakukan manuver politik dagang tidak adil. Tidak berpihak pada kaum petani tembakau. Senantiasa mau enaknya sendiri. Bahkan, petani selalu menjadi objek permainan mereka. Sungguh ironis. Tapi itulah yang terjadi dan tetap berlaku dari dulu hingga kini. Ketika panen tembakau hanya satu dua orang biasanya harga mengikuti anjuran pemerintah daerah setempat, sesuai kesepakatan sebelumnya. Namun ketika panen tembakau sudah banyak, harga kemudian turun. Petani pun pasrah karena tidak mungkin tembakau rajangan itu dibuat rokok sendiri. Parahnya lagi gudang pabrikan rokok tutup dengan alasan kebutuhan tembakau sudah terpenuhi. Permainan ini tentu akan sangat mengiris hati nurani sang petani. Sebab tidak sedikit biaya seorang petani yang digelontorkan sejak mulai menanam hingga pan

Pelangi Covid-19 di Pasongsongan

Catatan: Yant Kaiy Kerinduan peserta didik dan dewan guru pada kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak dapat terbendung lagi. Diantara mereka tidak bisa lagi menyembunyikan keinginannya masuk kembali ke lembaga pendidikannya. Setelah sekian lama terkurung dalam protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah dengan alasan demi keselamatan bersama. Pro-kontra di masyarakat akar rumput tentang gonjang-ganjing virus corona memantik keresahan amat serius. Hampir empat bulan masyarakat berada di bawah bayang-bayang hitam Covid-19. Fenomena itu ternyata pada awalnya saja, tapi pada episode terakhir (medio Juli 2020) sebagian besar masyarakat jemu membicarakannya. Seolah ketakutan mereka sudah luntur tergerus informasi simpang-siur. Akan tetapi lembaga pendidikan swasta dan negeri, baik tingkat TK sampai SMA di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep tetap tidak mengadakan pembelajaran tatap muka, melainkan pembelajaran daring dari rumah masing-masing dengan model interaktif

Dilema Petani Tembakau Pasongsongan Sumenep

Tanaman tembakau milik seorang warga Desa Pasongsongan Catatan: Yant Kaiy Diperkirakan akhir Agustus 2020 panen tembakau di Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep akan segera dimulai. Gonjang-ganjing tentang adanya beberapa pabrik rokok yang takkan membeli tembakau Madura, ternyata tak membuat kendor semangat para petani. Mereka tetap bergairah dalam menanam tembakau seperti tahun-tahun sebelumnya. Warga masyarakat Desa Pasongsongan yang melakukan penanaman tembakau meliputi Dusun Sempong Barat dan Dusun Sempong Timur. Kendati demikian, sebagian dari mereka ada yang membeli tembakau dari luar Pasongsongan. Kemudian mereka merajangnya. Sebenarnya lahan penanaman tembakau di dua dusun ini masih banyak yang tidak ditanami. Alasan dari mereka karena faktor air. Umumnya mereka mengambil air dari sumur yang kedalamannya berkisar 20 meter. Tapi airnya tidak cukup. Beruntunglah kemarin hujan turun dua kali sehingga tanaman tembakau mereka tampak lebih baik ketimbang tah

Inovasi Kades Pasongsongan AS Harianto

Kades Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto Catatan: Yant Kaiy Terobosan mengesankan Kepala Desa (Kades) Pasongsongan Kabupaten Sumenep, Ahmad Saleh Harianto, S.Pt sangat mendapat apresiasi luar biasa dari segenap warganya. Walau masih belum genap satu tahun menjabat, Kades AS Harianto sudah melakukan beberapa renovasi dan pembangunan sarana dan prasarana. Mulai dari pembangunan jalan ke beberapa pelosok dusun, pembenahan Balai Desa, kedisiplinan dan instruksi peningkatan pelayanan aparatur desa terhadap semua warga masyarakatnya yang tidak tebang pilih, efisiensi anggaran sesuai peruntukannya yang diambil dari Dana Desa. Semua bergerak menciptakan nuansa baru demi satu tujuan, kemajuan desa untuk kesejahteraan bersama. Atensi dari Kades AS Harianto melahirkan harapan baru menjanjikan. Bahkan tidak lama lagi akan segera dibangun swalayan BUMDes yang letaknya begitu strategis, simpang tiga menuju Pelabuhan Pasongsongan. Diharapkan dengan dibukannya swalayan ini dapat membe

