Langsung ke konten utama

Antologi Puisi Fragmen Nasib (14)



Karya: Yant Kaiy

Angin

barangkali kebenciannya semua ini berantakan

sampai tak ada lagí sisa dayaku sanggup membendung

tamparannya ibarat gempa mengguncang ragaku

kupasang segala mantra paling ampuh

biar berlalu segala kebusukan yang tak kukehendaki mendera

sekujur raga ditebas tiada henti sampai darah menetes

mengalir… melimpah tak terasa basahi bumiku kian subur saja

 

ada bait-bait ketidakpastian pijakkan kakiku di persimpangan

jalan menuju cinta semua sudut-sudut rindu

angin terus mambawa bidukku mengembara

melebar pengalaman hidup penuh cobaan

bersyukur atas keselamatan menyertai liku hidupku

penuh penderitaan tanpa sebatang tongkat di tangan

hanyalah keteguhan hati nan membaja

kudapat merangkai serat liku jalan meniti hari penuh misteri

tak menetan… berakhirlah penantian kesekian kalinya

perjuanganku tumbang bersama duka-luka menoreh kegamangan

ditiap dengus napasku ada saja sisa asa

 

setiakah kau menidurkanku dimalam ini?

suaramukah yang membangkitkan kengerianku?

persahabatan kita ternatal dialam fana ini

aku mengerti, barangkali kau marah atas semua tingkahku

disini kuselalu terpuruk pada bayangan maut

menakutkan jika kubayangkan semuanya

hanyalah iman kubersyukur atas tiupanmu

menidurkan raga malam ini

 

tak sabar menanti kehadiranmu

menyatu pada kesunyian menghina lamunan

tanpa batas awan terus mengiringi langkahmu dan gerakku

bertemankan asa menyusurl beragam aral melintang

tak yakin diriku tercomber pada semua kesesatan bergelimang

dosa tiada ternilai lantaran ayahandanya

sesama mengiringi impianku.

Sumenep, 05/03/1988



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p