Langsung ke konten utama

Diklat Jurnalistik LPM ESENSI STITA Sumenep Bersama Mawardi MS

Mawardi MS di tengah-tengah para mahasiswa peserta diklat.

Sumenep - Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) ESENSI STITA Pondok Pesantren Aqidah Usymuni Tarate Sumenep menggelar Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar (DJTD) bersama Mawardi MS yang bertempat di Auditorium STITA. Sabtu (5/2/2022), dimulai pukul 13.30 WIB.

Kegiatan yang dihadiri oleh pengurus LPM ESENSI dan juga mahasiswa/i di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aqidah Usymuni Tarate Pandian Sumenep. Pemateri disamping menjelaskan teknik-teknik kepenulisan berita dan esai juga memotivasi para peserta agar memiliki motivasi yang tinggi dan menjadikan menulis sebagai hobi dan kebutuhan sehari-hari.

"Menulis itu sebagai ajang untuk memperkenalkan diri kita terhadap dunia, jadi benar dengan adanya kata-kata jika ingin mengenal dunia maka membacalah dan jika ingin dikenal dunia menulislah, da saya siap memfasilitasi teman-teman yang mau menulis di kolom opini dan artikel atau juga berita terkait kampus dan kemahasiswaan, dan bahkan saya siap memfasilitasi teman-teman yang memiliki karya yang ingin dijadikan buku ber-ISBN," ungkap Mawardi disela-sela memberikan materi Diklat Jurnalistik.

Mawardi juga banyak menyinggung tentang profesi jurnalis dalam menjalankan tugas keprofesiannya serta menyampaikan tentang kebebasan dan kemerdekaan pers serta perlindungan hukum bagi pers.

“Itu semua sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers," jelas Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo.

Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sunan Giri Surabaya itu menambahkan, "Mahasiswa yang memiliki hobi dan kebiasaan menulis itu merupakan mahasiswa yang istimewa dan luar biasa, karena menulis itu membutuhkan ketelatenan dan semangat yang tinggi,” pungkasnya. (Sl/Yant Kaiy)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p