Langsung ke konten utama

Warna Baru Lesbumi Pasongsongan

Akhmad Jasimul Ahyak, Ketua Lesbumi MWC NU Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy)


Catatan: Yant Kaiy

Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia) merupakan bagian terpenting dari Nahdlatul Ulama. Keberadaanya sudah teruji waktu dan tidak diragukan lagi dalam menggali potensi seni tradisi nusantara. Sehingga seni tradisi itu hidup dan terus berkembang seiring waktu.

Dari dulu hingga kini, Lesbumi merupakan sebuah wadah yang tidak alergi terhadap seni budaya bernuansa kearifan lokal, senyampang muatannya tidak bertentangan dengan syariat Islam itu sendiri. Bahkan Lesbumi mampu mewarnai begitu kuat terhadap seni tradisi di berbagai pelosok bumi nusantara.

Secara tidak langsung, masuknya Lesbumi terhadap komunitas-komunitas seni di daerah setempat akan mampu mengeliminasi unsur-unsur negatif berbau maksiat. Suka tidak suka, dakwah lewat seni budaya ternyata lebih efektif membendung atau menghalau budaya luar yang acapkali berseberangan dengan falsafah hidup masyarakat di daerah setempat.

Sangat disayangkan apabila ada sebagian individu terpaku pada sebuah perspektif usang, menempatkan ego pada posisi salah kaprah. Kita mengetahui bersama, kalau budaya di tanah air tercinta kebanyakan tidak ada dijaman Rasulullah SAW. Lantas, pasntaskah kita menghujat bahwa itu bid’ah, sesat dan menyimpang. Padahal budaya lokal tak ubahnya identitas kita, wajah kita sendiri.

Akhmad Jasimul Ahyak sebagai Ketua Lesbumi MWC NU Pasongsongan Kabupaten Sumenep rupanya menyadari, kalau seni budaya ibarat satu keping mata uang. Satu sisinya merupakan kepercayaan yang berkaitan dengan keimanan, satu sisinya adalah perilaku hidup dalam berinteraksi sosial di lingkungan tempat dimana ia tinggal. Keduanya merupakan satu-kesatuan tak terpisahkan.

Lebih jauh Akhmad Jasimul Ahyak menegaskan, kalau Lesbumi Pasongsongan akan terus melakukan banyak inovasi, menjalin komunikasi dengan komunitas-komunitas seni tradisi di daerahnya. Ini penting untuk terus digalakkan supaya seni tradisi tersebut tidak musnah ditelan jaman.

Satu tahun diawal kepemimpinan, ia telah membentuk 3 kelompok seni budaya. Satu adalah perkumpulan Macapat Lesbumi Pasongsongan. Kedua kelompok Zikir Samman Lesbumi Pasongsongan. Ketiga yakni Majelis Zikir dan Shalawat Al-Mahabbah Lesbumi MWC NU Pasongsongan.

Ia menambahkan, bahwa ketiga kelompok seni tradisi ini tetap dibawah kendali manajemen Lesbumi Pasongsongan.[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p