Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Senandung Cinta

Pentigraf: Yant Kaiy Aku membenci karena sikapnya. Suka meremehkan arti sebuah persahabatan. Walau aku sendiri tak banyak berharap lebih darinya. Toh,   diantara aku dan dia masih belum ada tambang pengikat cinta sepenuh angan. Sebagai seorang dara, masih panjang waktuku menyulam impian tentang lelaki idaman. Fokusku tetap pada perkuliahan. Prinsip tak bergantung terhadap siapa pun terus melecut asaku, menghampar pada kesibukan sebagai karyawati minimarket. Mambagi waktu dengannya tentu bertambah berat beban kupikul. Tapi aku tak munafik, bahwa aku tetap butuh cinta. Anugerah terindah dari Sang Pencipta, yakni merajut rindu bersama pujaan hati. Entah sampai kapan cinta itu berlabuh.[] Pasongsongan, 1/4/2021

Berenang ke Tepian

Pentigraf: Yant Kaiy Mengarungi laut derita menurut banyak teman, tak membuat hati pesimis mengharap karunia Tuhan. Air mata pasti berhenti mengalir. Kehidupan selalu berubah. Seperti perubahan suamiku. Mulai dari sikapnya, mau menang sendiri. Kadang acuh tak acuh tatkala aku butuh bantuannya. Menyelesaikan pekerjaan rumah yang tersisa. Mulai kukorek kesalahan diri. Tak ada menurutku. Hati terus berdebat, mengungkap pernik dosa padanya. Baru kutemukan titik terang tatkala aku memeluknya dari belakang. “Cinta saling membutuhkan satu sama lain. Kau tidak. Kau hanya bersembunyi diantara tumpukan lelah dan lelah. Tak pernah kau kau memikirkan kebutuhanku. Sedangkan keinginanmu harus kululuskan. Kau hanya meminta hakmu, kewajibanmu menguap. Hilang tak berbekas. Tak mungkin lagi aku mengajarkan cinta padamu,” kicaunya tak berbatas pengertian lagi.[] Pasongsongan, 1/4/2021

Wajah Islam Indonesia

Catatan: Yant Kaiy Sejujurnya, saya bukanlah ahli politik. Juga bukan pakar pemerintahan. Tidak pula dari golongan keluarga terpelajar. Diri ini juga bukanlah alim ulama. Bukan tokoh masyarakat yang mempunyai banyak pengikut, tidak pula punya nama besar dan membanggakan bagi keluarga kecil saya. Terus terang, saya dari keluarga sederhana dengan penghasilan tidak menentu. Serba pas-pasan. Pendidikan terakhir hanya SMA di sebuah kecamatan terpencil. Keahlian hanya bisa menulis sastra: Puisi, novel, cerpen, buku cerita anak, atau artikel. Saat ini saya mengelola website apoymadura.com. Tidak ada sponsor yang mau memberikan dana sebagai ganti pulsa. Mungkin tulisan-tulisan saya tidak bagus. Hehehe… Kendati demikian, saya tetap bersyukur karena Allah SWT telah menganugerahi kemampuan menulis. Belakangan ini saya amat tergelitik dengan pudarnya cahaya Islam di tanah air. Terlihat tidak ada semacam kebanggaan dari umat muslim itu sendiri, lantaran orang-orang yang dipercaya mengemba

Warna Baru Lesbumi Pasongsongan

Akhmad Jasimul Ahyak, Ketua Lesbumi MWC NU Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia) merupakan bagian terpenting dari Nahdlatul Ulama. Keberadaanya sudah teruji waktu dan tidak diragukan lagi dalam menggali potensi seni tradisi nusantara. Sehingga seni tradisi itu hidup dan terus berkembang seiring waktu. Dari dulu hingga kini, Lesbumi merupakan sebuah wadah yang tidak alergi terhadap seni budaya bernuansa kearifan lokal, senyampang muatannya tidak bertentangan dengan syariat Islam itu sendiri. Bahkan Lesbumi mampu mewarnai begitu kuat terhadap seni tradisi di berbagai pelosok bumi nusantara. Secara tidak langsung, masuknya Lesbumi terhadap komunitas-komunitas seni di daerah setempat akan mampu mengeliminasi unsur-unsur negatif berbau maksiat. Suka tidak suka, dakwah lewat seni budaya ternyata lebih efektif membendung atau menghalau budaya luar yang acapkali berseberangan dengan falsafah hidup masyarakat di daerah setempat

