MWC NU Pasongsongan Hadirkan Kiai Said Aqil Siradj: Menyambut Hari Santri dengan Pencerahan untuk Umat

Mwc nu Pasongsongan Sumenep
Kiai Achmad Riyadi,M.Pd. [sh]

Momentum Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober jadi ajang refleksi bagi seluruh santri dan umat Islam di Indonesia. 

Tahun 2025 ini, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep akan menggelar peringatan istimewa dengan menghadirkan salah satu tokoh besar Nahdlatul Ulama, Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dua periode masa khidmat 2010–2021. 

Acara tersebut akan diselenggarakan di Lapangan Sawunggaling, Desa Pasongsongan, Kecamatan Pasongsongan, dan diharapkan jadi ruang pencerahan bagi seluruh warga NU dan masyarakat sekitar.

Ketua MWC NU Pasongsongan, Kiai Achmad Riyadi, menyampaikan harapannya agar seluruh warga Kecamatan Pasongsongan bisa hadir dan mengambil hikmah dari tausiah Kiai Said Aqil Siradj. 

“Kehadiran beliau merupakan berkah dan kehormatan besar bagi masyarakat Pasongsongan. Kami berharap seluruh lapisan masyarakat bisa turut serta menyemarakkan acara ini,” ujarnya penuh semangat.

Dengan mengusung tema nasional Hari Santri 2025, “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia”, MWC NU Pasongsongan berkomitmen untuk menjadikan momen ini bukan sekadar perayaan simbolik, tapi juga ajang memperkuat nilai kebangsaan dan keislaman. 

Dalam konteks sosial-keagamaan saat ini, santri diharapkan tidak hanya jadi penjaga tradisi, tapi juga jadi pelaku utama dalam membangun peradaban dan menjaga keutuhan bangsa di tengah gempuran arus informasi dan ideologi yang beragam.

Kehadiran Kiai Said Aqil Siradj tentu sangat dinanti. Kiprahnya sebagai intelektual muslim, pemikir moderat, dan tokoh penjaga nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah telah jadi inspirasi bagi banyak kalangan. 

Beliau dikenal sebagai ulama yang tegas dalam membela keutuhan NKRI dan konsisten menegaskan bahwa Islam Nusantara adalah wajah Islam yang ramah, toleran, dan berakar kuat pada budaya bangsa.

Tapi di tengah suasana peringatan Hari Santri tahun ini, muncul pula isu-isu sensitif yang sedang ramai diperbincangkan di tanah air, terutama soal posisi dan peran keturunan Nabi Muhammad SAW yang bergelar “habib”. 

Dalam beberapa bulan selama 2025, muncul narasi dari sebagian pihak yang seolah ingin menempatkan kaum habib sebagai aktor utama dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. 

Pencaplokan sebagian narasi sejarah ini menimbulkan kegelisahan di kalangan umat, terutama bagi mereka yang memahami perjuangan kemerdekaan Indonesia sebagai hasil jerih payah kolektif dari seluruh elemen bangsa — termasuk para kiai, santri, dan tokoh-tokoh pesantren dari berbagai daerah.

Pertanyaan yang kemudian muncul: Apakah Kiai Said Aqil Siradj akan menyinggung isu ini dalam tausiahnya di Pasongsongan?

Sebagai seorang cendekiawan dan orator ulung, Kiai Said dikenal mampu menyampaikan pandangan dengan bijak, kritis, dan menyejukkan. 

Tidak tertutup kemungkinan bahwa beliau akan menegaskan kembali pentingnya menjaga keseimbangan dalam memahami sejarah, agar tidak terjadi monopoli narasi oleh kelompok tertentu atas nama keturunan atau garis nasab. 

Dalam konteks keindonesiaan, hal tersebut penting agar bangsa ini tetap berdiri di atas prinsip keadilan dan kesetaraan.

Lebih dari sekadar perdebatan identitas, peringatan Hari Santri kali ini seyogianya jadi momentum untuk memperkokoh peran santri dalam menjaga marwah keislaman dan kebangsaan. 

Santri bukan hanya pewaris nilai-nilai spiritual para ulama, tapi juga penjaga moral bangsa. 

Mereka harus hadir di garda terdepan dalam membela kebenaran, menolak klaim sepihak atas sejarah, dan meneguhkan kembali bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan bersama — dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat.

Akhirnya, kehadiran Kiai Said Aqil Siradj di bumi Pasongsongan diharapkan mampu menjadi cahaya pencerahan di tengah kegaduhan wacana keagamaan yang seringkali diseret ke arah politis dan identitas sempit. 

Peringatan Hari Santri bukan hanya seremoni tahunan, tapi juga panggilan spiritual untuk menguatkan kembali komitmen santri dalam mengawal Indonesia merdeka menuju peradaban dunia — sesuai tema besar yang diusung tahun ini. [sh]

Komentar

  1. Kalau bahas fitnah nasab di forum ini, saya khawatir acara tidak akan kondusif.

    BalasHapus

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.

Postingan populer dari blog ini

Soa-soal Bahasa Madura Kelas III

Soal-soal Bahasa Madura Kelas IV SD

KB-PAUD Sabilul Rosyad Desa Pagagan Menerima Kunjungan Asesor Akreditasi

PB Elang Waru Jalin Persahabatan dengan PB Indoras Sumenep

Mitos Uang Bernomer 999

Sekolah Hebat, SDN Padangdangan 2 Gelar Program Bersase Setiap Sabtu

Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Madura PAS Kelas IV SD

Di SDN Padangdangan 1 Digelar Isco Pediyah, Ajang Asah Kecerdasan dan Spiritual Siswa

Dua Siswi SDN Padangdangan 2 Ikuti Ajang ISCO MIPA 2025 di SDN Pasongsongan 2