Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Gondomadu Liar dan Gondomadu Klanceng

Gondomadu Klanceng. (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Bondowoso – Therapy Gondowangi berlokasi di Desa Mengok RT.04/RW.01 Pujer-Bondowoso merupakan sebuah pengobatan alternatif yang menggunakan ramuan natural dipadu dengan pijat refleksi sebagai jalan kesembuhan. Ribuan pasien telah merasakan manfaat dari produk terapi ini. Umumnya pasien yang datang ke tempat praktek Therapy Gondowangi adalah golongan penyakit kelas berat yang sudah berobat kemana-mana, tapi penyakitnya tak kunjung sembuh. Setelah menjalani pengobatan dan perawatan di tempat Therapy Gondowangi berhasil pulih seperti sediakala. Gondomadu Liar. (Foto: Yant Kaiy) “Kami saat ini menyediakan Gondomadu Klanceng. Rasanya agak kecut. Gondomadu Klanceng sangat bagus bagi pengidap penyakit kanker atau tumor. Ada juga Gondomadu Liar, madu asli yang dipanen dari hutan. Kalau berminat langsung pesan di nomer hand-phone 085233790060 juga bisa kalau tidak mau datang langsung,” terang Supriyadi, owner Therapy Gondowangi. Selasa (1/12

Peran Plus Aparatur Desa Pasongsongan

Ahkmad Samhaji sedang membersihkan pinggir  Jalan Lapangan Sawunggaling (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Lingkungan bersih adalah dambaan segenap warga masyarakat, utamanya orang-orang yang bertempat tinggal di sekitarnya. Perilaku hidup bersih harus dimulai dari diri kita sendiri. Lebih bagus lagi kalau satu kelompok warga secara bersama-sama melakukan kegiatan bersih-bersih itu di tempat tinggalnya. Seperti dilakukan Akhmad Samhaji, Kepala Dusun Pakotan dan para perangkat Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, beberapa hari yang lalu. “Kalau ada waktu luang, saya bersama aparatur desa sering melakukan kegiatan bersih-bersih lingkungan. Kepala Desa Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto tidak pernah membebankan ini pada kami. Ini murni inisiatif sendiri dan tulus adanya,” ucap Akhmad Samhaji ketika secara tidak sengaja apoymadura.com   melintas di jalan Lapangan Sawunggaling Pasongsongan. Ahad (29/11/2020). Dirinya berharap agar kesadaran masyarakat

Tembang Santet (Bagian XIl)

  Cerpen: Yant Kaiy Rasanya saya mau mati saja apabila tak ingat akan dosa. Tapi, istri serta anak saya satu-satunya akan selalu menunggu kehadiran saya. Bagaimana nanti nasibnya kalau saya tiada? Apalagi orang-orang di desa ini banyak yang tidak menyukai kehadiran saya lagi. "Sekian dulu ya, Mas! Dari isterimu yang selalu kangen!” Begitulah istri saya mengakhiri oretannya di atas kertas putih yang sudah lusuh. Ya Allah, mengapa rindu ini harus terpendam lagi? *** Adzan isya telah berkumandang lewat pengeras suara di masjid-masjid. Serasa jiwa dan raga ini terpanggil buat shalat berjamaah di masjid tempat saya ketika masih belum dipenjara. Mungkin di sana akan dapat saya temukan penyejuk hati di tengah gundah, rindu, waswas, kecewa menyelimuti sukma. Insya Allah di sana akan saya dapatkan kedamaian tak berpantai. Saya tumpahkan beribu-ribu penyesalan di pundak yang kian sarat saja. Karena saya yakin Sang Khalik akan mendengar keluh-kesah hamba-Nya. Apalagi saat ini s

Tembang Santet (Bagian Xl)

  Cerpen: Yant Kaiy   "Teruntuk suami yang saya cintai," begitulah istri saya mengawali kata-katanya pada lembaran surat itu. "Semenjak Mas meninggalkan kami, saya selalu mendapat tamparan celaan serta hinaan yang bertubi-tubi datangnya setiap hari. Saya tak mampu membendung rasa malu yang datangnya setiap detik itu, Mas!" Saya mencoba membayangkan raut wajah istri dan anak yang telah lama terpisah. Wajah-wajah yang senantiasa memompa semangat saya untuk terus hidup dan tak berputus asa sebelum maut menjemput rasa. Ingin rasanya saya memeluk tubuh mereka berdua andai ada di depan mata. "Secara terpaksa pula, akhirnya saya jual gubuk kita. Di tengah-tengah kekalutan itu, saya dan anak kita satu-satunya, dengan niat mencari ketenangan hidup, akhirnya saya bertransmigrasi ke Sulawesi. Saya berharap Mas mau mengerti akan orang tua kita. Mereka yang saya, jadikan tempat berlindung malah tidak mengakui kita sebagai anaknya. Bahkan lebih menyakitkan, merek