Launching Majelis Zikir dan Shalawat Lesbumi MWC NU Pasongsongan

Pementasan Majelis Zikir dan Shalawat Al-Mahabbah Lesbumi MWC NU Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy) Sumenep - Selain perkumpulan Macapat yang merupakan warisan seni budaya lokal Madura yang sudah dimiliki, kini Lesbumi MWC NU Pasongsongan Kabupaten Sumenep mempunyai Majelis Zikir dan Shalawat Al-Mahabbah. Ini merupakan sebuah komitmen dari Ketua Lesbumi Pasongsongan untuk terus menggali potensi seni budaya yang ada di wilayah Kecamatan Pasongsongan. "Pementasan Majelis Zikir dan Shalawat ini sengaja diletakkan di Desa Panaongan karena Kantor MWC NU Pasongsongan ada di desa ini. Minggu depan kita akan menggelarnya di Pelabuhan Pasongsongan. Waktunya malam hari. Insya Allah akan lebih meriah. Saya harapkan kepada kaum nahdliyin di Desa Pasongsongan supaya hadir menyemarakkannya," harap Akhmad Jasimul Ahyak di tengah-tengah menghadiri pelaksanaan Majelis Zikir dan Shalawat. Bertempat di halaman Lembaga Pendidikan Islam Al-Furqon Dusun Benteng Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan K

Bingkai Politik Kades Pasongsongan

AS Harianto (kiri) bersama Hairus Samad, tokoh masyarakat Desa Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy) Sumenep - Sukses Ahmad Saleh Harianto menjadi Kepala Desa Pasongsongan Kabupaten Sumenep tak lepas dari komitmennya yang hendak memajukan desanya lebih baik dari sebelumnya. Beberapa janji politiknya kini ia realisasikan. Walau tidak sepenuhnya, lantaran harus menunggu anggaran ada di tangan. Tak mungkin dana yang bukan peruntukkannya ia gunakan sembarangan. Semua ada aturan mainnya. “Sebagus apa pun arah dan konsep pembangunannya, tapi tidak ada anggaran, mustahil bisa terwujud. Masyarakat kadang kurang mengerti, bahwa pembangunan di desa itu dilakukan secara bertahap. Yang urgen didahulukan,” tegas AS Harianto via sambungan telepon. Selasa (30/3/2021). Dari sisi komunikasi dengan para warganya, AS Harianto begitu aspiratif. Mengakomodir segala ide dan memilahnya demi keberhasilan Desa Pasongsongan itu sendiri. Demikian pula terhadap para lawan-lawan politiknya. AS Harianto terus me

Maklum

Pentigraf: Yant Kaiy Selalu kubersikap dewasa ketika kata-katanya mengiris hati. Walau begitu, tak pernah terlintas untuk membalasnya. Aku tak menghendaki satu pertengkaran terjadi diantara kemesraan sekian lama terpupuk. Mengalah adalah sikap bijak. Biarlah terluka asal dia bahagia bersamaku. Sehingga dia tak berpindah ke lain hati. Cukup satu kali kegagalan kureguk dalam biduk rumah tangga kami sebelumnya. Aku janda anak dua. Menikah dengan dia yang masih perjaka. Mafhum kalau sikapnya acapkali lepas kendali. Karakter kesukuannya masih kuat. Kesetian dia jika kubandingkan dengannya masih lebih baik. Perhatian dia kadang berlebihan sehingga aku merasa tersanjung. Nah, apabila ada satu kalimatnya mengoyak kalbu, aku diam saja.[] Pasongsongan, 29/3/2021