Sistem Tangkap Ikan Nelayan Pasongsongan

Kusmawardi, tokoh nelayan Desa Padangdangan Kecamatan Pasongsongan-Sumenep Apoymadura, Sumenep – Nelayan Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura dikenal sebagai nelayan tangguh dan pemberani. Menurut para tokoh sejarah, sebelum abad XV nelayan-nelayan Pasongsongan sudah pernah sampai ke daerah Aceh, Sulawesi dan Kalimantan. Karena hasil tangkap ikan nelayan Pasongsongan melimpah, lalu para pedagang banyak melakukan transaksi ikan di pelabuhan. Lambat laun pelabuhan pesisir Pasongsongan mulai banyak diperbincangkan banyak orang keberadaannya. Oleh sebab itu, kemudian para pedagang dalam dan luar negeri singgah di pelabuhan pantai Pasongsongan, menjajakan dagangannya. “Hingga saat ini hasil tangkap ikan nelayan Pasongsongan terbilang yang terbesar di Madura. Tapi sayang di Pasongsongan tidak ada pengolahan hasil ikan,” komentar Kusmawardi, seorang tokoh pengamat kelautan berasal dari Desa Padangdangan Kecamatan Pasongsongan Sumenep kepada apoymadura.com. Seni

Perkumpulan Pajangan Sapi Madura

Deretan sapi di Perkumpulan Pajangan Sapi Madura di Pasongsongan-Sumenep Catatan: Yant Kaiy Pada Minggu (19/7/2020), di Dusun Sempong Barat dan Sempong Timur Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura, ada sebuah Perkumpulan Pajangan Sapi Madura. Komunitas sapi berharga jual tinggi ini digelar sore hari setiap satu bulan dua kali secara bergilir. Didalamnya ada arisan sebagai pengikat antar anggota. Sapi-sapi dipajang berderet memanjang yang kanan-kirinya diikat pada bambu. Di kepala dan leher sapi-sapi tersebut ada aksesoris yang menambah daya tarik tersendiri. Menurut keterangan dari beberapa orang pemilik sapi yang saya jumpai, tujuan diadakannya perkumpulan itu supaya para pemilik sapi bisa saling tukar informasi, bagaimana cara merawat sapi yang baik. Mulai dari makanan selain rumput, memandikan dan memijat sapi agar tubuhnya terlihat elok. Sebagian besar dari pemilik sapi itu adalah petani yang saat ini sedang menanam tembakau. Mereka merelakan w

Cerita Nelayan Pasongsongan Sumenep

Pelabuhan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura Catatan: Yant Kaiy Sebelum abad XV para nelayan Pasongsongan sudah dikenal banyak orang, baik dalam negeri dan mancanegara. Dikenalnya para nelayan Pasongsongan lantaran mereka sudah melanglang buana berlayar ke beberapa tempat menjajakan hasil tangkapan ikannya. Karena nelayan pula akhirnya pelabuhan Pasongsongan menjadi ramai. Banyak perahu-perahu dari luar negeri berlabuh dalam rangka berniaga dengan masyarakat di situ. Satu bukti yang tidak terbantahkan, yakni adanya etnis Arab dan Cina di Pasongsongan. Keberadaan kedua suku bangsa ini datang lewat pelabuhan Pasongsongan dan menetap di Kecamatan Pasongsongan. Awal mulanya mereka berdagang. Kedua etnis ini begitu kental mewarnai hinga-bingar kemajuan Pasongsongan tempo dulu. Etnis Arab menempati Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Beberapa kuburan di Astah Buju’ Panaongan yang di batu nisannya bertuliskan ‘syekh’ sebelum nama orangnya merupak

Motivasi Literasi Sekolah

Akhmad Jasimul Ahyak (kanan) Apoymadura, Sumenep - Gerakan literasi sekolah sejatinya terus dipupuk para guru terhadap peserta didiknya. Salah satu yang lagi populer berlaku pada sekolah-sekolah di Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep saat ini, yakni menggambari dinding ruang kelas dan pagar sekolah. Tema alam sekitar menjadi pilihan terbanyak dari para pendidik. Lewat harmonisasi warna pada gambar dan pesan edukatif akan melahirkan gairah dalam hal belajar. Pola yang demikian menjadi harapan bersama bagi semua guru. Adalah perupa Akhmad Jasimul Ahyak yang kebanjiran job melukis dinding sekolah di masa pandemi Covid-19. “Saban hari saya berpacu dengan waktu menyelesaikan literasi dinding sekolah. Sebab sudah ada sekolah yang antri mulai bulan Juni kemarin,” terang Jasimul panggilan akrab perupa berkacamata tebal pada apoymadura.com. Jum’at (17/7/2020). Ia menambahkan, bahwa dirinya punya tanggung jawab moral dalam menggambar. Disamping perpaduan warn

