Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Besan

Pentigraf: Yant Kaiy Aku menghormatinya lantaran usia dia lebih tua. Meski secara keilmuan, etika, cara bicara jauh dari anakku. Menjaga jarak bagiku solusi terbaik agar jalinan persahabatan tetap harmonis. Apalagi kami masih saling membutuhkan satu sama lain. Mungkin juga… Tidak! Jauh dari jangkauan kalau kami nanti menjadi besan.   Sejarah kelam bersamanya cukup menyakitkan. Bagaimana dia meninggalkan aku pada kehampaan. Janji-janji manisnya behamburan. Menentramkan jiwa penuh harapan. Kala itu kami masih belum lulus SMA. Tapi aku tak dendam  padanya. Justru aku bersyukur mendapat suami lebih baik darinya.   Diusiaku menginjak 54 tahun, suami tercinta menghembuskan nafas terakhir. Belum satu tahun kepergian suamiku, dia datang berbelasungkawa. Secara kebetulan anak kami kerja satu perusahaan. Duka mendalam belum pupus, dia hadir. Senyum pun terhampar diantara perih menyayat.[]   Pasongsongan, 31/8/2021

Respon Para Tokoh Muda Terkait Manuver Ketua NU Pasongsongan

K Sunni (kiri) dan Agus Sugianto. (Foto: Yant Kaiy) Sume nep -  Ketua Ranting NU Pasongsongan II, K Sunni mengatakan, ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan MWC NU Pasongsongan saat ini. Salah satu garapan terbesar ialah penguatan ranting sebagai amanah konferensi.   “Karena itulah, membiarkan pengurus harian dan lembaga bahkan banom berjalan tanpa satu visi - misi sama, tentu hal itu idem dengan membiarkan NU di Pasongsongan hancur secara perlahan-lahan. Karena itu, saya sangat mendukung penonaktifan salah satu pengurus ; baik yang di harian, lembaga atau bahkan banom yang berg e rak ke arah berlainan ,” ungkapnya kepada a poymadura.com saat ditemui di kediamannya, Dusun M o rasen . Senin (30/08/ 20 21).   Penegasan K Suni tersebut merupakan respon atas pernyataan viral Ketua MWC NU Pasongsongan, K Ahmad Riyadi, saat menyambut Konferensi Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Pasongsongan yang digelar Ahad (29/08/21).   Sebagaimana dikuti p dari bintangs

Sihir Rindu

Pentigraf: Yant Kaiy Dulu aku tergila-gila padanya. Kerinduan tiap malam menikam jantung. Aku tak bisa berontak. Tersungkur pada siksa batin saban malam. Nuansa animo belajarku terus memburuk. Terkurung diantara norma agama dan sosial budaya.   Nafsu makan tak ada. Tidur pun tak nyenyak. Berat badanku berkurang. Aura wajahku pucat. Ini cintaku yang bertepuk sebelah tangan atau sihirnya? Bagiku dia lelaki seperti kebanyakan. Tak ada nilai lebih setelah ditelisik. Heran. Aku pun tak terlalu dekat padanya. Sekadar kenal. Maklum satu desa.   Via sosial media aku chatting. Dia lama tak membalasnya. Menggunung penasaranku. Sepekan berlalu, kudengar dia masuk rumah sakit akibat kecelakaan. Ketika mengendarai sepeda motor, dia ditabrak dari belakang. Dia menghembuskan nafas terakhirnya kala rinduku tak terbalas.[]   Pasongsongan, 30/8/2021

Melongok Sakralitas Adat dan Cantiknya Kampung Badui Dalam

Catatan: Herry Santoso Kami pernah ke "sarang" Badui tahun 2014.  Tujuan kami mencari ramuan tradisional yang (konon) sangat manjur untuk kanker payudara. Ya, istri saya (waktu itu) mengidap penyakit mematikan dan amat ditakuti kaum hawa itu. Atas informasi seorang keponakan yang kerja PT Krakatau Stell Cilegon, akhirnya dengan segala cara kami meluncur ke Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, 12 Februari 2014. Senja  belum begitu menua ketika kami sampai di Kota Rangkasbitung (ibu kota Kabupaten Lebak, Provinsi Banten). Kota mungil yang cantik. Di bawah siraman hujan Februari, taman bunga di depan 'Rahaya Hotel' itu tampak kuyup. Sungguhpun cuma level 'bintang 3' hotel itu cukup repersentatif. Kamar eksekutif nomor 214 di lantai dua yang kami tempati menginap cukup mewakili manajemen hotel yang sehat. Suhu udara 28 derajad celsius di luar sana cukup hangat dan ramah seramah layanan di hotel itu. Aku segera rebah. Siraman air han