Tembang Santet (Bagian X)

  Cerpen: Yant Kaiy "Apakah benar Bapak yang bernama Pak Andi?" tanya perempuan setengah baya itu. Ia mempersilakan duduk. Saya merasa kikuk, bimbang, ragu, kecewa berbaur sedih menjalar seluruh pori-pori tubuh ini. "Betul, sayalah orangnya!" Anak perempuannya keluar dengan membawakan segelas minuman. Lalu mereka mempersilakan saya minum. "Sebelumnya jangan terkejut, Pak Andi. Sebenarnya rumah ini telah dijual oleh Bu Andi," paparnya datar dengan sikap penuh perhatian. "Betulkah itu? Lantas kemanakah istri dan anak saya?" pertanyaan saya memburu jawaban dari wanita setengah baya itu. "Benar! Sekarang istri dan anak Bapak berada di Sulawesi. Ikut transmigrasi. Tepatnya, setahun setelah Bapak dipenjara." "Oh," gumam hati kecil yang meluncur tanpa dikomando lewat mulut. Berdesis! Hampir tak terdengar di daun telinga. "Sepuluh tahun yang lalu istri Bapak menulis surat ini. Istri Bapak mewanti-wanti untuk men

Tembang Santet (Bagian IX)

  Cerpen: Yant Kaiy Mengapa gubuk yang selama dua puluh tiga tahun saya tinggalkan berganti bangunan megah? Benarkah istri dan anak saya yang penghuninya? Dari manakah ia mendapatkan uang sebanyak ini? Pertanyaan pertanyaan seperti itu meluncur dengan sendirinya dalam benak ini. Tak ubahnya air yang mengalir deras di kali. Saya mencoba mengetuk pintunya. Tiba-tiba hati ini tidak mengijinkannya. Keraguan mulai menyetubuhi jiwa. Benarkah istri dan anak saya akan menerima kehadiran orang yang sangat merindukannya ini untuk kembali hidup seatap bersama mereka berdua? Saya memberanikan diri mengetuk pintu itu. Setelah ditunggu beberapa saat, ada suara langkah kaki mendekati pintu. Degub jantung semakin kencang. Seorang wanita setengah baya telah berdiri di pintu itu. "Dia bukan istri saya," pekik hati ini setengah tak percaya. Sekali lagi saya melihatnya dari atas ke bawah tubuhnya. Tidak seperti dia. Di tengah keterpakuan, selaksa persendian tulang-tulang ini copot mend

Tembang Santet (Bagian VIII)

  Cerpen: Yant Kaiy Kalong-kalong berterbangan ke sana-ke mari, seolah memberikan sambutan terhadap seorang bekas napi. Kalong-kalong itu kadang hinggap di bawah dedaunan sebentar, lantas terbang kembali. Panorama alam di desa saya masih hijau, maklum pada saat ini memang telah memasuki musim penghujan. Rumah-rumah di pinggir jalan masih juga seperti dulu, sebelum saya masuk penjara. Tapi di sana-sini ada juga perubahan-perubahan yang mengarah ke suatu pembangunan. Rupanya perkembangan jaman modern sudah mewarnai kondisi desa saat ini. Angin barat melambai-lambaikan daun-daun di pinggir jalan, seolah juga menyambut datangnya seorang bekas napi. Tapi orang-orang yang saya kenal baik tak pernah memberikan sambutan seperti kalong-kalong atau lambaian dedaunan. Lebih menyakitkan, mereka umumnya memalingkan wajahnya. Apa saya dikira kucing yang tak tahu akan ikan milik orang? Atau yang lebih kejam, apa memang wajah ini telah berubah seperti harimau, sehingga mereka itu takut terhada

Tembang Santet (Bagian VII)

  Cerpen: Yant Kaiy Atas dasar demi istri dan anak satu-satunya, dengan lapang dada keputusan bapak hakim terhormat saya terima. Biarlah diri ini terkurung di sini hanya karena sebuah prasangka yang tak tentu rimbanya. Bukankah Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang dan akan senantiasa menolong umat-Nya yang teraniaya. Selama terbui di dinding ini saya tak pernah melihat wajah istri dan anak yang saya cintai. Apakah mungkin mereka juga dibunuhnya? Kalau memang itu terjadi, mengapa saya tak mendengar kabar-beritanya? Atau kalau mereka masih hidup, kenapa tidak menjenguk barang sedetik pun? Atau juga, sudah tak ada cinta lagi yang bersarang di hatinya, hanya karena mendapat suami yang bertitelkan dukun santet? Heran bercampur kecewa serta bimbang menyetubuhi pikiran. Dua puluh tiga tahun kurang dua hari. Ya, dua hari lagi saya akan dapat menghirup udara bebas, dan mata ini akan bisa melihat bebas ke semua arah. Termasuk pada wajah-wajah yang selalu dirindukan sekian lama. Tentu saja w

