Antologi Puisi “Riak Sungai Debur Hati” (13)
Karya: Yant Kaiy
Lawan atau Musuh
matamu adalah
belati
selaksa menikam.
aku
tak mau kalah,
meski malam
pasti gelap. mencabut keakarnya
iba tertanam ini. kubuang
menjadi mendung
kelam
memang tak pernah; aku selalu benci
kau tetap lawan
bagi detak jantung
desir berkobar. asal kutak pernah, memburu
gerak matamu yang
merendahkanku,
kutakkan
membiarkanmu. hingga lenyap
debu-debu kemuslihatanmu itu
mengguncang kembara
ilusi
masih tergambar jelas. bagaimana kau menusukkan
fitnah itu. perih
terasa. barangkali
hanya suara hati
mengeluh, selebihnya
tangis dan sujud
pada Allah
Dia tahu apa yang
kita tak tahu,
aku yakin itu.
Tuhan membela
manusia di titian kebenaran.
Pasongsongan, 21/12/90
Sepeda Malam
jalan pikiranku buram. masih membekas
erat melekat, jenuh
serta resah
berkecamuk.
mengarungi halimun, berserakan
kutak bisa menatap
ke depan. pekat
roda-roda sepedaku tak mau peduli lagi
menggilas kemauan,
berlari mengejar asa
kukayuh dan
kukayuh. angin malam
menyambar renungan
hatiku,
kucoba merenangi
riak cita. hampalah
menyusuri kelepak
asmara, mengiris...
berlomba. menata
gerahmu, mengukir kenangan
bersamamu lebih
hangat. sejuta canda
riang, cemerlang membasuhmu, dia
dan aku semestinya
kenyataan lain.
harapan
kita terkatung lagi.
Pasongsongan, 21/12/90
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.