Kusmawardi, tokoh nelayan Desa Padangdangan Kecamatan Pasongsongan-Sumenep |
Apoymadura, Sumenep –
Nelayan Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura dikenal
sebagai nelayan tangguh dan pemberani. Menurut para tokoh sejarah, sebelum abad
XV nelayan-nelayan Pasongsongan sudah pernah sampai ke daerah Aceh, Sulawesi
dan Kalimantan.
Karena hasil tangkap ikan nelayan Pasongsongan melimpah,
lalu para pedagang banyak melakukan transaksi ikan di pelabuhan. Lambat laun
pelabuhan pesisir Pasongsongan mulai banyak diperbincangkan banyak orang
keberadaannya. Oleh sebab itu, kemudian para pedagang dalam dan luar negeri
singgah di pelabuhan pantai Pasongsongan, menjajakan dagangannya.
“Hingga saat ini hasil tangkap ikan nelayan Pasongsongan
terbilang yang terbesar di Madura. Tapi sayang di Pasongsongan tidak ada
pengolahan hasil ikan,” komentar Kusmawardi, seorang tokoh pengamat kelautan
berasal dari Desa Padangdangan Kecamatan Pasongsongan Sumenep kepada apoymadura.com. Senin (20/7/2020).
Ketika Kusmawardi ditanya tentang sistem tangkap ikan
nelayan Pasongsongan, lelaki yang sudah berusia lebih 50 tahun ini menjelaskan,
bahwa ada banyak sistem yang mereka terapkan. Sistem itu meliputi; majeng, arombang, apolang dan ngoncor.
“Majeng, cara
seorang nelayan menangkap ikan dengan pajeng
(jaring besar). Ngoncor, cara seorang
nelayan menangkap ikan dengan pajeng dan
sinar lampu sebagai sarana supaya mendekatkan ikan pada perahu. Arombang, yakni sistem menangkap ikan
menggunakan jaring dan bermalam dilaut lebih 3 hari. Apolang, yaitu menangkap ikan dengan alat pancing dan perahu terus
berjalan,” terang Kusmawardi cukup rinci.
Umumnya penangkapan ikan itu dilakukan pada malam hari. Tapi
pada saat bulan bersinar terang, biasanya para nelayan tidak melaut. Dimasa
istirahat inilah mereka memperbaiki atau membenahi perahunya agar ketika melaut
tidak ada kendala berarti. (Yant Kaiy)
Komentar
Posting Komentar