Tembang Santet (Bagian VI)

  Cerpen: Yant Kaiy Pada malam itu juga berduyun-duyun warga mendatangi gubuk kami dan berteriak-teriak agar saya ke luar. Isteri dan anak menggigil ketakutan sambil menangis, saya mengisyaratkan padanya agar tidak ke luar. Kemudian saya mengalah ke luar. Terlihat oleh mata, pimpinan warga desa itu adalah Kiai Haji Umar. Orang yang saya hormati karena ilmu agamanya. Saya langsung menyerahkan tangan guna diikat. Bersikap jantan. Karena yakin beliau akan melindungi kami. Dengan tangan diikat tali, Kiai Haji Umar lantas membiarkan warga desa guna memukul tubuh tak berdosa ini. Massa melampiaskan amarahnya, mengamuk dengan "seenak perutnya” pada tubuh ini secara beringas dan biadab. Sehingga saya tak ingat apa-apa lagi ketika satu pukulan benda tumpul menghantam kepala. Setelah kesadaran pulih dan otak ini mulai bekerja, saya mencoba mengenang apa yang telah terjadi sebelumnya. Badan saya terasa sakit luar biasa. Kaki dan tangan patah semua. Banyak jahitan luka di tubuh tak te

Tembang Santet (Bagian V)

  Cerpen: Yant Kaiy Saya heran berbaur kecewa, mengapa Kiai Haji Umar mau menerima kehendak warga agar saya dienyahkan dari tanah kelahiran tempat saya dibesarkan. Berulangkali kemarahan warga terhadap saya terungkap dengan jalan mau menghabisi nyawa saya sekeluarga dengan terang-terangan. Namun saya tidak menanggapinya dan mencoba bersabar. Akan tetapi, saya kalap ketika salah seorang tetangga hendak membinasakan jiwa yang tak bersalah ini, sehingga terjadilah perkelahian seru. Satu lawan satu. Berulangkali sabetan celuritnya mengarah ke tubuh saya secara membabi-buta, penuh amarah. Saya kenal orangnya, dia adalah teman baik seperguruan pencak silat di 'Burung Merak Sambernyawa'. Tapi mengapa dia juga ikut-ikutan segera mau memusnahkan saya dari muka bumi ini? Akhirnya, dengan tak disengaja karena membela diri, saya pun mampu membinasakannya. Sreet.. Kelebatan pedang memuncratkan isi perut teman seperguruan saya, dia tak berkutik lagi. Jatuh tersungkur bersimbah dara

Tembang Santet (Bagian IV)

Cerpen: Yant Kaiy Ancaman keselamatan jiwa kami sekeluarga semakin hari semakin dahsyat. Tak ada saudara, ipar, apalagi teman yang mau membantu menenangkan warga di kampung kami. Sebab kalau mereka membantu kami, maka mereka juga akan dianggap sama dengan saya. Bahkan ada sebagian dari keluarga besar kami juga ikut-ikutan menuduh sebagai tukang santet. Kiai Haji Umar sebagai orang alim dan fatwanya menjadi panutan masyarakat luas. Pondok pesantrennya adalah yang terbesar di kecamatan kecil di kota saya. Karena itu banyak warga desa saya yang menyerahkan anaknya agar dapat menimba ilmu-ilmu agama Islam pada Kiai Haji Umar. Tidak hanya di daerah saya, orang-orang dari daerah lain banyak juga yang menyerahkan anaknya mondok. Sehingga daerah saya mendapat julukan “Desa Santri”. Selain itu orang-orang dari daerah lain banyak yang segan. Tapi mengapa orang-orang di kampung kami masih mempercayai saya yang mendapat gelar dukun ini sebagai penyembuh segala macam penyakit. Padahal saya

Tembang Santet (Bagian III)

