Antologi Puisi Fragmen Nasib (36)
Karya: Yant Kaiy
Merokok dalam Sunyi
halimun acapkali mengembarakan ilusi
mengurung asa di bilik bambu sempit
membawa gairah hidup lebih jauh
terkulai, tumpah
emosi meniti wajah malam
kesunyian mendera tanpa iba pada gelap
kusulut sebatang rokok di pengembaraan jiwa
berkobarlah inspirasi menentang
dingin suasana
kutak berkutik diantara gersang puisi
terbakar bulu-bulu jati diri
di lumpur tak bertepi
memandang sekitar
menelanjangi susut amarah
bintang pun berkidung menyusuri tebing jiwa
menara kebebasanku gemakan nuranà cucurkan luka
begitu lamban jalan
menuju puncak sukses
kubuang jauh segala
nista
kendati meronta diantara
tangis
melebar malam dalam genggaman mimpi
asap nikotin terus menembus resah
kuberanjak memahat lorong gulita
mengaburkan tatapan semua mata insan
tak peduli hati
atas derita mendera
tiap detak jantung
mengalir air mata tak darah
polusi diri
mencengkeram benak
tak terelakkan oleh
riang suara
alam
sekali-kali terbang
ilusiku menikam raga terpatri
berdesing
penggalianku tinggalkan kemunafikan
peluru dirà tak
mampu menangkis sengketa
terpapar makhluk bernyawa
bergelimpangan
bergetar keinsyafan atas kotak-kotak kesombongan
berderai peluh
basahi bumiku kian gersang saja
adalah bola mata menatap letih
menelanjangi luruh
embun
kujatuhkan raga berjejalkan angan
tak menentu langkah diri di ujung penantian
berjatuhan; menggumpal kemerdekaan menyusuri
kegagalan
bergelora iba
pedulikan mereka
jadi korban kebiadaban
mengunyah sepiring puisi di meja makan tanpa garam
berdiri
bulu-bulu jiwa menampar bebatuan
kusarungkan niat
semula kendati kecewa
merobek kulit tanah
tak bersahabat
hingga
ternatal harapan baru
tentang
hari esok lebih gemilang.
Sumenep, 20/08/1988
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.