Mengenal Sandur Sumenep

Rokat Tase' di Pelabuhan Pasongsongan-Sumenep. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Era 1970, ketika saya masih belum duduk di bangku SD, di pelabuhan pesisir pantai Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, kesenian Sandur   selalu dipentaskan diacara Petik Laut.   Sandur ibarat garam, tidak sedap rasanya kalau makanan tanpa garam. Sandur seolah tak terpisahkan dengan acara sakral seperti selamatan. Hingga kini setiap pagelaran Petik Laut atau Rokat Tase’ di Pelabuhan Pasongsongan senantiasa menyertakan kesenian Sandur.   Sandur merupakan sebuah seni tradisi mengutamakan kidung berbahasa Madura yang didalamnya ada unsur religi. Kidung Sandur cukup khas terdengar, ada nuansa puji-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Pengasih. Lantunan kidung Sandur pada umumnya bernada permohonan dan harapan hidup sejahtera dunia-akhirat.   Selain Sandur ditampilkan dalam acara selamatan atau syukuran; seperti acara Rokat Tase’, Rokat Bumi, Rokat Pekarangan, dan lain sebagainya. Kes

Nelayan Pasongsongan: Ngandang, Macok, Bonsai hingga Petis

Perahu tradisional nelayan Pasongsongan-Sumenep. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Setelah perahu bersandar di dermaga dan menurunkan hasil tangkap ikannya, para nelayan tersebut tidak langsung pulang. Mereka biasanya membersihkan purse seine (alat tangkap ikan) dulu. Ini penting dilakukan agar purse seine terbebas dari sisa-sisa ikan.   Proses membersihkan sisa ikan itu oleh masyarakat Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep dinamakan ngandang. Ini wajib hukumnya bagi perahu agar tidak terganggu bau busuk.   Sedangkan ikan yang sudah rusak bentuknya itu dinamakan macok. Para nelayan memanfaatkan macok untuk menghasilkan uang. Caranya, macok ini direbus hingga matang.   Sebagian masyarakat memanfaatkan hasil air rebusan macok  untuk dibikin petis. Dengan syarat sebelum direbus macok dibersihkan dari kotoran. Petis merupakan kudapan khas Desa Pasongsongan. Petis kadang dijadikan sebagai lauk-pauk. Tak jarang pula petis oleh masyarakat luas dijad

Akses Jalan dan Listrik di Masalembu Memprihatinkan

Watik dan jalan-jalan yang ada di Pulau Masalembu. (Foto: Yant Kaiy) Sumenep – Sebagian besar akses jalan utama di Pulau Masalembu rusak parah. Berlubang. Pengendara kendaraan bermotor wajib ekstra hat-hati jika melintas. Terutama kalau musim penghujan.   Jika musim kemarau seperti saat ini, apabila ada kendaraan melewati jalan rusak tersebut, maka debu berterbangan karena dihembus angin.   Derita masyarakat Pulau Tampomas II ini tidak hanya dari sarana jalan saja, tapi juga listrik. Seperti penuturan Watik via sosial media kepada apoymadura.com. (Selasa, 24/8/2021).   “Bukannya lebay atau butuh perhatian lebih. Kami sangat menderita berada di Masalembu. Jalan rusak. Sarana pembangunan kantor pemerintah tidak digubris. Listrik berasal dari diesel pribadi, menyala hingga pukul 23.30 WIB. Di rumah saya hanya ada satu lampu, numpang sama tetangga karena tidak punya genset. Anda bisa bayangkan itu semua. Ini riil. Bukan omong kosong,” cetus wanita dari Desa Masalima penuh sem

