Langsung ke konten utama

Wali Murid dan Semua Guru SDN Panaongan 3 Pasongsongan Antusias Ikuti Sosialisasi Undang Undang Perlindungan Anak

melindungi anak dari tindak kekerasan penting untuk terus dikampanyekan
Dari kiri: Agus Sugianto, Moh. Zainol Arief, dan Dr. Dwi Regnani. [Foto: Yant Kaiy]

apoymadura.com  - Ratusan wali murid dan seluruh guru SDN Panaongan 3 Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep hadir dalam acara Sosialisasi Undang-Undang Perlindungan Anak di lembaga pendidikan tersebut. Rabu (31/1/2024).

Kepala SDN Panaongan 3, Agus Sugianto, S.Pd merasa perlu diadakannya sosialisasi semacam itu.

“Saya pribadi berharap, bahwa pemahaman positif yang diberikan oleh kedua nara sumber nanti akan sangat berharga untuk membantu para guru dalam mengambil keputusan yang bijak terkait tindakan yang perlu diambil,” terang Agus Sugianto.

Guru Penggerak ini juga menyampaikan komitmennya untuk bekerja sama dengan para guru dalam mengidentifikasi langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil agar pelanggaran terhadap kekerasan anak dapat dihindari di lingkungan sekolah.

“Kami akan senantiasa menekankan pentingnya peran bersama antara pihak sekolah, guru, dan orang tua dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung perkembangan anak,” tegas Agus Sugianto.

Ia juga mengajak para guru untuk aktif berkomunikasi dengan wali murid dan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tindakan disiplin peserta didik.

“Sekali lagi saya tekankan, bahwa upaya bersama ini dapat terus berlanjut demi menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan mendukung bagi semua siswa,” ungkapnya.

Bisa disimpulan kalau pemaparan dari Agus Sugianto, S.Pd mencerminkan komitmen untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan positif dalam rangka perlindungan anak di SDN Panaongan 3.

kampanye tentang undang-undang perlindungan anak
Mahasiswa mahasiswi Universitas Wiraraja Sumenep bersama dengan para narasumber. [Foto: Yant Kaiy]

Tujuan Sosialisasi

Sosialisasi Undang-Undang Perlindungan Anak di SDN Panaongan 3 Kecamatan Pasongsongan, bertujuan untuk membangun kesepahaman yang kuat antara guru dan wali murid.

Salah satu aspek yang ingin ditekankan adalah pentingnya menjalin komunikasi bersama sebelum mengambil tindakan hukum, seperti melaporkan tindakan guru kepada polisi.

“Memastikan bahwa baik guru maupun wali murid memahami dengan baik isi Undang-Undang Perlindungan Anak. Selanjutnya membangun kesadaran bersama antara pihak sekolah dan orang tua,” terang Moh. Zainol Arief, SH, salah seorang dosen dari Universitas Wiraraja Sumenep.

Ia juga menyoroti pentingnya komunikasi terbuka antara guru dan wali murid dalam menangani isu-isu yang melibatkan anak-anak.

“Maka amatlah penting pembentukan saluran komunikasi yang efektif dan ramah antara pihak sekolah dan orang tua. Kami berharap, menyelesaikan permasalahan internal melalui dialog dan komunikasi sebelum memutuskan untuk melibatkan pihak hukum,” tandas Zainol Arief.

Salah satu contoh antisipatif, yakni membangun kepercayaan yang solid diantara guru dan wali murid.

Menciptakan lingkungan yang mendukung dimana guru dan wali murid merasa nyaman berkomunikasi satu sama lain.

“Tanggung jawab bersama dalam melibatkan kerjasama antara guru dan wali murid sehingga tercipta lingkungan belajar yang aman dan mendukung,” ucap Zainol Arief.

Melalui pencapaian tujuan ini, diharapkan tercipta kesadaran yang mendalam tentang pentingnya menjaga hubungan yang positif antara guru dan wali murid serta menghindari tindakan hukum yang dapat merugikan perkembangan anak-anak.

Tindakan Hukuman

Sedangkan pemateri kedua yaitu Dr. Dwi Regnani,M.S.,M.Kes dari Dinas Sosial Kabupaten Sumenep menyampaikan paparan yang mendalam mengenai berbagai kasus yang melibatkan laporan dari wali murid terhadap guru.

“Fokus paparan saya adalah memberikan pemahaman lebih lanjut terkait tindakan hukuman dan pentingnya menjauhi ego pribadi dalam menanggapi situasi pendidikan anak. Orang tua siswa diharapkan jangan main lapor saja, tapi dalami dulu dengan sikap bijak,” imbau Dwi Regnani gamblang.

Ia juga menyampaikan beberapa kasus nyata yang pernah ditangani oleh Dinas Sosial, menyoroti berbagai aspek yang melibatkan guru, wali murid, dan siswa.

“Saya berharap pentingnya pemikiran bijak dan objektif wali murid dalam mengevaluasi situasi pendidikan anak. Pengambilan keputusan seharusnya tidak hanya didasarkan pada emosi atau ego pribadi, melainkan melalui pemahaman yang lebih luas terkait konteks dan motivasi tindakan guru,” terangnya.

Membagi perspektif dari sudut pandang guru dalam memberikan hukuman sebagai upaya meningkatkan disiplin dan pembentukan karakter siswa.

Solusi bijak yang bisa diambil adalah mengajak wali murid untuk lebih memahami tantangan dan tekanan yang mungkin dihadapi oleh guru.

Maka sangatlah penting kolaborasi antara guru, wali murid, dan pihak sekolah dalam menciptakan solusi yang saling menguntungkan.

“Jujur saya tekankan, bahwa paparan ini bertujuan untuk memberikan perspektif yang lebih menyeluruh terkait isu tindakan hukuman dan laporan dari wali murid, serta merangsang diskusi dan refleksi bersama untuk mencari solusi yang terbaik demi kebaikan anak-anak,” pungkas Dwi Regnani

Ada tambahan sedikit, hadir dalam acara tersebut Pengawas Sekolah Mahmud, M.Pd dan beberapa mahasiswa Universitas Wiraraja Sumenep. [Yant Kaiy]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p