Langsung ke konten utama

Zikir Samman Pasongsongan dan KH Imam Arifin

Zikir Samman Khas Pasongsongan yang Tetap Lestari
KH Imam Arifin, keturunan Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin. [Foto: Yant Kaiy]

Catatan: Yant Kaiy

Kesenian Zikir Samman masuk ke Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura pada abad XVll Masehi. Kesenian Islami ini dibawa Nyai Agung Madiya, putri Syekh Ali Akbar Syamsul Arifin. Kala itu Nyai Agung Madiya mendapat tugas dari Kerajaan Sumenep membantu Kerajaan Aceh mengusir penjajah Belanda. Kedua pemerintahan kerajaan itu sama-sama bernafas Islam.

Siapa Syekh Ali Akbar? Beliau adalah sosok penyebar agama Islam pertama wilayah pantai utara Pulau Madura. Ia merupakan paman Bindara Saod, Raja Sumenep. Beliau wafat 14 Jumadil Akhir 1000 Hijriah.

Tiap tahun pada perayaan haul Syekh Ali Akbar selalu ada pagelaran Zikir Samman di lokasi pekuburannya. Ini sebagai bentuk sikap penghargaan warga masyarakat Pasongsongan terhadap beliau. Karena Syekh Ali Akbar mempunyai jasa besar membangun peradaban Islami di sisi utara Pulau Madura.

Maka dipandang perlu bagi para keturunan Syekh Ali Akbar untuk tetap melestarikan kesenian Zikir Samman ini. Salah seorang yang gigih tetap mempertahankan kesenian tersebut ada di bumi Pasongsongan ialah KH Imam Arifin.

Ada dua komunitas Zikir Samman di daerah Pasongsongan. Keduanya dibina KH Imam Arifin. Dan keduanya berbentuk perkumpulan. Pelaksanaan Zikir Samman ada yang bergilir dari rumah ke rumah jamaahnya.

Sesungguhnya Zikir Samman merupakan salah satu toriqoh. Suatu bentuk peribadatan khusus menuju Sang Khalik. Biasanya orang-orang yang masuk ke aliran ini mempunyai kadar keimanan amat kuat.[]

- Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p