Atensi Lesbumi MWC NU Pasongsongan terhadap Macapat Madura

Pagelaran kesenian Macapat Madura secara virtual di Kantor MWC NU Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Bertempat di Kantor MWC NU Pasongsongan Kabupaten Sumenep (Sabtu, 21/8/2021), pukul 20.00 WIB digelar kesenian tembang Macapat Madura secara virtual. Kegiatan ini dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-76.   Jajaran pengurus NU Pasongsongan rupanya tidak main-main dalam upaya melestarikan budaya warisan nenek moyang yang satu ini. Karena masyarakat luas tahu, kalau kesenian Macapat Madura saat sekarang peminatnya sedikit. Padahal di seni budaya bertutur tersebut didalamnya terkandung petuah luhur sesuai falsafah Islam.   Perlu digarisbawahi pula, semua tembang di Macapat Madura adalah hasil karya Wali Songo. Dimana tembang-tembang tersebut pada jaman dulu dijadikan sebagai sarana dakwah (syiar) Islam. Ternyata outputnya luar biasa.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Surat Terbuka untuk Gubernur Jawa Timur : Pulau Masalembu Tak Miliki Lampu dan Jalan Rusak Parah

Beberapa ruas jalan yang rusak di Pulau Masalembu. (Foto: Yant Kaiy) Sumenep – Watik, seorang ibu rumah tangga berasal dari Desa Masalima Kecamatan Masalembu Kabupaten Sumenep melayangkan rekaman suara (voice note) via sosial media kepada apoymadura.com . (Rabu, 17/8/2021).   Wanita kelahiran 1981 ini begitu prihatin dengan keberadaan Pulau Masalembu sejak era kepemimpinan Achmad Fauzi (Bupati Sumenep saat ini). Pulau KMP Tampomas II ini berada dalam jurang menyedihkan.   Berikut ini luapan aspirasi Watik:   Assalamu’alaikum warahmatullahhi wabarkatuh. Ibu Khofifah Indar Parawansa yang saya hormati. Perkenalkan saya Watik dari Pulau Masalembu. Niat hati paling dalam akan menyampaikan penderitaan kami yang tak mendapatkan aliran lampu dan jalan rusak parah dikeseluruhan Pulau Masalembu.   Pada mulanya saya tidak tahu harus menyampaikan permasalahan ini kepada siapa. Jiwa terguncang. Batin menjerit sejadi-jadinya demi melihat realita getir di pulau kecil kami. Berbul

Aronjai Tembakau Sumenep Madura

Kegiatan aronjai tembakau Sumenep Madura. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Panen tembakau Madura 2021 disebagian besar wilayah Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep telah dimulai. Kendati harga tembakau tidak sesuai harapan dan impian mereka, namun petani tetap memetik tanamannya hingga bisa terjual.   Ada salah satu tahapan dari panen tembakau setelah daun dirajang, bernama aronjai. Kegiatan ini sangat berarti bagi kualitas dan kuantitas dari bahan pokok rokok itu sendiri. Aronjai adalah penyusunan tembakau rajang pada sebuah bilik bambu. Kemudian barulah tembakau rajang dijemur.   Dalam aronjai sebenarnya terkandung nilai kebersamaan penuh kekeluargaan. Meski seringkali petani merugi dalam penjualan tembakau karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pada pendapatan.   Kalau kita telisik lebih dalam, pada aronjai terkandung wahana komunikatif lewat canda-tawa yang menatalkan nilai sosial cukup luas di tengah masyarakat setempat. Didalamnya juga terdapat n

Teknik Memetik Daun Tembakau Madura

Teknik memetik daun tembakau cepat. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Bulan Agustus 2021 kali ini adalah masa panen tembakau besar-besaran di sebagian wilayah Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Walau tanaman bahan pokok untuk rokok saat ini seharga Rp 20.000,- sampai Rp 30.000,- per kilogram. Petani tetap semangat. Mau bagaimana lagi, daun tembakau sudah menua.   Ada dua teknik memetik daun tembakau. Pertama dipetik satu demi satu. Cara seperti ini biasanya diterapkan kalau daun tembakau dipanen bagian bawahnya saja.   Sedangkan cara kedua yaitu tidak dengan dipetik. Melainkan kedua tangan diletakkan di puncak daun tembakau dan didorongnya kebawah. Otomatis lebih cepat selesai. Teknik seperti ini diterapkan kalau tanaman tembakau mau dipanen keseluruhan.   Umumnya panen tembakau dilakukan pada pagi hari setelah embun mengering. Kalau ada embun yang menempel di daun tembakau, maka daun itu akan membusuk. Sebab daun berharga ini harus didiamkan satu malam atau l

