Anak Angin, Anak Ombak
Pentigraf: Yant Kaiy Kakekku, ayahku, pamanku, kakakku, dan semua kerabatku dilahirkan dari cucuran keringat bekerja di tengah laut bertaruh nyawa satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Silih berganti perubahan cuaca tak membuat kami gentar mengarungi samudera luas. Tapi adakalanya kami harus berhenti menengadahkan wajah kemana angin berhembus. Ketika aku disuruh terus melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, nuraniku bimbang. Namun tak ada pilihan. Ayahku berpesan sebelum berangkat kuliah, bahwa dirinya menginginkan aku menjadi orang kantoran, tidak terus berkutat jadi nelayan. Wah! Apakah kerja di kantor akan menjadi orang terhormat, batinku seorang diri. Pasongsongan, 29/2/2020