Langsung ke konten utama

Wajah Islam Indonesia



Catatan: Yant Kaiy

Sejujurnya, saya bukanlah ahli politik. Juga bukan pakar pemerintahan. Tidak pula dari golongan keluarga terpelajar. Diri ini juga bukanlah alim ulama. Bukan tokoh masyarakat yang mempunyai banyak pengikut, tidak pula punya nama besar dan membanggakan bagi keluarga kecil saya.

Terus terang, saya dari keluarga sederhana dengan penghasilan tidak menentu. Serba pas-pasan. Pendidikan terakhir hanya SMA di sebuah kecamatan terpencil. Keahlian hanya bisa menulis sastra: Puisi, novel, cerpen, buku cerita anak, atau artikel. Saat ini saya mengelola website apoymadura.com. Tidak ada sponsor yang mau memberikan dana sebagai ganti pulsa. Mungkin tulisan-tulisan saya tidak bagus. Hehehe…

Kendati demikian, saya tetap bersyukur karena Allah SWT telah menganugerahi kemampuan menulis.

Belakangan ini saya amat tergelitik dengan pudarnya cahaya Islam di tanah air. Terlihat tidak ada semacam kebanggaan dari umat muslim itu sendiri, lantaran orang-orang yang dipercaya mengemban amanat penderitaan rakyat justru berkhianat. Rakyat pun kecewa. Sakit hati. Dan entah apa lagi namanya.

Masyarakat dunia tahu, kalau agama terbesar di Indonesia adalah Islam. Realitanya peradaban Islam tak memberikan pengaruh apa-apa bagi kehidupan berbangsa dan berbudaya di bumi gemah ripah loh jinawi. Tetangga kita tetap saja tidak sejahtera. Terlunta-lunta di negeri orang. Mereka menjalani hidup di rel angan-angan. Padahal di Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 107, Allah SWT berfirman:

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”

Jangan-jangan kita hanya agama saja Islam, tapi perilaku kita jauh dari tuntunan Baginda Nabi Muhammad SAW. Atau saya saja yang keliru menafsirkannya. Lebih ironis, Anda menilai saya kufur nikmat. Naudzubillah min dzalik.

Saya tetap optimis saja kepada pemimpin bangsa ini, kendati hati terus dipermainkan angin musim yang tak menentu. Sejarah akan mencatat warna hitam-putih pada setiap sisi kehidupan ini. Tuhan tidak tidur. Ya, Dia akan membuka tabir yang mungkin saat ini tertutup rapat.[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p