Tahap Penjemuran Tembakau Sumenep Madura

Proses penjemuran tembakau Sumenep-Madura. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Ditahap penjemuran tembakau yang habis dirajang bergantung panas matahari. Pada tahapan ini tergolong krusial. Biarpun sebelum dipetik daun tembakau terlihat super berkualitas, tapi kalau tembakau rajang tidak kering sehari, otomatis harganya akan anjlok. Aroma tembakau tidak standar dan warnanya jadi coklat kehitam-hitaman.   Tidak berhenti di situ penanganannya, tembakau rajang yang telah kering sebelum dibungkus tikar daun lontar harus dilemaskan. Proses pelemasan tembakau menanti embun. Ditahapan ini juga butuh penanganan ekstra hati-hati. Maka tak ayal kadang pembungkusan tembakau rajang sampai pukul 21.00 WIB.   Begitulah dua rangkaian terakhir dari tembakau rajang. Semuanya membutuhkan keahlian dari seorang petani tembakau. Kejelian itu tentu berdasar pada pengalaman sebelumnya.   Semoga kidung petani tembakau Sumenep Madura 2021, tidak terdengar menyayat hati lagi.[]   Yant Kaiy, p

Kemarau dan Pembakaran Rumput di Desa Pasongsongan

Lahan rumput pakan ternak masyarakat yang dilalap si jago merah. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Sudah menjadi langganan tiap tahun, di Dusun Sempong Barat dan Timur selalu ada pembakaran rumput. Tangan-tangan jahil itu menyebabkan kian gundul tanah kering yang rata-rata berbatu disitu. Bahkan pepohonan banyak mati dilalap si jago merah.   Ulah tak terpuji dari oknum tak  bertanggung jawab menyebabkan keprihatinan banyak pihak. Terspecial bagi pemilik lahan. Sejatinya lahan tandus itu ditanami pohon supaya  tanah tidak gersang kala kemarau menerjang.   Masyarakat pemilik ternak sapi dan kambing tentu kesulitan mencari pakan saat ini. Mereka pasrah dan penuh harap. Semoga tahun depan tidak terulang lagi.   Tadi pagi, Kamis (5/8/2021), saya menyempatkan diri mengambil gambar dilokasi. Bekas rumput dan pohon kecil terbakar masih terlihat jelas.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Tambang Batu Bata Putih di Pasongsongan

Lokasi bekas penambangan batu bata putih di Pasongsongan-Sumenep. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Di Dusun Sempong Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep ada bekas penambangan batu bata putih. Penambangan bawah tanah ini membentuk jurang sangat dalam, kurang lebih 50 meter. Di sisi barat berjarak   7 meter dari jurang ada jalan beraspal. Ada beberapa pohon tumbuh sebagai pengaman bagi kendaraan melintas.   Dihentikannya penambangan batu bata putih itu karena sang pemilik lahan menjual kepada salah seorang pengusaha. Kabarnya akan dijadikan tempat wisata.   Sedangkan penambangan batu bata putih lainnya yang masih produktif ada di sebelah timurnya. Biasanya pada malam hari mereka bekerja. Menggunakan mesin diesel untuk menjalankan alat-alat kerjanya.   Menurut seorang pekerja yang saya temui, permintaan batu bata putih mulai 2020 terus menurun. Batu bata ringan yang beredar di toko-toko bahan bangunan sebagai penyebabnya. Lantaran bata ringan hanya membutuhkan

Arti Tembang Artate di Macapat Sumenep

Catatan: Yant Kaiy Dari sekian banyak tembang Macapat, ada satu tembang yang sering dikidungkan pada pagelaran Macapat di Sumenep, yakni Artate (Dandanggula). Menurut Kiai Haji Ismail Tembang Pamungkas, bahwa tembang Artate bermakna: Arte’e sampe’ ngarte (artikan sampai paham betul).   Kiai Haji Ismail merupakan seorang pakar Macapat Madura sekaligus da’i kondang berasal dari Kota Keris Sumenep. Ia menambahkan kalau yang menciptakan tembang Artate adalah Sunan Kalijaga.   Kita tahu kalau syair-syair yang terdapat dalam Macapat banyak mengajarkan kebajikan dalam hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam sekitar, dan bakti manusia kepada Sang Khalik.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com   Baca juga: “Rokat Pandhebeh” Macapat Sumenep

