Jurnal Pembelajaran PPG Modul 2 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai
JURNAL PEMBELAJARAN PPG
Tema: Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai
Topik: Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai
Landasan Pendidikan Nasional
1.
Uraian Materi
Filsafat Pancasila dan pemikiran Ki
Hajar Dewantara (KHD) merupakan dua fondasi utama pendidikan nasional Indonesia
yang saling melengkapi. Pancasila sebagai dasar negara mengandung nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial. Dalam pendidikan,
nilai-nilai ini menjadi kompas moral dan landasan etis bagi seluruh proses
pembelajaran serta interaksi di lingkungan sekolah. Pancasila bukan hanya
pedoman normatif, melainkan panduan praktis untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya: beriman, berkarakter, berpengetahuan, dan berperan dalam kehidupan
berbangsa.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat
anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan
anggota masyarakat. Konsep “Tri-Kon” (kontinu, konvergen, konsentris)
serta “Tripusat Pendidikan” (keluarga, sekolah, masyarakat) menekankan
bahwa pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan melibatkan seluruh ekosistem
sosial. Prinsip “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani” menggambarkan peran pendidik sebagai teladan, pembangun
semangat, dan pemberi dorongan.
Jika dipadukan, Pancasila memberikan
arah nilai, sedangkan pemikiran KHD memberikan metodologi serta pendekatan
pedagogis yang humanis dan berpusat pada peserta didik. Pemikiran KHD selaras
dengan Profil Pelajar Pancasila yang mencerminkan manusia Indonesia
berkarakter, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, mandiri, serta menghargai
budaya. Pendidikan berdasarkan kedua landasan ini menempatkan siswa sebagai
subjek pembelajaran, menghargai keberagaman, dan menumbuhkan tanggung jawab
sosial.
Guru sebagai pendidik perlu
menerapkan nilai Pancasila dan pemikiran KHD secara konkret dalam desain
pembelajaran: mulai dari penyusunan tujuan, pemilihan metode aktif-kolaboratif,
hingga membangun interaksi yang memanusiakan. Dalam konteks Kurikulum Merdeka,
konsep “merdeka belajar” adalah wujud langsung dari pemikiran KHD bahwa anak
perlu berkembang sesuai kodrat alam dan zamannya. Dengan demikian, integrasi
kedua filsafat ini menjadi fondasi kuat bagi terciptanya pendidikan nasional
yang humanis, inklusif, dan berkeadilan.
2.
Rancangan Aksi Nyata
A.
Latar Belakang
Hasil refleksi menunjukkan bahwa
peserta didik masih membutuhkan pemahaman nilai-nilai Pancasila secara
kontekstual, serta penguatan karakter mandiri, gotong royong, dan sikap hormat
dalam berinteraksi. Selain itu, budaya kelas belum sepenuhnya mencerminkan
prinsip Tut Wuri Handayani, di mana guru mendorong siswa untuk berkembang
secara mandiri. Maka, diperlukan aksi nyata untuk mengimplementasikan nilai
Pancasila dan pemikiran KHD dalam kegiatan belajar.
B.
Tujuan Aksi Nyata
- Menumbuhkan budaya kelas yang selaras dengan nilai
Pancasila.
- Menerapkan prinsip KHD dalam aktivitas pembelajaran:
keteladanan, pemberdayaan, dan pendampingan.
- Menguatkan karakter Profil Pelajar Pancasila melalui
kegiatan kolaboratif.
- Membantu siswa memahami relevansi nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
C.
Sasaran Kegiatan
Peserta didik kelas … (isi sesuai
kebutuhan), rekan guru sebagai observer, dan komunitas sekolah sebagai pendukung.
D.
Bentuk Aksi Nyata dan Langkah Pelaksanaan
1.
Kegiatan “Nilai Pancasila dalam Aksi”
- Siswa dibagi menjadi kelompok kecil.
- Setiap kelompok menganalisis situasi nyata yang
mencerminkan nilai sila-sila Pancasila di lingkungan sekolah (misalnya:
gotong royong, toleransi, sikap demokratis).
- Kelompok membuat poster dan presentasi untuk memaparkan
contoh tindakan yang sesuai dengan Pancasila.
- Guru berperan sebagai fasilitator, menerapkan prinsip
“Ing Madya Mangun Karsa”.
2.
Praktik Keteladanan (Ing Ngarsa Sung Tuladha)
- Guru menunjukkan sikap disiplin, sopan, terbuka, dan
bertanggung jawab sebelum, selama, dan setelah pembelajaran.
- Guru menjadi role model dalam penggunaan bahasa yang
santun serta cara menyelesaikan konflik.
3.
Diskusi Reflektif “Tut Wuri Handayani”
- Siswa mengikuti sesi refleksi 10–15 menit setiap akhir
pembelajaran.
- Siswa menuliskan refleksi singkat: nilai apa yang
mereka praktikkan hari itu? Apa dampaknya?
- Guru memberikan dukungan dan umpan balik positif untuk
menumbuhkan motivasi intrinsik.
4.