Sadar Dosa

Pentigraf: Yant Kaiy Aku tak mungkin mengabulkan semua keinginannya. Ketika tangannya mulai menyentuh kehormatanku. Merabanya. Aku berontak. Akalku masih waras. Tidak terlena begitu saja karena ciumannya. Aku   terbebas. “Kita bukan suami-istri. Kita tak boleh melakukan perbuatan ini. Kalau kau memaksa, kita putus. Nanti kau jadi penakluk, aku korbannya. Kita sepakat? Kita tak mau saling merugikan. Kalau soal berkorban, itu hal biasa. Tapi tidak untuk yang satu ini. Ini milikku satu-satunya yang kujaga sampai di pelaminan cinta sesungguhnya. Kita punya Tuhan,” tegasku sembari beringsut darinya. Kuperbaiki jilbabku. Dari ujung mata kudapatkan sikapnya mulai salah tingkah. Aku tak peduli.[] Pasongsongan, 29/3/2021

Cinta Aneh

Pentigraf: Yant Kaiy Aku tidak bisa lagi menyembunyikan cinta terhadap pria berambut lurus. Malam-malamku habis karena rindu pada dia sangat menggebu. Terasa menggelegak. Aku tak mau tersiksa seorang diri. Sebab dia pun telah menyatakan kasmaran sebelum ruang hati terisi namanya. Baru kali ini aku mengalami perasaan asmara menyiksa. Ingin terus bersamanya. Selalu kaki mau melangkah, menuju rumahnya. Dia lebih tampan dari kekasihku sebelumnya. Sikapnya sederhana, apa adanya dalam banyak hal. Aku sungguh tergila-gila padanya. Maka sering kuhubungi dia via smart-phone. Mungkinkah aku terkena pelet cintan? Seperti Santi yang mengingatkan aku di kampus. Luna juga berkomentar karena tidak seperti biasa. Atau Siska curiga jika dia memanfaatkan jasa paranormal agar cintaku bertekuk lutut pada. Aku sendiri tak mengerti.[] Pasongsongan, 29/3/2021

Jeruk Nipis Usir Bau Ketiak

Catatan: Yant Kaiy Ketika deodoran lotion yang saya miliki habis, pikiran menjadi panik. Kacau. Undangan resepsi pernikahan kurang 15 menit akan dimulai. Saya tak punya waktu lagi. Istri menganjurkan memakai buah jeruk nipis.   Katanya, almarhum nenek dulu menggunakan jeruk nipis untuk urusan bau ketiak. Istri segera mengambilkan buah jeruk nipis di belakang rumah yang tumbuh subur. Dia membelahnya jadi dua. Dalam hati percaya saja. Tanpa membuang waktu lagi, jeruk nipis diusapkan pada dua ketiak. Segera saya berangkat, takut telat. Di tempat acara sekitar kurang lebih dua jam. Duduk di bawah tenda di lapangan terbuka. Cuaca siang itu mendung tapi tidak turun hujan. Keringat mulai membasahi tubuh, terutama bagian ketiak. Ada resah bergelayut di hati. Saya mengendus di sekitar ketiak. Tidak bau. Bagi Anda pemilik bau ketiak, boleh mencobanya. Tips agar buah jeruk nipis bisa digunakan lagi disimpan di kulkas. Selamat mencoba.[]

Tradisi Warga Desa Pasongsongan pada Nisfu Sya’ban

Catatan: Yant Kaiy Malam Nisfu Sya’ban 1442 Hijriah jatuh pada Ahad, 28 Maret 2021 kalender Masehi. Warga Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep dalam menyambut malam Nisfu Sya’ban penuh suka cita. Karena pada malam Nisfu Sya’ban, kaum muslim meyakini kalau malaikat Rakib dan Atid menyerahkan catatan amal manusia kepada Allah SWT. Pada malam ini   biasanya warga Desa Pasongsongan pergi ke masjid terdekat, membaca Surah Yasin tiga kali bersama-sama. Setelah itu mereka berdoa. Doa yang pertama meminta dipanjangkan umur untuk senantiasa rajin beribadah kepada Allah. Doa yang kedua memohon rejeki yang banyak sebagai bekal ibadah di jalan-Nya. Dan doa yang ketiga memanjatkan ketetapan iman, tidak goyah diterpa tipuan dunia yang menjauhkan hati tidak ingat Allah SWT. Selesai berdoa, warga kemudian bersalam-salaman, saling memaafkan satu sama lain. Lalu mereka mengadakan acara makan bersama sebagai wujud ukhuwah Islamiyah.[] Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Siasat Penguasa Dibalik Prokes

