Goa Soekarno Pasongsongan-Sumenep |
Catatan:
Yant Kaiy
Sukardi berasal dari Jember
dan menempati Goa Sukarno pada tahun 2001. Ia menikahi perempuan bernama Puhana
yang tak lain adalah anak tercinta dari Ceng Rasidi. Selanjutnya pasangan ini
menjadikan Goa Soekarno sebagai tempat tinggalnya sampai akhirnya mempunyai
satu anak laki-laki tampan bernama Joko Satrio Nurcahyo.
Sebelum menempati gua
tersebut, menurut pengakuan Sukardi kepada Ceng Rasidi, ia mendapatkan
wangsit (petunjuk) ketika dirinya berada
di Jember. Wangsit itu datang ketika dirinya sedang menjalani riyadah di sebuah
tempat keramat di Kabupaten Jember. Sukardi sebelumnya tidak pernah ke Desa
Panaongan. Ia berangkat dari Jember
menuju gua tersebut seorang diri. Ia
mengikuti petunjuk yang ada dalam wangsit tersebut.
Sebelum Sukardi menempati
Goa Soekarno, Ceng Rasidi menyarankan agar di sekitar gua dibersihkan dulu dari
semak belukar. Sebab banyak ular yang bersembunyi di balik batu cadas. Kalau
tidak dibabat maka bahaya ular akan senantiasa mengancam keselamatan jiwanya
sewaktu-waktu. Ceng Rasidi dengan beberapa orang tetangganya turut serta
bahu-membahu membersihkan tumbuhan liar di sekitar gua. Ternyata memang benar,
banyak ular yang mematikan ditemukan di situ. Lantas ular-ular itu dimusnahkan
oleh Ceng Rasidi.
Selama berada dalam gua yang
Sukardi kejakan adalah tirakat/laku batin. Keluar gua hanya sewaktu-waktu. Itu
pun sangat jarang. Tidak beberapa lama kemudian Sukardi mulai dikenal
masyarakat luas. Banyak orang yang bertamu dengan maksud dan tujuan meminta
petunjuk kepadanya dari sekian banyak masalah atau himpitan hidup.
Sukardi adalah seorang
pengembara dan suka bertapa di tempat-tempat angker. Dia juga punya ilmu tembus
pandang, bisa berdialog dengan makhluk gaib. Itulah beberapa kelebihan yang
dimiliki Sukardi, demikian cerita Ceng Rasidi.
Dulu sebelum masuk lampu
PLN, Sukardi menggunakan talpek
(sebangsa pelita) sebagai alat penerangan di gua. Sedangkan jarak rumah Ceng
Rasidi dengan Goa Soekarno sekitar 700 meter dan Sukardi jarang ke rumah
mertuanya. Walaupun serba terbatas
dengan fasilitas layaknya orang yang tinggal di sebuah rumah, Puhana tidak
pernah mengeluh atau menuntut kepada suaminya untuk sekadar mendapatkan perabot
rumah tangga lebih baik dan lebih layak. Mereka hidup sederhana namun tetap
bahagia, membesarkan anaknya penuh kasih-sayang.[]
Yant Kaiy, penjaga gawang
apoymadura.com
Komentar
Posting Komentar