Jurnal Pembelajaran PPG Modul 2 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai

jurnal pembelajaran ppg 2025

JURNAL PEMBELAJARAN PPG

Tema: Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai
Topik: Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Nasional


1. Uraian Materi

Filsafat Pancasila dan pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) merupakan dua fondasi utama pendidikan nasional Indonesia yang saling melengkapi. Pancasila sebagai dasar negara mengandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial. Dalam pendidikan, nilai-nilai ini menjadi kompas moral dan landasan etis bagi seluruh proses pembelajaran serta interaksi di lingkungan sekolah. Pancasila bukan hanya pedoman normatif, melainkan panduan praktis untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya: beriman, berkarakter, berpengetahuan, dan berperan dalam kehidupan berbangsa.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan anggota masyarakat. Konsep “Tri-Kon” (kontinu, konvergen, konsentris) serta “Tripusat Pendidikan” (keluarga, sekolah, masyarakat) menekankan bahwa pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan melibatkan seluruh ekosistem sosial. Prinsip “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” menggambarkan peran pendidik sebagai teladan, pembangun semangat, dan pemberi dorongan.

Jika dipadukan, Pancasila memberikan arah nilai, sedangkan pemikiran KHD memberikan metodologi serta pendekatan pedagogis yang humanis dan berpusat pada peserta didik. Pemikiran KHD selaras dengan Profil Pelajar Pancasila yang mencerminkan manusia Indonesia berkarakter, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, mandiri, serta menghargai budaya. Pendidikan berdasarkan kedua landasan ini menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, menghargai keberagaman, dan menumbuhkan tanggung jawab sosial.

Guru sebagai pendidik perlu menerapkan nilai Pancasila dan pemikiran KHD secara konkret dalam desain pembelajaran: mulai dari penyusunan tujuan, pemilihan metode aktif-kolaboratif, hingga membangun interaksi yang memanusiakan. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, konsep “merdeka belajar” adalah wujud langsung dari pemikiran KHD bahwa anak perlu berkembang sesuai kodrat alam dan zamannya. Dengan demikian, integrasi kedua filsafat ini menjadi fondasi kuat bagi terciptanya pendidikan nasional yang humanis, inklusif, dan berkeadilan.


2. Rancangan Aksi Nyata

A. Latar Belakang

Hasil refleksi menunjukkan bahwa peserta didik masih membutuhkan pemahaman nilai-nilai Pancasila secara kontekstual, serta penguatan karakter mandiri, gotong royong, dan sikap hormat dalam berinteraksi. Selain itu, budaya kelas belum sepenuhnya mencerminkan prinsip Tut Wuri Handayani, di mana guru mendorong siswa untuk berkembang secara mandiri. Maka, diperlukan aksi nyata untuk mengimplementasikan nilai Pancasila dan pemikiran KHD dalam kegiatan belajar.

B. Tujuan Aksi Nyata

  1. Menumbuhkan budaya kelas yang selaras dengan nilai Pancasila.
  2. Menerapkan prinsip KHD dalam aktivitas pembelajaran: keteladanan, pemberdayaan, dan pendampingan.
  3. Menguatkan karakter Profil Pelajar Pancasila melalui kegiatan kolaboratif.
  4. Membantu siswa memahami relevansi nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

C. Sasaran Kegiatan

Peserta didik kelas … (isi sesuai kebutuhan), rekan guru sebagai observer, dan komunitas sekolah sebagai pendukung.

D. Bentuk Aksi Nyata dan Langkah Pelaksanaan

1. Kegiatan “Nilai Pancasila dalam Aksi”

  • Siswa dibagi menjadi kelompok kecil.
  • Setiap kelompok menganalisis situasi nyata yang mencerminkan nilai sila-sila Pancasila di lingkungan sekolah (misalnya: gotong royong, toleransi, sikap demokratis).
  • Kelompok membuat poster dan presentasi untuk memaparkan contoh tindakan yang sesuai dengan Pancasila.
  • Guru berperan sebagai fasilitator, menerapkan prinsip “Ing Madya Mangun Karsa”.

2. Praktik Keteladanan (Ing Ngarsa Sung Tuladha)

  • Guru menunjukkan sikap disiplin, sopan, terbuka, dan bertanggung jawab sebelum, selama, dan setelah pembelajaran.
  • Guru menjadi role model dalam penggunaan bahasa yang santun serta cara menyelesaikan konflik.

3. Diskusi Reflektif “Tut Wuri Handayani”

  • Siswa mengikuti sesi refleksi 10–15 menit setiap akhir pembelajaran.
  • Siswa menuliskan refleksi singkat: nilai apa yang mereka praktikkan hari itu? Apa dampaknya?
  • Guru memberikan dukungan dan umpan balik positif untuk menumbuhkan motivasi intrinsik.

4. Proyek Mini “Merawat Lingkungan Sekolah”

  • Siswa melakukan aksi nyata merawat tanaman, membersihkan area kelas, atau membuat poster ajakan menjaga lingkungan.
  • Proyek dilakukan secara kolaboratif sebagai perwujudan nilai gotong royong dan kepedulian sosial.

5. Pelibatan Orang Tua (Tripusat Pendidikan)

  • Guru mengirimkan ringkasan kegiatan dan meminta orang tua memberikan dukungan di rumah.
  • Orang tua diminta memberikan catatan singkat perubahan positif anak selama program.