Catatan: Yant Kaiy Prokes (Protokol Kesehatan) menjadi neo-senjata halus pemerintah mencapai target yang dikehendaki. Prokes adalah sebuah produk aturan penguasa. Dinilai banyak pihak, Prokes menjadi batu sandungan bagi rakyat untuk mengadakan acara kumpul-kumpul. Prokes merupakan alat pengurai kerumunan massa paling ampuh. Bisa pula Prokes jadi sistem politik penguasa untuk melegalkan tindakan berbau kepentingan berpihak pada kelompoknya. Kepentingan yang berpihak pada dirinya. Wajar kalau akhirnya penguasa mengulur waktu supaya pandemi Covid-19 sampai batas kondusif kekuasaan yang diinginkan. Menurut kaidah politik, apabila kegiatan berserikat terus digelar biasanya akan menjadi sebuah kekuatan. Wawasan pemikiran benar dan salah dalam satu kelompok massa tersebut menjadi acuan melakukan aksi nyata. Solusinya, pemerintah menjalankan Prokes agar kekuasaannya langgeng. Tidak terganggu oleh mereka yang berserikat. Sehingga tak ada lagi kontrol terhadap kebijakan “berdosa” yang di

Menyoal Sampah Sungai Angsana Pasongsongan

Catatan: Yant Kaiy Krisis sampah sungai Angsana yang berada di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep menyita perhatian banyak pihak. Perhatian mereka lantaran kondisi buruk sungai amat mengenaskan sekaligus mengkhawatirkan. Utamanya bagi mereka yang bertempat tinggal di arel bibir sungai bagian utara. Tumpukan material sampah terlihat jelas di dekat muara karena mengalami pendangkalan. Walau sampai saat ini belum ada kejadian luar biasa sebagai akibat perilaku tak terpuji dari sebagian masyarakat, tapi kehati-hatian itu harus terus ada pada setiap individu. Kewaspadaan mereka tidak boleh kendor sebagai sikap tanggap bencana. Faktor minimnya kesadaran dari warga sekitar, plus masyarakat umum yang membuang sampah dari atas kedua jembatan, semakin memperparah kondisi buruk sungai Angsana. Menurut beberapa tokoh masyarakat Desa Pasongsongan, sejatinya warga yang rumahnya di pinggir sungai bisa menjadi garda terdepan melarang para pelaku pembuang sampah. Ketika ada yang membuang

Bedebah

Pentigraf: Yant Kaiy Bedebah itu telah menguliti harga diriku. Aku memang tidak terluka. Semua perilaku baik dan jahat hakikatnya akan kembali pada dirinya sendiri. Aku tak mau ambil pusing. Tapi suamiku sangat terganggu. Rekan-rekan kerja di kantornya belakangan ini menyoroti kami. Aku bergeming. Tak ada sedikit pun keinginan membela diri. Semua itu aku anggap fitnah pihak sebelah. Mereka tak ingin melihat kami bahagia. Aku dan keluarga disudutkan. Pada sosial media, bedebah itu berbuat ulah. Mencampakkan pada ruang neraka. Walau sebenarnya kami berada di taman surga. Tidak berhenti sampai di situ. Bedebah itu terus merongrong niat suciku. Tak ada untungnya bagiku menerjemahkan ulahnya di dunia maya.[] Pasongsongan, 26/3/2021

