Langsung ke konten utama

Kunjungan Gubernur Jawa Timur Ke Kabupaten Sumenep

Hj. Dewi Khalifah SH, MH. dampingi Gubernur Jatim Hj. Dra. Khofifah sambangi pedagang srikaya di Kecamatan Bluto Sumenep.

Sumenep - Pada kunjungannya ke Kabupaten Sumenep kali ini, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyambangi para pedagang srikaya yang ada di Kecamatan Bluto kabupaten setempat. Ia mengatakan, ternyata kualitas srikaya Sumenep memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan srikaya Jember dan Kediri. Selasa (18/1/2022).

Menurutnya, ciri khas itu terletak pada dagingnya yang empuk dan manis. Srikaya Sumenep juga mempunyai nilai ekonomis bagi para petani.

"Srikaya Sumenep ini sangat manis dan dagingnya lumayan tebal dan empuk," kata mantan Menteri Sosial RI ini.

Dalam kesempatan tersebut Khofifah didampingi Wakil Bupati Sumenep Hj Dewi Khalifa memborong buah srikaya.

Bahkan dirinya mengatakan bahwa, buah srikaya ini bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat. Terutama apabila dibudidayakan dengan lebih baik dan sesuai dengan sistem pertanian modern.

“Srikaya ini dapat menambah pendapatan bagi para petani di Kabupaten Sumenep," terang nya sambil berbincang-bincang dengan para pedagang srikaya.

Dalam kesempatan tersebut Gubernur memberikan bantuan sembako bagi para pedagang srikaya.

Sebelumnya, kata Khofifah, dirinya melihat sebuah foto srikaya di media sosial (Medsos) berlokasi di wilayah Kecamatan  Bluto yang sudah mulai ramai dijajakan di pinggir jalan raya.

"Saya mendapatkan foto bahwa ada srikaya di Bluto. Jadi usai mengisi acara di Kampus IAIN Madura langsung kesini," ujarnya singkat. (SP/Yant Kaiy)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p