Pelabuhan Pasongsongan Sumenep |
Catatan: Yant Kaiy
Pelabuhan Pasongsongan terletak di wilayah Desa/Kecamatan
Pasongsongan Kabupaten Sumenep disinyalir merupakan pelabuhan tertua dan
termasyhur sampai ke penjuru dunia. Memang tidak ada catatan valid yang bisa
menguak sejarah keberadaan pelabuhan pantai ini.
Namun ada jejak sejarah yang dapat ditelisik dengan
keberadaan komunitas Bangsa Arab yang menetap di lokasi pesisir Desa Panaongan
Kecamatan Pasongsongan dan adanya kampung Cina di sepanjang Jalan Kiai Abubakar
Sidik Pasongsongan. Dua bukti kuat kalau Pelabuhan Pasongsongan adalah
pelabuhan terbesar di Pulau Garam Madura.
Aktivitas perdagangan menjadi ajang munculnya dua bangsa pendatang di Desa Pasongsongan. Apalagi masyarakat lokal tidak alergi terhadap mereka yang berlainan suku, agama, ras, dan adat istiadat. Ini menunjukkan kepada seluruh bangsa-bangsa di dunia kalau warga Pasongsongan mau menerima mereka untuk bisa hidup rukun, damai dan sejahtera.
Bahkan sampai detik ini tidak ada catatan dari para tokoh
adat di Pasongsongan yang menerangkan, kalau kedua bangsa pendatang ini pernah
bersinggungan paham atau berselisih dengan warga pribumi. Justru yang ada
harmonisasi keanekaragaman dan menatalkan keindahan pada kebersamaan.
Catatan tahun pada komunitas Bangsa Arab di kuburan Syekh
Abu Suhri (wafat 1281) dan Syekh Al-Arif Abu Suid (wafat 1292) di Astah Buju’
Panaongan Desa Panaongan. Sedangkan leluhur Bangsa Cina yang ada di
Pasongsongan bernama King. King berasal dari Tiongkok Tibet. Kuburan King ada
di areal pemakaman Sunan Ampel Surabaya. Ceritanya, King yang pulang dari
menunaikan ibadah haji menetap di Surabaya dan meninggal di situ.
Menurut para tokoh sejarah, kedua suku bangsa ini datang ke Pelabuhan
Pasongsongan dalam rangka berniaga.[]
Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com
Komentar
Posting Komentar