Desa Pasongsongan, Dulu dan Kini

Catatan: Yant Kaiy Pra era 2000-an, Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep merupakan sebuah desa yang terbilang maju ketimbang desa-desa tetangga. Ia melejit meninggalkan desa di luar kecamatan Pasongsongan. Segala kebutuhan masyarakat tersedia lengkap. Mulai dari kebutuhan sandang, pangan dan papan. Hasil tangkap ikan nelayan melimpah, menambah power ekonomi masyarakat menguat. Ujungnya, kesejahteraan warga setempat kian meningkat. Kita bisa saksikan sepanjang Jalan Raya Kiai Abubakar Sidik, toko-toko besar tempo dulu berjejer rapat yang kini beralih fungsi. Ini merupakan suatu bukti tak terbantahkan, kalau Pasongsongan menjadi pusat perbelanjaan lengkap dan murah. Dari sisi kebudayaan, Desa Pasongsongan senantiasa menjadi kiblat bagi daerah lain. Dulu ada Zikir Samman, Macapat, Ludruk Madura, Macapat, Musik Tongtong kontemporer, gambus, kasidah, hadrah. Masyarakat setempat menyukainya dengan bangga hati, sehingga para seniman terus berkreasi. Dari sisi t

Ayam Kampung

Pentigraf: Yant Kaiy Semua orang tahu kalau Tonah adalah artis pendatang baru dari pelosok desa terpencil. Ia dari keluarga sangat sederhana. Ayahnya seorang nelayan. Ibunya berjualan ikan di pasar setiap pagi. Ia sulung dari lima bersaudara. Sebelum tamat SMA ayah Tonah meninggal dunia. Kemiskinan lalu menyiksanya. Acapkali hanya makan sekali setiap hari. Tonah mengalah demi keempat adiknya. Ia membantu ibunya berjualan ikan di pasar, meringankan beban hidupnya. Pejuang keluarga ini kemudian menjadi artis setelah ada ajang pencarian bakat di salah satu stasiun televisi swasta. Tonah lolos seleksi dan menjadi juara. Desas-desus santer terdengar, kalau kesuksesan dirinya bukan dari talenta yang dimilikinya, tapi karena melacurkan kecantikannya. Kemolekan tubuhnya.[] Pasongsongan, 26/3/2021  

Setetes Benci

Pentigraf: Yant Kaiy Menjadi sesuatu lebih berarti kadang tidak mudah. Manakala suasana rumit, lupa waktu. Atau ketika terlena karena bangga hati merasa yang terbaik diantara lainnya. Aku kecewa pada dia akhir-akhir ini. Padahal bersamanya sudah tujuh tahun. Dia memilih cinta di jalanan, walau kutahu semua itu hanyalah sebuah pelarian. Bagiku itu sebuah kesalahan besar yang mengotori kesetiaan. Kuakui, diri ini seringkali menolak ajakannnya di atas tempat tidur. Ada keengganan, lelah karena seharian menyelesaikan tugas sebagai ibu rumah tangga. Rumah kami cukup besar dengan halaman agak luas. Tidak ada pembantu meringankan semuanya. Dia pernah menawarkan pembantu, aku tolak. Menghemat anggaran tentu lebih bijak. Setetes benci merubah nuansa kebersamaan. Kendati tak ada niatku bercerai dengannya.[] Pasongsongan, 26/3/2021  

Sengketa Rindu

Pentigraf: Yant Kaiy Kusadari bahwa rindu di hati kini terbelah dua. Satu pada pria yang menikahiku. Satu lagi pada pemuda tetangga baru, pindahan dari luar kota. Dia ikut majikannya sebagai sopir pribadi. Diam-diam acapkali aku memperhatikannya. Ada getar-getar aneh manakala mata ini tanpa sengaja melihatnya. Entah mengapa hasrat liarku mengurung maksiat tanpa bisa dikendalikan. Aku takluk. Akal normalku tersingkir, jatuh ke lembah nista. Kesibukan kerja suami membuat aku haus. Bahkan, diriku jarang disentuhnya. Maka tatkala ada peluang, aku tak menyia-nyiakannya. Dia menciumi sekujur tubuh ini. Aku lupa daratan. Satu terkamannya membuatku seperti di surga. Dahsyat. Ia berbeda darinya. Perbuatan hina tapi mengasyikkan ini kami lakukan tidak hanya sekali. Pada akhirnya bau bangkai tercium juga. Kami tertangkap basah oleh suamiku di kamar hotel. Berita memalukan tersiar ke pelosok negeri. Sesal pun tiada guna.[] Pasongsongan, 25/3/2021  

