Langsung ke konten utama

Menyoal Sampah Sungai Angsana Pasongsongan



Catatan: Yant Kaiy

Krisis sampah sungai Angsana yang berada di Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep menyita perhatian banyak pihak. Perhatian mereka lantaran kondisi buruk sungai amat mengenaskan sekaligus mengkhawatirkan. Utamanya bagi mereka yang bertempat tinggal di arel bibir sungai bagian utara. Tumpukan material sampah terlihat jelas di dekat muara karena mengalami pendangkalan.

Walau sampai saat ini belum ada kejadian luar biasa sebagai akibat perilaku tak terpuji dari sebagian masyarakat, tapi kehati-hatian itu harus terus ada pada setiap individu. Kewaspadaan mereka tidak boleh kendor sebagai sikap tanggap bencana. Faktor minimnya kesadaran dari warga sekitar, plus masyarakat umum yang membuang sampah dari atas kedua jembatan, semakin memperparah kondisi buruk sungai Angsana.

Menurut beberapa tokoh masyarakat Desa Pasongsongan, sejatinya warga yang rumahnya di pinggir sungai bisa menjadi garda terdepan melarang para pelaku pembuang sampah. Ketika ada yang membuang sampah ke sungai, mereka bisa langsung mencegahnya, paling tidak menegurnya. Dengan begitu ada efek sungkan.

Atau bisa jadi meletakkan plang bertuliskan seruan untuk tidak membuang sampah ke sungai. Atau membentuk komunitas yang terdiri dari orang-orang di pinggir sungai. Membangun komunikasi sehingga tercipta wujud kesepakatan bersama untuk menjaga sungai tidak menjadi pembuangan akhir. Forum ini nantinya bisa menghadirkan Kepala Desa Pasongsongan dan Kepala Desa Panaongan.

Sikap berpangku tangan atau menunggu kepedulian pemangku kebijakan kedua desa bukanlah sikap bijak. Kita tak patut menyalahkan siapa-siapa dalam persoalan ini. Dari dalam diri kitalah yang wajib hukumnya untuk care.

Persoalan terberatnya, tatkala ada warga sekitar bibir sungai juga seenak dengkulnya turut menjadi penyumbang sampah di sungai yang membelah dua desa tersebut. Sisi barat Desa Pasongsongan, sisi timur Desa Panaongan. Ini tragis. Sehingga ada kesan, kalau mereka saja tidak mau memberi teladan bijak, apalagi bagi mereka yang bertempat tinggal agak jauh dari lokasi sungai Angsana.

Fenomena buruk sampah di sungai Angsana sangat mendesak untuk diambil tindakan konkret. Kita tidak bisa berdiam diri sebelum bencana datang menghampiri. Butuh penanganan serius dari beberapa pihak. Mengampanyekan pola hidup bersih dengan membuang sampah pada tempatnya merupakan langkah awal menghindari tragedi kemanusiaan yang tidak kita inginkan bersama.

Siapa pun orangnya tentu tidak mau banjir terjadi di sungai Angsana, merenggut kebahagiaan warga di tepian sungai. Memang bukan kita, tapi mereka saudara kita. Pray for sungai Angsana…[]

Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p