Langsung ke konten utama

Banjir Kiriman: LPI Al-Furqon Panaongan Roboh

Kiai Djamaluddin (kanan) bersama personil dari Polsek Pasongsongan. (Foto: Yant Kaiy)


Apoymadura, Sumenep – Bangunan Lembaga Pendidikan Islam Al-Furqon di Dusun Benteng Utara Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep roboh akibat  terjangan banjir kiriman dari arah selatan. Lokasi LPI ini memang berada di dataran terendah. Karena curah hujan tinggi sejak sore hingga dini hari mengakibatkan banjir kiriman mengalir deras dan bertemu dengan air laut.

“Gedung LPI Al-Furqon ambruk karena pondasi tergerus banjir. Di posisi sebelah timur bangunan genangan air menjadi tinggi karena banjir dihadang tingginya gelombang air laut. Sehabis sholat subuh bangunan itu roboh,” terang Kiai Djamaluddin pengasuh LPI Al-Furqon yang dibawah naungan LP Ma'arif MWC NU Pasongsongan. Rabu (24/2/2021).

Ketua MWC NU Pasongsongan Kiai Ahmad Riyadi (kanan) bersama aparatur Desa Panaongan. (Foto: Yant Kaiy)


Dari kiri: Kapolsek Pasongsongan, TRC BPBD Sumenep, aparatur Desa Panaongan. (Foto: Yant Kaiy)


Dengan robohnya bangunan tersebut ditaksir kerugian mencapai Rp 150 juta. Kiai Djamaluddin berharap agar gedung LPI Al-Furqon bisa segera dibangun lagi. Dalam musibah ini tidak ada korban jiwa.

“Untuk sementara, kami akan mengalihkan semua anak didik di mushalla dan teras rumah,” tambahnya.

Ketua DPRD Sumenep, Abdul Hamid Ali Munir. (Foto: Yant Kaiy)


Hadir tadi siang di lokasi: Kapolsek Pasongsongan AKP Suwardi, TRC BPBD Sumenep Sadikurrahman, Ketua MWC NU Pasongsongan Kiai Ahmad Riyadi, beberapa aparatur Desa Panaongan, Ketua DPRD Sumenep Abdul Hamid Ali Munir dan para tokoh masyarakat. (Yant Kaiy)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p