BKS: Membudayakan Cinta Lingkungan

Imam Mahmud (kanan) bersama rekan BKS. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy BKS (Bonsai Kelapa Sumenep) adalah sebuah komunitas kreatif dari tanaman kerdil jenis kelapa dengan penampilan artistik, unik, antik dan menarik. BKS masih beranggotakan 72 orang dari beberapa kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Sumenep. Komunitas dari berbagai strata sosial ini berdiri delapan bulan lalu. Demikian siaran pers dari Imam Mahmud yang berkediaman di Kecamatan Ambunten. Kamis (25/3/2021). Imam Mahmud sebagai pensiunan guru merasa bahagia bergabung dengan BKS, karena anggota komunitas ini terdiri dari kalangan pemuda. Hakikatnya, secara tidak langsung mereka digiring ke arah gemar menanam tumbuh-tumbuhan. Membudayakan suka menanam merupakan suatu perilaku positif. Sehingga secara pelan dan pasti mereka akan belajar mencintai alam, tempat mereka berpijak. Ketika ditanya tentang kegiatan kontes yang pernah BKS selenggarakan,   yaitu di depan Masjid Jamik Sumenep, Taman Bunga Sumenep, tempa

Syekh Ali Akbar dan Pasongsongan

Kiai Haji Ismail Tembang Pamungkas (kiri). Catatan: Yant Kaiy Nama Pasongsongan sangat erat kaitannya dengan penyebar agama Islam pertama di pantai utara Pulau Madura, yakni Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin. Karena beliau nama Pasongsongan ada. Memang banyak versi tentang asal muasal nama Pasongsongan itu sendiri. Menurut Kiai Haji Ismail Tembang Pamungkas, da’i berasal dari Paberasan Sumenep, nama Pasongsongan berasal dari kata “songsong”. Dengan kata lain “sambut”. Setiapkali Raja-raja Sumenep yang hendak bepergian lewat jalur laut, mereka pasti memanfaatkan Pelabuhan Pasongsongan. Lantaran nelayan Pasongsongan sudah memiliki perahu tradisional bernama tengkong. Perahu tradisional tahan ombak ini karena sisi kanan-kiri ada bambu. Plus nelayan-nelayannya tangguh, lebih-lebih faktor keselamatan penumpangnya menjadi prioritas. Syekh Ali Akbar yang mempunyai banyak pengikut dan menjadi panutan umat serta senantiasa menghormati pemimpinnya, beliau selalu menyongsong kehadiran para

Ayo Mancing di Pelabuhan Pasongsongan

Pelabuhan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Catatan: Yant Kaiy Setiap malam hari Pelabuhan Pasongsongan Sumenep ramai dengan orang memancing ikan. Mereka kebanyakan dari luar Kecamatan Pasongsongan. Umumnya mereka mengendarai sepeda motor. Posisi Pelabuhan Pasongsongan yang menjorok ke tengah laut, sekitar 200 meter dari bibir pantai, berpotensi bisa membawa pulang ikan ke rumah. Seperti tadi malam, beberapa pemancing dari Kecamatan Dasuk dan Rubaru mendapat hasil ikan lebih dari 30 ekor. Rabu (24/3/2021). Tadi malam juga ada pemancing ikan dari Kecamatan Waru dan Pasean Kabupaten Pamekasan. Mereka juga membawa pulang hasil tangkapan ikan. Memang tidak banyak, namun mereka puas memancing di Pelabuhan Pasongsongan. Dari segi keamanan cukup baik karena suasana malam hari cahaya lampu menyala terang. Sedangkan kalau butuh rokok, kopi, makan, snack dan wi-fi berbayar tersedia karena ada banyak warung dan toko di areal pelabuhan.[] Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Terlampau

