Langsung ke konten utama

Antologi Puisi Fragmen Nasib (2)



Karya: Yant Kaiy

Bingkai Tangisku

luas derita mendempul pada kenyataan terus berlalu

mengerang jiwa, tak ubahnya mati muaraku tertelan halimun

terbakar darah emosi ke puncak gunung tangisku bersimbah duka,

kumencoba menghalau rintik luka. senyum mengiris kalbu

buram anganku? seolah bestari sikapnya membasahi sekujur persendian

terulang beragam kebimbangan menetas, senyum nun jauh menghinaku

 

perlahan naluriku menuntun. goyang keyakinanku meski angin tak menampar,

sebait horizon mengambang penuh keteguhan, mengalir perlahan

runyam kian kurasa mengapuri detak nadi tiap langkah

kutatap sekali lagi.  ada kabut menghalangi pandang bola mataku

seutas senyum mempesona menggalau ke sekujur raga tiada berdaya,

deras tawa memenuhí suasana malamku; tangis mengiringinya

derita terus menyiksa, sem akin rental ah keteguhanku

bagaikan kapas diterbangkan kemana saja. mengukir jalanku

dipengembaraan memerlukan kesabaran amat berarti

barangikali bingkai tangis merenda liku jalanku

 

aku selalu merasa diri ini kerdil, tak berdaya menghantam galau

bisanya hanya menyesalkan nasib setelah angin berlalu

menggerakkan dedaunan. terlontar mengadu ke segala penjuru,

suasana menjingga terpatri dalam hati, lelah beruntun. .....

kemanisan senyum, kehangatan belaian gelap malam

mengasihi kekecewaanku dalam lingkaran harapan semusim

biarlah terlepas segala beban yang menghantui langkah-langkahku

tak seorang pun, tak kubiarkan semua menyergap jadi mangsa

hasratku akan terus menembus beragam kecomberan.

Sumenep, 23/07/1988



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p