  Cerpen: Yant Kaiy Paksaan demi paksaan, mau tak mau akhirnya saya terima keputusan Kiai Haji Umar itu walau dengan berat hati. Perasaan tidak nyaman terus bergelayut di pikiran saya, membuncah tanpa ampun. Akhirnya, penyakit yang diderita anak Kiai Haji Umar kian hari kian memburuk saja. Saya tak dapat berbuat apa-apa lagi selain terus memohon kepada Tuhan agar penyakit anak tokoh ternama itu diangkat dari raganya. Selain itu saya terus tak lupa menyarankan agar anaknya tersebut cepat-cepat dibawa ke Puskesmas atau ke dokter.Tetapi Kiai Haji Umar tak mengindahkan saran saya. Berhari-hari penderitaan itu menimpa anak Kiai Haji Umar, saya sangat kasihan apabila mendengar tangisannya yang memilukan. Tangis menahan sakit. Ramuan tradisional dari yang saya berikan juga tak bisa mengubah kondisinya menjadi lebih baik. Namun mengapa ia tetap mempercayai saya? Tanpa disangka dan dinyana akhirnya kematian itu menjemputnya. Memang manusia selalu berencana, namun Tuhanlah yang menentu

Tembang Santet (Bagian II)

  Cerpen: Yant Kaiy "Sebaiknya anak panjenengan ini dibawa ke dokter, Kiai!" ujar saya pada suatu pagi di kediamannya. Karena saya tahu dari hasil pemeriksaan seorang bidan kampung, katanya, anak Kiai Umar menderita penyakit kanker usus. Mau tak mau setidaknya harus dioperasi. "Saya hanya mempunyai keyakinan terhadapmu, Taretan.   Lagi pula kamu sebagai dukun yang dapat menyembuhkan beragam penyakit," ucapnya tetap pada pendiriannya. "Saya tak mampu menyembuhkannya, Kiai." "Berusahalah dulu, baru mengatakan tidak, Taretan !” "Tapi penyakit ini memang harus dioperasi,” tandas saya agar si anak segera mendapatkan penanganan medis. "Kamu telah terkenal di desa kita, orang-orang banyak percaya bahwa kamulah satu-satunya dukun ampuh.” (Bersambung) - Taretan (Bhs.Madura)= Saudara

Tembang Santet (Bagian I)

  Cerpen: Yant Kaiy P erjalanan yang saya rintis dalam dunia fana ini tak ubahnya berjalan menelusuri lorong-lorong penuh debu dan asap knalpot pemerih mata makhluk bernyawa. Dinding tua tak pernah bersuara dan tak pe duli memberikan seberkas cahaya pada saya , yaitu sesuatu berbau bahagia , pelipur lara semata. P adahal diri ini telah menemaninya dalam kesunyian-kesunyian malam seperti saat sekarang . Sudah hampir dua puluh tiga tahun badan ini terbui di dinding berpagar serta berpintu racak. Tak sekalipun indera penglihatan ini menangkap sosok terkasih yang selama ini mengisi kerinduan dalam kehambaran hati kian layu termakan usia. Kembali bayangan masa silam ketika masih bersama dengan istri tercinta dan anak satu-satunya belahan jiwa . Kendati hanya makan sederhana, kebahagiaan selalu menghiasi bahtera rumah tangga kami. Ya, begitu cepat kebahagiaan diberikan Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang pada kami teram pas kembali . H anya karena sebuah prasangka

Semoga PPPK tidak Serupa dengan DDDK

Catatan: Yant Kaiy Maraknya pemberitaan tentang rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) di mass media telah menyita perhatian publik, khususnya para guru honorer di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Untuk bisa ikut seleksi PPPK, pemerintah mewajibkan guru honorer untuk verval ijazah via online secara personal. Satu kans bagus bagi seluruh lapisan pendidik dan tenaga kependidikan non-PNS agar memiliki kesejahteraan. Utamanya mereka yang usianya sudah lebih 35 tahun. Di balik asa membuncah terselip sebuah kekhawatiran, akankah realisasi PPPK dalam implementasinya menggunakan formula DDDK (Duit Data Doa Kedekatan), seperti rekrutmen CPNS yang sudah-sudah. Kalau hal itu benar terjadi, jelas akan sangat menyakitkan bagi GTT (Guru Tidak Tetap) yang sekian lama mendedikasikan dirinya di lembaga pendidikan. Jangan lagi ada kata: Janganlah guru mencari hidup di dunia pendidikan, tapi bagaimana cara guru menghidupkan dunia pendidikan. Terus guru honorer mau