E. Waktu Pelaksanaan

4 minggu (minggu 1 perencanaan, minggu 2–3 implementasi, minggu 4 evaluasi dan pelaporan).

F. Indikator Keberhasilan

  1. Siswa mampu memberikan contoh konkret nilai Pancasila.
  2. Terjadi peningkatan sikap gotong royong dan toleransi dalam kelas.
  3. Siswa lebih mandiri dalam menyelesaikan tugas.
  4. Siswa menunjukkan pemahaman lebih baik tentang pemikiran KHD melalui perilaku yang santun, reflektif, dan bertanggung jawab.

3. Dokumentasi Kegiatan

  • Foto 1: Siswa berdiskusi kelompok untuk menganalisis contoh nilai Pancasila.
  • Foto 2: Guru memberikan keteladanan melalui aktivitas awal pembelajaran.
  • Foto 3: Presentasi poster “Nilai Pancasila dalam Aksi”.
  • Foto 4: Proyek mini merawat lingkungan sekolah.

(Sesuaikan dengan dokumentasi asli kegiatan Anda.)


4. Umpan Balik dari Rekan Guru

Tanggapan Rekan Guru 1 (Ibu Sundari, S.Pd):

“Kegiatan ini sangat relevan dengan pembentukan karakter siswa. Saya melihat pendekatan Ki Hajar Dewantara sudah tampak dalam cara Anda memberi ruang pada siswa untuk berekspresi dan bertanggung jawab. Proyek lingkungan sangat menarik dan bisa dilanjutkan setiap bulan.”

Tanggapan Rekan Guru 2 (Bapak Zainuddin, S.Pd):

“Integrasi nilai Pancasila dalam kegiatan nyata membuat siswa lebih memahami maknanya. Presentasi kelompok berjalan baik, dan siswa terlihat lebih percaya diri. Mungkin ke depan bisa ditambah kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar sekolah.”


5. Refleksi

Pelaksanaan aksi nyata dengan tema Filsafat Pancasila dan pemikiran Ki Hajar Dewantara memberikan pengalaman mendalam bagi saya dalam memahami pendidikan sebagai proses yang bukan hanya mentransfer ilmu, tetapi juga membentuk karakter. Dengan mengintegrasikan nilai Pancasila ke dalam kegiatan belajar, saya melihat siswa mampu mengaitkan konsep abstrak dengan tindakan konkret dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mulai menunjukkan kerja sama yang lebih baik, bersikap lebih sopan, dan lebih peduli terhadap lingkungan kelas.

Penerapan prinsip-prinsip Ki Hajar Dewantara sangat membantu dalam menciptakan suasana belajar yang memanusiakan. Ketika saya mencoba memberikan teladan melalui disiplin dan komunikasi yang santun, siswa merespons dengan mengikuti perilaku tersebut. Dalam aktivitas diskusi, saya mengambil peran sebagai fasilitator yang mendorong siswa berpendapat, bukan satu-satunya sumber kebenaran. Hal ini membuat mereka lebih berani mengemukakan ide dan merasa dihargai.

Sesi refleksi harian menjadi bagian yang paling berkesan. Siswa menunjukkan kemampuan untuk menilai diri sendiri dan mengenali perkembangan perilaku mereka. Ini selaras dengan tujuan pendidikan menurut KHD: menuntun anak menuju keselamatan dan kebahagiaan dengan kekuatan kodratnya. Saya menyadari bahwa ketika siswa diberi ruang untuk berefleksi, motivasi intrinsik mereka meningkat dan proses belajar menjadi lebih bermakna.

Masukan dari rekan guru memperkuat keyakinan saya bahwa program ini dapat dikembangkan lebih luas. Interaksi positif antarsiswa meningkat, dan konflik kecil di kelas dapat diselesaikan secara mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Pancasila bukan hanya diajarkan, tetapi mulai dihidupi.

Refleksi ini membuat saya semakin yakin bahwa guru memiliki peran strategis dalam memastikan pendidikan nasional berjalan sesuai landasan filosofisnya. Ke depan, saya ingin memperkuat kolaborasi dengan orang tua dan memperluas kegiatan berbasis proyek agar siswa semakin terlibat aktif. Saya juga akan memperbaiki sistem dokumentasi dan evaluasi agar perkembangan karakter siswa terekam lebih baik. Melalui praktik ini, saya belajar bahwa pendidikan nilai membutuhkan konsistensi, keteladanan, dan pemahaman mendalam terhadap filsafat pendidikan Indonesia.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soa-soal Bahasa Madura Kelas III

Amazing! Siswa SDN Soddara 1 Pasongsongan Raih Juara III se-Madura

Soal-soal Bahasa Madura Kelas IV SD

MWC NU Pasongsongan Hadirkan Kiai Said Aqil Siradj: Menyambut Hari Santri dengan Pencerahan untuk Umat

SDN Soddara 1 Pasongsongan Turunkan 4 Atlet di Skill and Sport Competition 03 se-Madura

Mitos Uang Bernomer 999

Dua Siswi SDN Padangdangan 2 Ikuti Ajang ISCO MIPA 2025 di SDN Pasongsongan 2

Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Madura PAS Kelas IV SD

Semua Guru dan Siswa SDN Padangdangan 2 Kenakan Busana Serba Putih Peringati Hari Santri Nasional

Prestasi Siswa SDN Panaongan 1 dalam Spelling Bee Competition Kabupaten Sumenep