Harga Tembakau Madura 2021

Catatan: Yant Kaiy Tidak ada pemangku kebijakan ambil peduli terhadap nasib hidup petani tembakau di Sumenep. Petani tetap merugi karena harga tembakau tahun ini tetap sama seperti tahun kemarin.   Memang gudang besar pabrikan rokok masih belum buka. Jadi yang membeli tembakau petani adalah pedagang. Sedangkan pedagang tak ingin berspekulasi membeli tembakau dengan harga tinggi. Tentu dirinya tak mau merugi.   Kita tahu, proses mulai   menanam tembakau hingga panen amatlah panjang. Tidak sedikit biaya yang mereka keluarkan. Kalau dikalkulasi, biaya pengeluaran lebih besar ketimbang pendapatan. Plus tenaga petani dan keluarganya yang tidak dihitung selama bekerja.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang www.apoymadura.com

Orang Tua Merantau, Anak Ditinggal

Catatan: Yant Kaiy Faktor ekonomi yang menyebabkan orang tua merantau.   Mencari sesuap nasi. Di tanah kelahirannya tak menjanjikan hidup layak. Walau bekerja membanting tulang, tetap saja miskin. Terpaksa tinggalkan anak-anak mereka, cucurkan air mata. Kidung kerinduan pun tak terbendung. Sangat menyedihkan terdengar.   Bertahan mereka akan tergilas oleh kebutuhan: Sandang, pangan, melayat orang meninggal dunia, menghadiri undangan pernikahan, membesuk orang sakit, datang kerumah tetangga yang melahirkan. Semua itu memerlukan uang. Karena kita datang wajib hukumnya membawa buah tangan.   Belum lagi keperluan pulsa, token listrik, bahan bakar minyak sepeda motor, LPG untuk dapur. Semua tak bisa dihindari. Plus rumah yang mungkin segera diperbaiki karena usianya tua.   Itulah kondisi riil masyarakat disebagian besar wilayah Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Diantara para orang tua itu ada yang jadi penjaga toko di Jakarta, membuat batu bata di Kalimantan, tukang

“Rokat Pandhebeh” Macapat Sumenep

Pagelaran "Rokat Pandhebeh" Macapat Sumenep Madura. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Macapat merupakan seni tradisi warisan nenek moyang orang Madura. Warisan budaya ini kadang masih tetap terdengar mengalun lewat loudspeaker. Tapi tidak seperti ketika saya masih kecil. Ya, tidak seperti diera 1980-an.   Kemarin malam di Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep (Senin, 2/8/2021), suara tembang macapat terdengar hingga menjelang subuh. Masyarakat luas tahu kalau hal itu acara “rokat pandhebeh”.   Pagelaran “rokat pandhebeh” biasanya dilaksanakan setelah acara perkawinan. Kadang pula terselenggara diacara penting lainnya. Misalnya seperti “petik laut”. Sebagian diantara warga masyarakat masih ada yang percaya, bahwa “rokat pandhebeh” sebagai media menatalkan barokah.   Wujud cinta terhadap macapat Madura sebagai bagian sikap bijak, bahwa kita masih menjunjung nilai-nilai budaya warisan para leluhur.[]   Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Pasir di Pesisir Pantai Pasongsongan Habis

Kondisi pantai Pasongsongan-Sumenep. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Ketika 1990-an bukit pasir sepanjang pesisir pantai Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep masih terlihat menjulang. Seseorang yang berkendara mobil atau sepeda motor yang melintas disepanjang pesisir Pasongsongan tidak akan melihat laut. Pandangan mereka terhalang bukit pasir.   Tapi kini bukit pasir itu telah habis. Abrasi pun tak bisa dihindari. Air laut tak terbendung mengikis tanah di sepanjang pesisir pantai Pasongsongan. Maka tatkala air laut lagi surut, batu karang tampak menghampar luas.   Bertahun-tahun masyarakat pemilik lahan pesisir menjual pasir. Truk-truk pengangkut pasir saban malam berseliweran di jalan raya Kecamatan Pasongsongan. Seolah tidak ada yang ambil peduli. Padahal perbuatan tersebut melanggar hukum; baik hukum agama maupun hukum negara.   Semoga kedepan kita tidak   tergolong sebagai orang-orang perusak alam ciptaan Tuhan. Sebagai manusia beradab, kita tentu tidak ing