D. Zawawi Imron: Tentang Falsafah Madura

D. Zawawi Imron (tengah) dan Yant Kaiy dari apoymadura.com (kanan) Catatan: Yant Kaiy Masyarakat Madura sudah banyak tahu kalau D. Zawawi Imron adalah seorang budayawan kelahiran Kecamatan Batang Batang Kabupaten Sumenep nan masyhur. Namanya tak lekang oleh perkembangan jaman. Hingga kini dia tetap menduduki puncak teratas sebagai seniman berjiwa besar dan tak tergantikan. Sosoknya seolah mewakili keberadaan karakter orang Madura sebenarnya. Diawal 2020 kemarin, saya menghadiri acara bedah buku seorang penyair di Gedung NU Kota Keris Sumenep. Dalam ceramah budaya, Zawawi bercerita panjang lebar tentang falsafah masyarakat Sumenep yang sebagian memiliki persamaan dengan falsafah suku Bugis. Dalam budaya Sumenep dalam hal etos kerja ada kalimat: “ Abantal ombak asapo’ angin, alako barra’ apello koneng”. Artinya: Berbantalkan ombak berselimut angin, bekerja keras berkeringat penghabisan. Sedangkan dalam filosofi kerja orang Bugis ada kalimat begini: “Kalau layar sudah k

Literasi Motivasi SDN Pasongsongan IV

Akhmad Jasimul Ahyak, perupa berasal dari Pasongsongan-Sumenep Apoymadura, Sumenep - SDN Pasongsongan IV Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep berlokasi di sebelah selatan Lapangan Sawunggaling Dusun Morasen. Sekolah ini telah banyak melahirkan generasi penerus berdedikasi tinggi dan menjadi tokoh publik yang diperhitungkan keberadaannya. Dengan tenaga pengajar yang memiliki kompetensi cukup bagus tentu akan menjadi pilihan terbaik bagi segenap wali murid dalam menyekolahkan anak-anaknya. Ditambah kedisiplinan para tenaga pendidik akan menjadi perhitungan tersendiri bagi calon murid baru. Apalagi tidak ada catatan “dosa” masa lalu.   Akhmad Jasimul Ahyak sedang melukis dinding Maksud “dosa” masa lalu yaitu para gurunya tidak baik dalam mendidik, melakukan pembiaran pada jam masuk sekolah dengan datang terlambat, sehingga yang terjadi semua muridnya terlantar dan berkeliaran bermain. Sebab wali murid akan bertanya kepada anaknya tentang aktvitas belajar mengajar

Antara Pelabuhan Pasongsongan dan Buju’ Panaongan

Pelabuhan Pasongsongan Sumenep Catatan: Yant Kaiy Pelabuhan Pasongsongan terletak di wilayah Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep disinyalir merupakan pelabuhan tertua dan termasyhur sampai ke penjuru dunia. Memang tidak ada catatan valid yang bisa menguak sejarah keberadaan pelabuhan pantai ini. Namun ada jejak sejarah yang dapat ditelisik dengan keberadaan komunitas Bangsa Arab yang menetap di lokasi pesisir Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan dan adanya kampung Cina di sepanjang Jalan Kiai Abubakar Sidik Pasongsongan. Dua bukti kuat kalau Pelabuhan Pasongsongan adalah pelabuhan terbesar di Pulau Garam Madura.   Astah Buju' Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura Aktivitas perdagangan menjadi ajang munculnya dua bangsa pendatang di Desa Pasongsongan. Apalagi masyarakat lokal tidak alergi terhadap mereka yang berlainan suku, agama, ras, dan adat istiadat. Ini menunjukkan kepada seluruh bangsa-bangsa di dunia kalau warga Pasongson

