Catatan: Yant Kaiy
Zikir
Samman masuk ke Desa/Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep pada abad 17
Masehi. Adalah Nyai Agung Madiya yang membawa Zikir Samman dari bumi Aceh.
Putri Syekh Ali Akbar ini ketika menjadi Panglima Perang Kerajaan Sumenep
bertugas menumpas tentara kolonial Belanda di Aceh. Pulang membawa kemenangan
dan oleh-oleh Zikir Samman. Raja Sumenep yang bertahta saat itu Bindara Saod.
Zikir Samman terus berkembang di wilayah pantai utara Sumenep dan Pamekasan. Karena hakikatnya Zikir Samman merupakan sebuah thariqah. Yaitu sebuah aliran dalam Islam yang menggiring pengikutnya menuju Tuhan melalui beberapa tahapan lewat bimbingan seorang guru (mursyid).
Dari beberapa aliran thariqah yang ada di bumi nusantara, pelaksanaan Zikir Samman memiliki gerak tubuh dinamis. Biasanya dilakukan secara berkelompok sembari mengumandangkan puji-pujian terhadap Tuhan, para nabi dan rasul serta para ulama (pejuang) Islam.
Tidak ada aturan baku dalam gerak tubuh Zikir Samman. Bertolak dari sinilah setiap perkumpulan Zikir Samman mempunyai metode koreografi tersendiri dalam mengimplementasikan gerak tubuh para jemaahnya.
Kebebasan menuangkan ide gerak tubuh artistik membuka ruang bagi kelestarian Zikir Samman. Kolaborasi seni bernilai kearifan lokal dan ibadah (hablumminallah) menjadi kekuatan Zikir Samman untuk terus berkembang seiring waktu.[]
Pasongsongan, 8/1/2022
Komentar
Posting Komentar