Pentigraf: Yant Kaiy Menyesal adalah kata terakhir dari sebuah keputusan salah. Walau benar dan salah bagian hidup manusia itu sendiri. Orang takkan pernah bisa menghindar pada kenyataan pahit sekaligus menyedihkan. Sebagai orang bijak tidak gampang memvonis dirinya paling benar. Seperti Tonah, saat ini dirinya menganggap manusia paling terbodoh di dunia. Karena satu pengkhianatan melumatkan asa tersisa. Hari-harinya tak ubahnya bagai dalam kobaran api neraka. Padahal sarjana Tonah didapat dari luar negeri. Tapi urusan cinta, Tonah keok. Ia terpanggang dalam derita. Ia berjuang bangkit. Menyongsong hari indah.[] Pasongsongan, 24/3/2021

Bila keadilan Jauh Panggang Dari Api

Catatan: Yant Kaiy Mendapat kiriman video dari rekan di Jakarta Selatan via sosial media tentang pengacara Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab, Lc., MA., DPMSS, yang tidak diperkenankan masuk pengadilan. Upaya para pengacara itu sia-sia karena dihalangi oleh aparat kepolisian di pintu masuk. Selasa (23/3/2021). Saya sendiri tidak tahu, apakah video itu benar adanya atau hasil rekayasa pihak-pihak tertentu semata. Kalau memang video itu benar, berarti penegakan hukum membela yang benar di bumi Indonesia jauh panggang dari api. Saya sendiri pun jadi gamang menulis tentang kebenaran di apoymadura.com. Habib Rizieq Shihab yang memiliki berjuta-juta pengikut saja keok, meringkuk ditahanan. Apalagi saya.[] Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Anekdot Vaksin Covid-19 dan Air Kelapa

Catatan: Yant Kaiy Pagi hari sekitar pukul 06.45 WIB di Pasar Pao Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep, saya bersua dengan seorang teman guru honorer di salah satu SD Negeri di Kecamatan Pasongsongan. Lelaki tidak lebih 30 tahun itu tampak turun dari sepeda motornya menenteng dua bungkus plastik. Selasa (23/3/2021). “Tumben, belanja sendiri pagi-pagi, Mas? Memang belanja apaan, tuh?” tanya saya setelah ia mendekat. Ia tersenyum lebar, penuh percaya diri dari sikpanya. “Nanti ada vaksin Covid-19 di Puskesmas,” pintasnya sambil menunjukkan bungkusan palstik. “Ini air kelapa muda. Satu bungkus diminum sebelum disuntik. Satunya setelah selesai divaksin.” Menurutnya, dirinya percaya kalau air kelapa bisa menetralisir cairan yang disuntikkan ke tubuhnya. Walau sudah ada slogan bahwa vaksin Covid-19 aman dan halal, tapi ia masih belum percaya sepenuhnya. “Mending jangan divaksin sekalian kalau begitu, Mas. Vaksin itu dibeli menggunakan uang negara, uang kita, ” protes say

Perspektif “Pelet Kandung” Menurut Para Tokoh

Pelaksanaan Pelet Kandung di Desa Pasongsongan Sumenep (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Pelet Kandung adalah sebuah tradisi turun-temurun dari jaman dahulu sampai sekarang. Keberadaannya tetap lestari di Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura. Pelet Kandung merupakan acara siraman terhadap seorang wanita hamil. Biasanya dilaksanakan pada kehamilan tujuh bulan. Menurut beberapa tokoh masyarakat di Desa Pasongsongan, tradisi ini tidak memiliki salah satu unsur yang bertolak-belakang atau melanggar syariat Islam. Budaya kearifan lokal ini sudah sangat familiar di tengah-tengah masyarakat setempat. Bahkan banyak tokoh agama Islam melaksanakan ritual ini. Tujuannya agar saat melahirkan gampang dan selamat. Bayi yang dilahirkan sesuai dengan harapan kedua orang tuanya. Harapan ini tentu sudah jamak berlaku dimanapun. Sesungguhnya ritual Pelet Kandung menjadi salah satu media permohonan seorang hamba kepada Sang Pencipta. Karena sebelum pelaksanaan siraman ibu hamil,