Mengenal KH. Ismail Tembang Pamungkas

KH. Ismail Tembang Pamungkas (kiri) bersama Yant Kaiy dari apoymadura.com. Catatan: Yant Kaiy Warga Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep seringkali mengundang Kiai Haji Ismail Tembang Pamungkas dalam mengisi acara pengajian. Terutama pada hari-hari besar Islam. Seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Isra’ Mi’raj. Menurut masyarakat di pesisir utara Pulau Madura, kandungan siraman rohani Kiai Ismail begitu dalam. Pemaparannya lugas, mudah dicerna dan masuk akal serta jarang melawak. Tapi hadirin biasanya larut dalam isi ceramah yang disajikannya. Itulah kelebihan beliau yang jarang para da’i miliki. Pada Senin (5/7/2020), saya dan seorang teman berkunjung ke tempat tinggalnya di Desa Paberasan Kecamatan Kota Sumenep, tujuannya mau mengundang Kiai Ismail untuk sebuah acara Selamatan Pernikahan, ternyata beliau baru datang dari Situbondo mengisi pengajian di sana. Di Pulau Jawa beliau lebih akrab dipanggil Kiai Haji Ismail Macan Madura. Kami berd

Menyibak Kekuatan Pasangan Fattah-Fikri

Opini: Yant Kaiy Ada beberapa poin penting dalam peta kekuatan Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Sumenep 2020, Dr. Ir. H. RB. Fattah Jasin, M.S dan KH. Muhammad Ali  Fikri Warist. Menurut para pengamat politik yang ada di Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, menggaris bawahi bahwa pasangan Fattah-Fikri mempunyai peluang besar mendulang suara terbanyak di Pilkada Sumenep 2020 nanti. Berikut beberapa unsur vital yang dimiliki Paslon Fattah-Fikri dalam Pilkada Sumenep dan berpotensi dapat menjungkalkan lawan: 1. Unsur Birokrat Semua warga masyarakat Sumenep sudah tahu betul kalau Fattah Jasin memiliki kapabilitas mumpuni sebagai pejabat di Jawa Timur. Suka atau tidak suka, terbukti Fattah Jasin sudah berhasil menjalankan amanah dari negara yang dibebankan kepadanya. Latar belakang inilah akan menjadi pertimbangan kaum intelektual dalam menjatuhkan pilihannya. 2. Unsur Pesantren Tradisi pengabdian dari para alumni dan keluarganya pada pengasuh

Segera Dibuka Therapy Banyu Urip Madura

Apoymadura.com, Sumenep – Berlokasi di Jalan Kiai Abubakar Sidik, Depan Bank Jatim, Desa/Kecamatan Pasongsongan Sumenep, akan segera dibuka Therapy Banyu Urip International Pusat Madura. Siaran pers yang diterima apoymadura.com langsung dari CEO pengobatan alternatif ini, MS. Arifin tadi sore, Minggu (12/7/2020), menerangkan, bahwa Pasongsongan menjadi pusat kedua setelah Yogyakarta. “Saya sering menerima permintaan dari beberapa warga Pasongsongan khususnya, agar kami juga membuka Therapy Banyu Urip di daerah ini. Karena mereka sebagian besar telah mengenal ramuan tradisional produk kami. Bahkan ada banyak dari mereka yang sudah merasakan manfaat dan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya,” tegas MS. Arifin lebih jauh. Sedangkan bangunan gedung Therapy Banyu Urip Pusat Madura sudah ada, tinggal menatanya agar para pasien merasa nyaman berobat. “Terspesial di Pasongsongan akan diadakan pengobatan gratis setiap Jum’at, Sabtu dan Minggu. Senin sampai Kamis pengoba

Warna Baru SDN Pasongsongan IV

Amirul Fatoni (kanan) bersama perupa asal Desa/Kecamatan Pasongsongan Akhmad Jasimul Ahyak Apoymadura, Sumenep – Dalam kurun waktu cukup lama murid-murid SDN di seluruh pelosok negeri nusantara memanfaatkan pembelajaran jarak jauh (daring) selama pademi Covid-19. Tak terkecuali di SDN Pasongsongan IV Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, para peserta didiknya memanfaatkan sarana internet dalam belajar di rumah. Dampaknya sekolah menjadi kurang terjaga kebersihannya dengan banyaknya sampah dedaunan. Ditambah rumput tumbuh liar di halaman sekolah. Menyikapi dengan kurang terawatnya sekolah, Kepala SDN Pasongsongan IV, H. Akh. Busri, S.Pd, M.Pd memberi tugas kepada salah seorang guru sukwannya,  Amirul Fatoni melakukan kegiatan bersih-bersih sekolah. “Dalam kegiatan bersih-bersih sekolah sudah dilakukan sekian lama. Saya dengan beberapa rekan guru selalu datang ke sekolah, meski tidak setiap hari. Tapi dalam minggu ini saya setiap hari ke sekolah karena ada perupa,