Ikhtiar Mendapatkan Ijazah Instika Guluk-Guluk

  Catatan: Yant Kaiy Istri saya pada tahun akademik 2018/2019 menjadi sarjana setelah diwisuda Instika (Institut Ilmu Keislaman Annuqayah) Guluk-Guluk Sumenep. Suka-duka kami lewati bersama karena saya harus mengantarkan istri kuliah dengan jarak tempuh dari tempat tinggal kami ke kampus Instika hampir 30 kilometer dengan kondisi jalan rusak. Istri tidak bisa naik sepeda motor. Sedangkan dana kuliah pinjam sana-sini. Honorarium menjadi GTT (Guru Tidak Tetap) kami hanya cukup membeli bensin saja. Di awal 2021 ini ada rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Dalam siaran pers, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem menerangkan, bahwa guru honorer harus verval (verifikasi dan validasi) ijasah terlebih dahulu, selain namanya sudah ada di Dapodik. Sontak, istri saya langsung menghubungi Kepala Bagian Administrasi Kemahasiswaan Instika, Masturi, S.Pd.I sehubungan dengan tidak keluarnya Ijazah. Via sosial media ia menjawab, kalau ijazah istri saya itu ma

Bisnis Masa Depan

  Catatan: Yant Kaiy Dari beberapa kajian para pakar ekonomi dunia, bahwa bisnis masa depan yang amat menjanjikan, diantaranya: Bisnis online, kendaraan elektrik, energi terbarukan, bisnis lingkungan hidup, dan artificial inteligent. Masyarakat dunia saat ini mengakui kalau kelima sektor bisnis ini akan membuat sukses sesuai dengan harapan. Terbukti orang-orang terkaya dunia sekarang menjalankan salah satu dari kelima bisnis ini. Elon Musk, bos perusahaan mobil elektrik Tesla yang kekayaannya ditaksir hampir tiga perempat ekonomi Indonesia. Ia berada di posisi kedua orang terkaya dunia saat ini. Semoga di 2021 nanti ada orang Indonesia yang masuk sepuluh besar orang terkaya di dunia. Kaya dari bisnis, bukan kaya dari hasil korupsi.[] Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Pilkada Sumenep 2020 Kurang Semarak

  Catatan: Yant Kaiy Tinggal dua belas hari lagi Pilkada Sumenep akan digelar, tepatnya pada 9 Desember 2020. Tapi semarak Pilkada dari kedua kubu pendukung di Kecamatan Pasongsongan tidak terasa. Suasananya adem-ayem. Seperti hari-hari biasanya. Menurut beberapa pengamat politik, tidak bergairahnya masyarakat terhadap pesta demokrasi Pilkada Sumenep kali ini karena beberapa faktor, antara lain: 1. Jenuh Seringnya pesta demokrasi dilakukan, mulai dari Pilkades hingga Pilpres menjadi unsur pemicu ternatalnya rasa bosan. Apalagi masyarakat baru tersadar kalau dirinya hanya menjadi alat mereka berebut kursi empuk. Setelah jadi pemimpin, ia tidak lagi jadi pelayan rakyat, justru mempersulit hidup wong cilik. 2. Kemiskinan Minimnya lapangan kerja menjadikan rakyat miskin. Masyarakat lebih senang memikirkan masa depannya (bisnis) ketimbang berbicara soal pemilihan apa pun. Karena ketika calon pemimpin berkampanye kebanyakan gombal, penuh iming-iming. 3. Teladan Tatkala para

Hari Jadi Kecamatan Pasongsongan (?)

Catatan: Yant Kaiy Beberapa bulan lalu ada dua mahasiswi datang ke rumah saya atas rekomendasi Kepala Desa Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto. Kedua mahasiswi UTM (Universitas Trunojoyo Madura) Bangkalan itu menanyakan seputar sejarah Pasongsongan. Mulai dari sisi budaya hingga tentang sosok Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin yang keberadaannya punya peranan penting di Kerajaan Sumenep. Syekh Ali Akbar tokoh sentral Pasongsongan yang kemudian mendapat hadiah tanah luas di Desa Pasongsongan setelah memenangkan perang melawan kolonial Belanda di bumi Aceh. Konon Raja Sumenep dan Aceh bersabat lantaran sama-sama kerajaan Islam. Nah, ketika Kerajaan Aceh meminta bantuan untuk menumpas Belanda, Raja Sumenep Bindara Saod mengirimkan pasukan ke sana. Panglima perangnya saat itu seorang wanita, Nyai Agung Madiya. Beliau adalah putri tercinta Syekh Ali Akbar. Pulang dari dari Aceh, Nyai Agung Madiya membawa kebudayaan Zikir Samman. Budaya Zikir Samman hingga kini tetap lestari di Desa Pason

