Langsung ke konten utama

Cerpen: Gita Cinta di Ujung Malam

Karya: Yant Kaiy

Debur menerima pesan singkat dari sahabatnya, Anita. Dia satu SMA dengan Debur. Banyak cerita telah mengiringi persahabatan keduanya. Tak ubahnya seperti saudara sendiri, karena kemana-mana mereka acapkali berdua. Tidak ada ikrar cinta keduanya. Namun semua orang menilai, kalau keduanya sedang menjalani masa pacaran.

Kini mereka terpisah. Debur masih berada di tanah kelahirannya. Sedangkan Anita sudah berada jauh di kota lain, ikut suaminya. Debur pernah sampai ketempat tinggal suami Anita: Di sebuah perkampung asri, tepat di lereng gunung.

Jalan beraspal rusak berat adalah akses menuju rumahnya. Mayoritas penduduknya bercocok tanaman.

Debur membaca pesan singkat Anita di handphone-nya.

“Sahabatku, Debur. Aku tidak kerasan disini. Pekan depan aku pulang saja. Suamiku mengizinkan.”

Debur berfikir sejenak. Kenapa Anita buru-buru memutuskan ingin pulang. Padahal usia pernikahannya belum genap satu bulan. Ini pasti ada sesuatu yang tidak baik, bisik hati Debur di teras rumahnya. Debur masih menikmati secangkir kopi sebelum berangkat kerja.

Apa mungkin Anita bertengkar dengan suaminya? Tidak mungkin. Suaminya penyabar dan murah senyum. Lagi pula keduanya saling menyayangi.

Debur tidak segera menelpon. Karena ia tak mau mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Anita sudah bukan anak kecil lagi. Dia pasti bisa menyelesaikan permasalahannya sendiri.

Sepekan kemudian Anita menelpon Debur, bahwa dirinya telah ada di rumahnya. Gadis periang itu menyuruhnya datang. Debur bingung, antara pergi dan tidak. Tapi karena nilai persahabatan, akhirnya Debur memantapkan hati untuk datang.

“Mana suamimu, Nit?” tanya Debur demi tidak melihat batang hidung suaminya. Hanya kedua orang tuanya, adik-adik Anita dan para keluarga besarnya. Wajah-wajah mereka terlihat tegang.

“Dia tidak ikut,” pintas Anita tanpa beban. Senyumnya tetap  seperti biasanya. Tidak ada perubahan.

Debur melanjutkan pertanyaannya, “Kau bertengkar, ya?”

Anita menggelengkan kepalanya seraya menjawab, “Dia impoten. Dia telah berusaha untuk berobat. Tapi tidak ada hasilnya. Jadi aku putuskan pulang saja.”

“O ya?! Selanjutnya kamu mau apa?”

“Cari suami lagi,” Anita tersenyum lebar.

Sebentar kemudian, perbincangan keduanya berakhir setelah Debur berpamitan pulang. Anita mengantarkan Debur hingga ke pintu pagar.

“Aku punya permintaan sama kamu, Bur?”

“Apa?”

“Menikahlah denganku!”

Debur gelagapan. Ia seolah tak percaya mendapatkan tawaran itu. Debur mematikan mesin sepeda motornya. Pria berkulit kuning itu menatap tajam wajah Anita.

“Serius, Nit? Kenapa tidak dari dulu?”

Anita tersenyum penuh makna. Anita tahu betul kalau Debur karakternya lebih banyak menunggu. Maka gadis bertahi lalat di pipi itu langsung menembaknya.[]

Pasongsongan, 31/12/2022



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p