Goa Soekarno Pasongsongan (Habis)

Ceng Rasidi (kanan) bersama penulis Catatan: Yant Kaiy Para ahli arkeologi (ilmu yang mempelajari kebudayaan/manusia masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan)  mengelompokkan fungsi gua berdasarkan pemanfaatannya sebagai berikut: 1. Pada jaman pra sejarah (primitif), gua dijadikan sebagai tempat berlindung satu-satunya oleh manusia dari serangan binatang buas. Juga sebagai tempat berlindung dari suaca panas dan hujan. 2. Sebagai tempat penambangan  mineral (kalsit/gamping, guano). Juga sebagai tempat perburuan  (wallet, sriti, kelelawar). 3. Sebagai tempat obyek wisata alam (rekreasi) bebas atau hobi yang pada ujungnya manusia akan lebih dekat dengan Yang Maha Pencipta. 4. Sebagai obyek sosial budaya (legenda, mistik). Orang-orang jaman dahulu salah satunya memanfaatkan gua sebagai tempat menyatukan diri dengan Sang Khalik. 5. Sebagai lokasi  air tanah potensial sepanjang tahun. Gua pada dataran rendah bisa menampung/menyerap

Goa Soekarno Pasongsongan (Bagian VI dari 7 Tulisan)

          Goa Soekarno Pasongsongan-Sumenep       Catatan: Yant Kaiy Sebenarnya kenapa banyak orang jaman dahulu yang  menjalankan tirakat. Menurut K.H. Ismail Tembang Pamungkas, tentu hal itu disebabkan agar  tidak terganggu konsentrasi mereka dalam menyatukan alam pikirannya  dengan Sang Pencipta. Kita tentu memahami, banyak orang-orang sakti jaman dahulu yang memanfaatkan gua sebagai tempat olah batin (riyadah). Sebab gua  lebih bisa menjamin seseorang terlindung dari berbagai gangguan dalam hal mencapai sebuah bentuk niat dan kesuksesan. Alam pikiran menjadi fokus, tidak terpecah dengan pikiran lain. Menurut Ceng Rasidi, Goa Soekarno sebenarnya sering menjadi tempat menjalankan riyadah. Ada diantara leluhurnya menjalankan laku batin di Goa Soekarno. Pernyataan ini dia dapatkan dari kakeknya dulu ketika dirinya masih kecil. Dan pernyataan tersebut diperkuat lagi dengan Sukardi yang menjalankan tirakat di gua itu, ia meyatakan kalau ada seseorang datang secara gaib pada

Goa Soekarno Pasongsongan (Bagian V dari 7 Tulisan)

Goa Soekarno Pasongsongan-Sumenep Catatan: Yant Kaiy Sukardi berasal dari Jember dan menempati Goa Sukarno pada tahun 2001. Ia menikahi perempuan bernama Puhana yang tak lain adalah anak tercinta dari Ceng Rasidi. Selanjutnya pasangan ini menjadikan Goa Soekarno sebagai tempat tinggalnya sampai akhirnya mempunyai satu anak laki-laki tampan bernama Joko Satrio Nurcahyo. Sebelum menempati gua tersebut, menurut pengakuan Sukardi kepada Ceng Rasidi, ia mendapatkan wangsit  (petunjuk) ketika dirinya berada di Jember. Wangsit itu datang ketika dirinya sedang menjalani riyadah di sebuah tempat keramat di Kabupaten Jember. Sukardi sebelumnya tidak pernah ke Desa Panaongan. Ia berangkat  dari Jember menuju gua tersebut seorang diri.  Ia mengikuti petunjuk yang ada dalam wangsit tersebut. Sebelum Sukardi menempati Goa Soekarno, Ceng Rasidi menyarankan agar di sekitar gua dibersihkan dulu dari semak belukar. Sebab banyak ular yang bersembunyi di balik batu cadas. Kalau tidak diba