PPPK, Impian Baru Guru Honorer

  Catatan: Yant Kaiy Para guru honorer   di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep sedikit tersenyum lega setelah mendengar pemerintah akan merekrut PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Utamanya para guru honorer yang telah berusia lebih 35 tahun. Sebab banyak diantara mereka mengabdi di lembaga pendidikan sudah ada yang lebih 15 tahun. Dalam kurun waktu itu pula mereka hanya menerima bayaran Rp 10.000,- per sekali mengajar. Kerena telah terlanjur mengajar, akhirnya profesi mulia tersebut dijalaninya dengan satu harapan pemerintah akan memberikan perhatian terhadap nasibnya. Bahkan banyak diantara mereka ikhlas mengamalkan ilmunya kepada para peserta didik dengan berharap memperoleh pahala di akhirat kelak. Diantara senyum guru honorer saat ini, di hatinya tersimpan risau menggelegak, lantaran pemerintah tidak akan mengakomodir keseluruhan Tenaga Kependidikan Non-PNS menjadi PPPK. Kalau pemerintah mau bersikap bijak, dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudaya

Miris, Sampah Menumpuk di Sisi Timur Sungai Pasongsongan

  Catatan: Yant Kaiy Salah satu permasalahan yang sangat butuh perhatian di Desa Pasongsongan dan Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep saat sekarang adalah persoalan sampah. Rendahnya kesadaran masyarakat membuang sampah menjadi faktor dominan terjadinya pemandangan memprihatinkan ketika kita melewati jembatan Sungai Pasongsongan sisi selatan. Sampah masyarakat menggantung di pipa air. Sebelah timur jembatan juga bertumpuk sampah, memenuhi pinggir jalan raya. Di muara Sungai Pasongsongan tak kalah buruknya, sampah menumpuk sisi kanan-kirinya. Memang persoalan sampah bukan tanggung jawab pemangku kebijakan desa setempat saja. Melainkan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat sekitar. Karena yang membuang sampah bukan hanya warga setempat, tetapi ada pula pengendara sepeda motor dan mobil yang membuang sampah seenaknya dari atas kendaraannya. Masyarakat sekitar sebenarnya ada yang sedikit gusar, namun mereka tak bisa berbuat banyak. Mereka hanya mengelus dada. And

Ketua Pergunu Pasongsongan: Guru Honorer dan PPPK

Akhmad Jasimul Ahyak, Ketua Pergunu Kecamatan Pasongsongan-Sumenep. (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Akhmad Jasimul Ahyak, Ketua Pergunu (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama) Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, menyambut gembira seiring bergulirnya wacana akan ada rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi para guru honorer pada tahun depan. “Ini kabar baik dan memang sudah sekian lama diimpikan oleh para pendidik dan tenaga kependidikan non-PNS, baik mereka yang berada di lembaga pendidikan swasta ataupun negeri. Kabar baik ini datang dari Mendikbud Nadiem Anwar Makarim beberapa hari yang lalu,” ucap Jasimul pada apoymadura.com. Kamis (26/11/2020). Ia menambahkan, mulai sekarang para guru honorer harus segera mempersiapkan diri menyambut kabar baik ini. Seperti verval ijasah karena hal ini mutlak mesti dilakukan . (Yant Kaiy)

BSU untuk Pendidik dan Tenaga Kependidikan Non-PNS

Akhmad Jasimul Ahyak, Ketua Pergunu Kecamatan Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Para guru honorer di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, baik dari lembaga pendidikan swasta maupun negeri sama-sama diganjar Bantuan Subsidi Upah (BSU) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada akhir tahun ini. Senyum bahagia tampak dari wajah mereka ketika hendak mencairkan bantuannya di BRI Pasongsongan. “BSU merupakan apresiasi pemerintah cukup baik. Sekian lama Tenaga Kependidikan dan Pendidik Non-PNS hampir tak mendapat injeksi bantuan, walau mereka adalah pejuang-pejuang tanpa kenal lelah bekerja demi mencerdaskan kehidupan generasi bangsa ini,” terang Akhmad Jasimul Ahyak, Ketua Pergunu (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama) Kecamatan Pasongsongan. Rabu (25/11/2020). Dirinya banyak berharap agar atensi semacam ini terus dibangun, sehingga kedepannya guru honorer lebih fokus mencurahkan ilmunya dan lebih bergairah lagi dalam mengajar. (Yant Kaiy)

