Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Sekilas Sejarah Pasongsongan

   Astah Syekh Ali Akbar di Dusun Pakotan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura SUMENEP, apoymadura.com - Tidak banyak yang tahu kalau nama Pasongsongan memiliki sejarah cukup panjang dan sangat mengesankan untuk disimak. Karena saking menariknya sehingga ada pepatah lama yang  mengatakan, tidak kenal maka tidak sayang.  Demikian pula dengan  mengapa dinamakan Pasongsongan jelas ada terselip kandungan makna yang mungkin cukup beragam orang menerjemahkannya. Karena antara individu yang satu dengan lainnya punya perspektif berbeda.  Maka cukup ironis kalau diantara kita sebagai masyarakat yang pernah tinggal, lahir dan besar di Pasongsongan; makan, minum dan menghirup udara di situ, bahkan sudah pasti buang air besar dan kecil di atas tanah Pasongsongan tidak tahu menahu tentang sekelumit sejarah Pasongsongan itu sendiri. Atau mungkin kita menganggap sejarah Pasongsongan cukup hanya  menjadi milik sejarawan saja. Sikap yang tidak mau kenal dengan sejarah suatu daera

Mengungkap Keberadaan Islam Pertama di Madura

Pintu Gerbang Astah Buju' Panaongan SUMENEP, apoymadura.com - Perkembangan Islam di Sumenep tidak terlepas dari peran juru dakwah yang datang dengan sukarela. Tanpa pamrih dan ikhlas hati. Mereka dengan istikomah, telaten, dan penuh dedikasi tinggi dalam menyampaikan risalah Islam kepada umat. Sebuah ajaran agama yang dibawa Baginda Nabi Muhammad SAW. menjanjikan umatnya pada suatu kebajikan dan rahmat bagi sekalian alam. Tidak ada catatan tertulis dalam sejarah penyebarluasan ajaran Islam di Sumenep, kalau ajaran ini dijalankan dengan kekerasan atau peperangan dalam penyebarannya. Semua mengalir sesuai dengan ketentuan dari Allah SWT. Sehingga sampai detik ini di Pulau Madura masyarakatnya mayoritas muslim. Pada awalnya para pejuang Islam yang berdakwah di wilayah Pasongsongan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Memang sengaja mereka  melakukan strategi demikian. Kalau mereka secara terbuka dalam menyebarkan ajarannya maka tantangannya maut.  Sebab ada cata

Jingga Senja

Cerpen: Yant Kaiy             ANAK jadah, haram, najis, menjijikkan, dan entah apalagi masyarakat memberikannya julukan. Betapa menyakitkan kalimat itu menjadi miliknya. Kendati dirinya tahu, bahwa anak seorang pelacur tak mungkin hidup sejajar dengan lingkungan baik-baik.                 T ujuh belas tahun meninggalkan ibunya, dan kembali lagi setelah merasa puas. Betapa tersiksa dirinya dan harus menempuh kegetiran kembali setelah orang yang dicintainya pergi untuk selama-lamanya.                Ibunya hanya meninggalkan pesan untuk mencari ayahnya. Liku-liku kehidupannya teramat menyiksa. Tentu tidak mudah menemukan dan mendapatkan harapan yang diimpikannya, walaupun kesabaran sudah dibentangkan. Ucapan terima kasih buat : -                       Herry Santoso, Ketua Umum Sanggar  ADINDA (Ajang Dedikasi Intelektual Muda) Pasongsongan-Sumenep. -                       Alm. MH. Surie Bussolli, Koordinator FKSP (Forum Komunikasi Seniman Pamekasan) . -