Langsung ke konten utama

Warna Baru SDN Pasongsongan IV

Amirul Fatoni (kanan) bersama perupa asal
Desa/Kecamatan Pasongsongan Akhmad Jasimul Ahyak

Apoymadura, Sumenep – Dalam kurun waktu cukup lama murid-murid SDN di seluruh pelosok negeri nusantara memanfaatkan pembelajaran jarak jauh (daring) selama pademi Covid-19. Tak terkecuali di SDN Pasongsongan IV Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, para peserta didiknya memanfaatkan sarana internet dalam belajar di rumah.

Dampaknya sekolah menjadi kurang terjaga kebersihannya dengan banyaknya sampah dedaunan. Ditambah rumput tumbuh liar di halaman sekolah.

Menyikapi dengan kurang terawatnya sekolah, Kepala SDN Pasongsongan IV, H. Akh. Busri, S.Pd, M.Pd memberi tugas kepada salah seorang guru sukwannya,  Amirul Fatoni melakukan kegiatan bersih-bersih sekolah.

“Dalam kegiatan bersih-bersih sekolah sudah dilakukan sekian lama. Saya dengan beberapa rekan guru selalu datang ke sekolah, meski tidak setiap hari. Tapi dalam minggu ini saya setiap hari ke sekolah karena ada perupa, Akhmad Jasimul Ahyak yang diundang Pak Kepsek melukis dinding sekolah dengan gambar-gambar edukatif,” papar Amirul Fatoni kepada apoymadura.com. Sabtu (11/7/2020).


Ketika ditanya soal kerinduan terhadap para anak didiknya karena setiap hari biasa mengajar. Lelaki kelahiran 13 Mei 1991 mengatakan, kerinduan untuk kembali mengajar sangat besar. Akan tetapi virus corona masih belum lenyap dari muka bumi Indonesia. (Yant Kaiy)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p