Proyek Mini “Merawat Lingkungan Sekolah”
- Siswa melakukan aksi nyata merawat tanaman,
membersihkan area kelas, atau membuat poster ajakan menjaga lingkungan.
- Proyek dilakukan secara kolaboratif sebagai perwujudan
nilai gotong royong dan kepedulian sosial.
5.
Pelibatan Orang Tua (Tripusat Pendidikan)
- Guru mengirimkan ringkasan kegiatan dan meminta orang
tua memberikan dukungan di rumah.
- Orang tua diminta memberikan catatan singkat perubahan
positif anak selama program.
E.
Waktu Pelaksanaan
4 minggu (minggu 1 perencanaan,
minggu 2–3 implementasi, minggu 4 evaluasi dan pelaporan).
F.
Indikator Keberhasilan
- Siswa mampu memberikan contoh konkret nilai Pancasila.
- Terjadi peningkatan sikap gotong royong dan toleransi
dalam kelas.
- Siswa lebih mandiri dalam menyelesaikan tugas.
- Siswa menunjukkan pemahaman lebih baik tentang
pemikiran KHD melalui perilaku yang santun, reflektif, dan bertanggung
jawab.
3.
Dokumentasi Kegiatan
- Foto 1: Siswa berdiskusi kelompok untuk menganalisis
contoh nilai Pancasila.
- Foto 2: Guru memberikan keteladanan melalui aktivitas
awal pembelajaran.
- Foto 3: Presentasi poster “Nilai Pancasila dalam Aksi”.
- Foto 4: Proyek mini merawat lingkungan sekolah.
(Sesuaikan dengan dokumentasi asli
kegiatan Anda.)
4.
Umpan Balik dari Rekan Guru
Tanggapan
Rekan Guru 1 (Ibu Sundari, S.Pd):
“Kegiatan ini sangat relevan dengan
pembentukan karakter siswa. Saya melihat pendekatan Ki Hajar Dewantara sudah
tampak dalam cara Anda memberi ruang pada siswa untuk berekspresi dan
bertanggung jawab. Proyek lingkungan sangat menarik dan bisa dilanjutkan setiap
bulan.”
Tanggapan
Rekan Guru 2 (Bapak Zainuddin, S.Pd):
“Integrasi nilai Pancasila dalam
kegiatan nyata membuat siswa lebih memahami maknanya. Presentasi kelompok
berjalan baik, dan siswa terlihat lebih percaya diri. Mungkin ke depan bisa
ditambah kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar sekolah.”
5.
Refleksi
Pelaksanaan aksi nyata dengan tema
Filsafat Pancasila dan pemikiran Ki Hajar Dewantara memberikan pengalaman
mendalam bagi saya dalam memahami pendidikan sebagai proses yang bukan hanya
mentransfer ilmu, tetapi juga membentuk karakter. Dengan mengintegrasikan nilai
Pancasila ke dalam kegiatan belajar, saya melihat siswa mampu mengaitkan konsep
abstrak dengan tindakan konkret dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mulai
menunjukkan kerja sama yang lebih baik, bersikap lebih sopan, dan lebih peduli
terhadap lingkungan kelas.
Penerapan prinsip-prinsip Ki Hajar
Dewantara sangat membantu dalam menciptakan suasana belajar yang memanusiakan.
Ketika saya mencoba memberikan teladan melalui disiplin dan komunikasi yang santun,
siswa merespons dengan mengikuti perilaku tersebut. Dalam aktivitas diskusi,
saya mengambil peran sebagai fasilitator yang mendorong siswa berpendapat,
bukan satu-satunya sumber kebenaran. Hal ini membuat mereka lebih berani
mengemukakan ide dan merasa dihargai.
Sesi refleksi harian menjadi bagian
yang paling berkesan. Siswa menunjukkan kemampuan untuk menilai diri sendiri
dan mengenali perkembangan perilaku mereka. Ini selaras dengan tujuan
pendidikan menurut KHD: menuntun anak menuju keselamatan dan kebahagiaan dengan
kekuatan kodratnya. Saya menyadari bahwa ketika siswa diberi ruang untuk
berefleksi, motivasi intrinsik mereka meningkat dan proses belajar menjadi
lebih bermakna.
Masukan dari rekan guru memperkuat
keyakinan saya bahwa program ini dapat dikembangkan lebih luas. Interaksi
positif antarsiswa meningkat, dan konflik kecil di kelas dapat diselesaikan
secara mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Pancasila bukan hanya
diajarkan, tetapi mulai dihidupi.
Refleksi ini membuat saya semakin
yakin bahwa guru memiliki peran strategis dalam memastikan pendidikan nasional
berjalan sesuai landasan filosofisnya. Ke depan, saya ingin memperkuat
kolaborasi dengan orang tua dan memperluas kegiatan berbasis proyek agar siswa
semakin terlibat aktif. Saya juga akan memperbaiki sistem dokumentasi dan
evaluasi agar perkembangan karakter siswa terekam lebih baik. Melalui praktik
ini, saya belajar bahwa pendidikan nilai membutuhkan konsistensi, keteladanan,
dan pemahaman mendalam terhadap filsafat pendidikan Indonesia.[]

Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.