Langsung ke konten utama

Rumah Makan Apung Desa Pasongsongan

Kades Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto, S.Pt. (Foto: Yant Kaiy)


Catatan: Yant Kaiy

Desa Pasongsongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura memiliki dua objek wisata potensial untuk dikembangkan. Sehingga tempat wisata itu bisa naik daun. Pada akhirnya akan mendatangkan keuntungan bagi warga setempat, terutama dari sisi ekonomi.

Ditelisik dari rekam cerita masa lampau, di Desa Pasongsongan ada Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin pada abad XV, sebagai penyebar agama Islam pertama di pantai utara Pulau Madura. Selanjutnya ada King dari Tiongkok Tibet pada abad XVII menetap di Pasongsongan. King masuk lewat jalur laut ke Pelabuhan Pasongsongan

Menurut cerita para tokoh sejarah di Pasongsongan, Pelabuhan Pasongsongan sebelum abad XV telah termasyhur ke berbagai belahan dunia. Terbukti masuknya saudagar dari jasirah Arab ke Pelabuhan Pasongsongan. Kemudian mereka menetap di Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan. Tonggak sejarah itu sempat terputus. Tapi setelah ditemukan pemakaman massal dibawah timbunan bukit pasir, barulah terkuak kalau di situ terdapat komunitas perantau Arab masa silam.

Disamping itu, Raja-raja Sumenep selalu memanfaatkan Pelabuhan Pasongsongan untuk bepergian ke luar pulau. Karena Pelabuhan Pasongsongan merupakan pelabuhan terbesar di Pulau Madura.

Astah Syekh Ali Akbar dan Pelabuhan Pasongsongan merupakan objek wisata yang pantas mendapatkan sentuhan berarti. Sarana dan prasarana menjadi nilai tambah bagi pengunjung. Plus media promosi sebagai faktor utama agar masyarakat luar tertarik berkunjung.

 

Rumah Makan Apung

Kepala Desa Pasongsongan, Ahmad Saleh Harianto, S.Pt pernah mempresentasikan tentang potensi wisata di daerahnya di depan para wartawan beberapa waktu lalu di kantornya. Dirinya akan membuka pintu seluas-luasnya, bagi siapa saja yang akan mengembangkan kedua objek bersejarah tersebut. Bahkan dirinya akan turut serta memfasilitasinya.

Keseriusan Kades Pasongsongan ini ditunjukkan oleh dibentuknya Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) awal tahun ini. Harianto memilih orang-orang yang mempunyai kompetensi dan kapabilitas serta wawasan kepariwisataan mumpuni. Hal ini dimaksudkan supaya akselerasi komunitas ini bisa berperan maksimal, tidak sekadar hanya ada.

Dengan tidak bermaksud mengenyampingkan kedua objek wisata tersebut, kali ini Kades Pasongsongan AS Harianto sedang gencar-gencarnya mempersiapkan tempat wisata Rumah Makan Apung. Lokasinya ada di sebelah barat Pelabuhan Pasongsongan.

Menurutnya, Rumah Makan Apung berpeluang besar mendatangkan banyak wisatawan. Sebab lokasinya berdampingan dengan Palabuhan Pasongsongan. Akses jalan masuk dan tempat parkir representatif menjadi nilai plus bagi objek wisata ini.

Konsep tempat rekreasi ini terinspirasi oleh adanya sebuah desa di Pulau Jawa yang sukses membangun Rumah Makan Apung dan mampu menyedot para pengunjung lokal dan mancanegara. Padahal kalau dicermati lokasinya masih jauh lebih baik di dekat Pelabuhan Pasongsongan.

AS Harianto optimis kalau Rumah Makan Apung di desanya akan menciptakan nuansa berbeda dari tempat rekreasi sejenis.[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p