Lapor, Lampu PJU Pasongsongan Mati

Nana Rifan (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Menurut laporan beberapa warga, di Jalan Raya Kiai Abubakar Sidik Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep lampu Penerangan Jalan Umum saat ini kalau malam hari mati. Tepatnya sebelah barat Koramil Pasongsongan. Tidak tanggung-tanggung ada tiga tiang lampu yang mati. Suasananya jadi suram jika malam telah tiba. ”Sudah lebih 20 hari lampu itu padam. Saya berharap kepada pihak-pihak yang punya kebijakan untuk segera memperbaikinya,” ujar Nana Rifan yang rumahnya tepat berada di sekitar lampu mati tersebut. Selasa (24/11/2020). Dirinya menambahkan, kalau sinar lampu terang benderang pada malam hari, kemungkinan besar pelaku tindak kriminal bisa ditekan sedemikian rupa . (Yant Kaiy)

Aubade Penantian Ijazah Instika Guluk-Guluk

Apoymadura, Sumenep – Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep merupakan sebuah perguruan tinggi yang telah banyak meluluskan mahasiswa-mahasiswi, baik Strata-1/Sarjana dan Strata-2/Magister. Nama besar Instika didukung oleh banyaknya santri yang mengenyam ilmu agama di Pondok Pesantren Annuqayah. Tapi sayang kebesaran nama Instika tidak bisa memenuhi kebutuhan para alumnusnya. Salah satunya ijazah sebagai tanda bukti formal. “Saya diwisuda pada tahun akademik 2018/2019 kemarin, tapi hingga saat ini ijazah kami masih belum keluar. Padahal ijazah itu sangat saya butuhkan untuk kepentingan mengajar. Saya sudah mencoba menghubungi Kabag Administrasi Kemahasiswaan Instika minggu lalu. Katanya masih dalam proses. Lalu sampai kapan penantian ini?” cerita salah seorang mahasiswi berasal dari Kecamatan Pasongsongan yang namanya tidak mau dimediakan kepada apoymadura.com. Senin (23/11/2020). Perempuan berkerudung ini mengharapkan agar persoalan ini segera

Pergeseran Budaya “Berkat” di Pasongsongan-Sumenep

  Catatan: Yant Kaiy Dalam beberapa kamus Bahasa Indonesia, kata “berkat” mengandung makna: Makanan dan lain sebagainya yang dibawa pulang sehabis kenduri (selamatan). Jadi kata “berkat” yaitu sebuah bingkisan diberikan kepada para undangan yang hadir dalam acara tertentu. Biasanya acara tersebut digelar di sebuah rumah atau tempat umum lainnya. Bingkisan dari pemilik hajat itu pada lazimnya berupa nasi lengkap bersama lauk-pauknya. Tahun ini acara Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 Hijriah di Dusun Sempong Barat Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, umumnya tidak lagi memberikan berkat nasi kepada para hadirin, melainkan berupa mie instan atau biskuit. Kesadaran masyarakat ini dilandasi berlebihannya nasi dan lauk-pauk yang akhirnya basi pada keesokan harinya. Maka masyarakat tanpa dikomando mempersembahkan berkat bukan dalam bentuk masakan. Tapi berupa bahan makanan berupa minyak goreng dalam kemasan, beras, gula, kecap, bahkan ada yang memberi uang dan rokok. Pergese

Viki: Stop Bodohi Rakyat di Pilkada Sumenep 2020

Viki Dedy Apriyanto, Kordes Pasongsongan- Sumenep Untuk kemenangan Fattah Jasin-Ali Fikri. (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Peringatan tegas kali ini datang dari Viki Dedy Apriyanto (Kordes Pasongsongan untuk kemenangan Fattah Jasin-Ali Fikri) karena ada sebagian masyarakat di pelosok desa yang menganggap maraknya bantuan dari pemerintah pusat merupakan hasil upaya dari pihak-pihak tertentu di Kabupaten Sumenep. “Ini tidak benar. Semua program bantuan untuk rakyat yang berlabel Dana Desa, Bantuan Langsung Tunai, PKH, dan lain sebagainya adalah program dari pemerintah pusat. Bukan dari kabupaten,” terang Viki sapaan akrabnya pada apoymadura.com via sambungan telepon. Ahad (22/11/2020). Pria berwajah teduh ini menambahkan, jika ada oknum tertentu yang mengintervensi atau memaksa penerima bantuan untuk memilih salah satu pasangan calon di Pilkada Sumenep 2020, hendaknya masyarakat segera melaporkannya. “Jangan lupa laporannya disertai video sebagai barang bukti. Masyaraka

Kordes Pasongsongan bagi Kemenangan “Sumenep Barokah”

