Langsung ke konten utama

Ramli Penjual Hati Ayam Berjuang Demi Anak Istri


apoymadura.com – Siang hari yang panas di Pasar Waru Pamekasan. Asap knalpot dari kendaraan menambah suasana tidak nyaman. Tapi orang-orang tak mempedulikannya. Mereka sibuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Di depan toko parfum milik orang Arab, duduk seorang lelaki di bawah payung sedang menjajakan dagangannya. Hati ayam. Dia adalah Ramli (41 tahun) berasal dari Dusun Timur Desa Gro’om Kecamatan Proppo Pamekasan. Dia berjualan hati ayam setiap hari. Pindah-pindah pasar kalau berjualan. Kamis dan Ahad berjualan di Pasar Waru. Lainnya di Pasar Tamberu, Pasar Plerenan Sampang, dan di pasar Batu Marmar. Kamis (15/6/2023).

Ketika ditanya berapa hasil berjualan setiap hari, Ramli menjawab lumayan untuk menopang kebutuhan keluarga kecilnya. Kendat begitu ia senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya.

“Tidak pasti, kadang hati ayam ada yang tidak laku. Itulah risiko orang berjualan. Sisanya saya masak di rumah,” terang Ramli sembari melayani pembeli.

Lelaki beranak dua ini pada awal berjualan kurang percaya diri. Malu. Tapi sebagai seorang suami di pundaknya ada tanggung jawab besar menafkahi lahir-batin istrinya. Dari sinilah semangat mulai timbul. Ia labrak rasa malu itu dalam jiwanya.

“Menganggur terlalu lama itu tidak enak. Walau berjualan hati ayam ini bukan program kerja masa depan saya. Tak ada dalam benak berjualan ini,” cerita Ramli lebih jauh.

Di fase menganggur, ada salah satu tetangga Ramli mengajak berjualan hati ayam. Ia masih ragu. Ia menimbang beberapa kali. Dorongan uang belanja yang minus, lalu ia terima tawaran itu.

“Kebetulan tetangga saya ada yang jualan ayam potong. Mungkin karena kasihan, ia mau diajak kerja sama. Saya ambil dari dia. Stoknya banyak karena usahanya terbilang besar,” terang Ramli.

Jarak tempuh perjalanan Ramli ke tiap pasar rata-rata diatas 30 kilometer. Sebelum sholat subuh dia langsung tancap gas. Sholat subuh ia tunaikan dalam perjalanan.

“Sholat tak pernah saya tinggalkan. Rezeki takkan kemana. Ikhtiar adalah media kita untuk selalu mendapatkan ridho-Nya,” pintas Ramli setengah mengingatkan dirinya. [Sur]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p