Rumah Makan Apung Desa Pasongsongan

Kades Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto, S.Pt. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura memiliki dua objek wisata potensial untuk dikembangkan. Sehingga tempat wisata itu bisa naik daun. Pada akhirnya akan mendatangkan keuntungan bagi warga setempat, terutama dari sisi ekonomi. Ditelisik dari rekam cerita masa lampau, di Desa Pasongsongan ada Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin pada abad XV, sebagai penyebar agama Islam pertama di pantai utara Pulau Madura. Selanjutnya ada King dari Tiongkok Tibet pada abad XVII menetap di Pasongsongan. King masuk lewat jalur laut ke Pelabuhan Pasongsongan Menurut cerita para tokoh sejarah di Pasongsongan, Pelabuhan Pasongsongan sebelum abad XV telah termasyhur ke berbagai belahan dunia. Terbukti masuknya saudagar dari jasirah Arab ke Pelabuhan Pasongsongan. Kemudian mereka menetap di Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan. Tonggak sejarah itu sempat terputus. Tapi setelah ditemukan pemak

Gagal Bercinta

Pentigraf: Yant Kaiy Aku lesu tak berdaya. Tak bisa menangis. Seolah air mata ini seperti kemarau. Kering kerontang. Tak bisa bersuara. Terasa sempit dunia ini. Kupejamkan mata, namun luka hati terus menyayat. Aku terdiam dalam bayang-bayang asa berkeping. Tak berbentuk lagi. Keluarga terdekatku tak mampu mengubah suasana. Kian kacau-balau saja motivasi dari mereka. Terseret lebih dalam lagi. Meremuklah iba berganti neraka. Dendam pun ternatal, tak terbendung. Baru kali ini, cinta membakar jiwa setiaku. Setelah banyak berkorban, ia justru menancapkan belati pengkhianatan. Ia berselingkuh dengan Ibu. Berdua di kamar hotel.[] Pasongsongan, 21/3/2021

Pasongsongan Jadi Pusat Therapy Banyu Urip International

Dari kiri: Haji Suryanto, Muhammad Amir, MS Arifin, dan Haji Abdurrahman. (Foto: Yant Kaiy) Catatan: Yant Kaiy Tepatnya di Jalan Kiai Abubakar Sidik Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura telah resmi menjadi Pusat Therapy Banyu Urip International. Pernyataan itu dilontarkan CEO Therapy Banyu Urip International, MS Arifin dalam siaran persnya.   Ahad (21/3/2021). Membludaknya pasien di tempat praktek Pusat Therapy Banyu Urip International di Pasongsongan menandakan kalau pengobatan alternatif ini sangat cocok bagi masyarakat Madura khususnya. MS Arifin berharap masyarakat bisa memanfaatkan pengobatan gratis ini sebaik mungkin. Apa pun penyakitnya, Ramuan Banyu Urip pasti bisa mengobatinya.[]

Zikir Samman dan Lesbumi MWC NU Pasongsongan

Catatan: Yant Kaiy Zikir Samman merupakan salah satu seni budaya berasal dari Aceh. Seni budaya ini dibawa Nyai Agung Madiya dari Aceh pada abad XVII. Zikir Samman sebenarnya tak lain adalah aliran thariqah. Salah satu jalan penyatuan insan dengan Sang Khalik. Dan aliran ini merujuk pada dunia tasawuf atau sufisme Islam. Nyai Agung Madiya putri Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin, penyebar agama Islam di wilayah pantura Pulau Madura. Berkat dakwah Syekh Ali Akbar masyarakat di daerah tersebut menjadi muslim. Ketika kekuasaan Kerajaan Sumenep ada di tangan Raja Bindara Saod, Raja Aceh meminta bantuan mengusir penjajah Belanda kepadanya. Raja Bindara Saod memberikan mandat kepada Nyai Agung Madiya menjadi Panglima Perang dalam mengusir penjajah. Bersama dengan beberapa pasukan Kerajaan Sumenep, Nyai Agung Madiya sukses menumpas tentara kolonial Belanda. Diperkirakan Nyai Agung Madiya tidak hanya sekali pergi ke Aceh, membantu Kerajaan Aceh berperang melawan penjajah Belanda.   Z