Viki Dedy Apriyanto, Ketua Kordes Fattah Jasin- Ali Fikri Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Wujud perjuangan tanpa kenal lelah dari Kordes (Koordinator Desa) Pasongsongan untuk kemenangan pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sumenep, Fattah Jasin-Ali Fikri terus dilakukan tanpa menunggu instruksi dari siapa pun. Apalagi pelaksanaan pesta demokrasi Pilkada Sumenep 2020 sudah tinggal menunggu hitungan hari saja. “Kali ini Kordes Pasongsongan mulai menyasar pemilih pemula. Saya bersama rekan-rekan Tim Kordes Sumenep Barokah (Fattah Jasin-Ali Fikri) membeberkan secara gamblang tentang kapabilitas dan riwayat hidup keduanya. Ini penting karena bertujuan meyakinkan para warga agar tidak salah pilih,” terang Viki Dedy Apriyanto, Ketua Kordes Pasongsongan. Ahad (22/11/2020). Respons dan atensi serta dukungan warga Pasongsongan terhadap Fattah Jasin-Ali Fikri ternyata cukup antusias, tambah Viki. “Mereka tanpa dikomando akan siap memenangkan pasangan Sumenep Barokah.

Hairul Anwar: Memilih Pemimpin Sumenep Terbaik

Dari kiri: Fattah Jasin dan Hairul Anwar dalam suatu acara di Kecamatan Pasongsongan-Sumenep. (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Sosok Hairul Anwar tak bisa dipisahkan dengan pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sumenep yang berada di nomer urut 02, yakni pasangan Fattah Jasin-Ali Fikri. Karena Hairul Anwar sebagai bagian Tim Sukses tidak akan kendor memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan. “Fattah Jasin, Calon Bupati yang memiliki kapabilitas kepemimpinan terbaik selama ini dan diyakini akan mampu membawa Sumenep jauh lebih maju dari sebelumnya. Sedangkan Kiai Fikri berlatar belakang pesantren dan nahdliyin serta punya keilmuan mumpuni yang bisa menjawab setiap persoalan hidup warga masyarakat. Dua faktor kekuatan ini diyakini bisa menjawab tantangan dan harapan masyarakat Sumenep ke depan,” papar Hairul Anwar lewat sambungan telepon. Ahad (22/11/2020). Pengusaha muda berasal dari Pasongsongan ini menegaskan, dari beberapa jalinan pertemuan dan komunikasi dengan pa

Gerilya Kordes Pasongsongan bagi Kemenangan Pasangan 02

Viki Dedy Apriyanto, Kordes Pasongsongan bagi kemenangan Fattah Jasin-Kiai Ali Fikri. (Foto: Yant Kaiy) Apoymadura, Sumenep – Ketua Kordes (Koordinator Desa) Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, Viki Dedy Apriyanto, dengan penuh rasa tanggung jawab terus melakukan pendekatan kepada pemilih untuk kemenangan pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sumenep (Fattah Jasin dan Kiai Ali Fikri). Salah satu wujud pendekatan itu lewat jalinan komunikasi dan konsolidasi kepada masyarakat. Viki tidak bergerak seorang diri, beberapa unsur tokoh masyarakat ia ajak bersama-sama meyakinkan kepada para pemilih, bahwa Fattah Jasin dan Kiai Ali fikri adalah pasangan ideal untuk memimpin Kota Keris Sumenep lima tahun ke depan. “Saya percaya kalau di wilayah Desa Pasongsongan 75 persen masyarakat akan memilih 02 (Fattah Jasin dan Kiai Ali Fikri). Alasan pertama karena di wilayah Pasongsongan banyak alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk. Yang kedua karena ada nama owner Goa Soek

Salah Satu Penyebab Anak Mogok Sekolah

  Murid-murid SDN Padangdangan II Kecamatan Pasongsongan-Sumenep (Foto: Yant Kaiy) Artikel Keluarga: Yant Kaiy S eringkali seorang anak tiba-tiba mogok sekolah, atau tak punya gairah pergi ke sekolah. Kadang kita sebagai orang tua langsung memvonis sebagai pemalas. Sebenarnya penyebab anak mogok sekolah sangat banyak, untuk itulah secepatnya Anda mengetahui urgensi penyebabnya. Bagi anak, sekolah merupakan tempat di mana anak dituntut untuk menyerap ilmu, melatih keterampilan sosial melalui disiplin serta tanggung jawab. Anak harus belajar memahami apa artinya sekolah. Dia dituntut juga untuk lebih tahu tentang gunanya belajar. Lalu kalau tiba-tiba anak mulai malas untuk ke sekolah, maka a jak lah anak untuk mencari jalan keluarnya, bagaimana ia harus jujur terhadap Anda tentang yang dialaminya selama di sekolah.   Nah, jika terjadi suatu gangguan apa saja yang menyebabkan anak enggan ke sekolah, maka pertama-tama anak diajak untuk menghindari gangguan itu . Tak ad