Langsung ke konten utama

Bupati Sumenep "Tampar Wajah" Kejaksaan

Bupati Sumenep tidak kebal hukum

Oleh: Sulaisi Abdurrazaq

(Alumni Pascasarjana Ilmu Politik UI & Ketua DPW APSI Jatim)

Kegiatan Sound of Justice Road to Campus dengan tema “Demi Indonesia Tanpa Korupsi” yang digelar Jaksapedia di Universitas Airlangga, Surabaya, 27 Agustus 2023, tampak serius, meski kontradiktif.

Pada acara itu terdapat momen Kejagung menyampaikan kuliah umum melalui Sanitiar Burhanuddin.

Kata Pak Burhanuddin, modus Tipikor kian berkembang dan berdampak kerugian semakin besar terhadap keuangan negara. Kejaksaan telah mengubah paradigma.

Yang selama ini terjebak pada bagaimana memasukkan pelaku ke penjara, saat ini telah berkembang, tak hanya itu.

Kejaksaan tak hanya fokus pada follow the suspect, (kejar dan hukum pelaku), namun juga follow the money, follow the asset. Jadi paradigmanya mengembalikan kerugian negara.

Tema kegiatan itu mengandung spirit Indonesia Tanpa Korupsi. Tapi saya nilai penyelenggara salah pilih figur. Wajah Achmad Fauzi, Bupati Sumenep, bertolak belakang dengan spirit melawan korupsi.

Achmad Fauzi itu memiliki banyak topeng. Saat ini, wajahnya tercecer di mobil-mobil angkot, pohon-pohon dan bus-bus antar kota di Jawa Timur. Ada ambisi yang dipaksakan, meski itu sah.

Kata topeng itu satire ya, jangan baper. Sama dengan berharap menyapu dapur  kotor, tapi dengan sapu kotor. Ya tetap kotor.

Dalam kegiatan ini, penyelenggara menjadi bagian dari penyebar topeng wajah Achmad Fauzi, sehingga semangat Indonesia Tanpa Korupsi terdegradasi. Mengapa?

Karena rekam jejak Achmad Fauzi tak bisa lepas dari korupsi. Kotor. 

Begitu kita ketik melalui mesin pencarian Google dengan kalimat: "Achmad Fauzi Korupsi PT WUS" atau ketik kalimat: "Skandal Bellezza", langsung terbuka topeng dia. Kontradiktif antara wajah Achmad Fauzi dengan Indonesia Tanpa Korupsi.

Achmad Fauzi ini sakti mandraguna. Mampu "menyihir" media-media nasional. Terutama setelah Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Plate tersangka dugaan korupsi Base Transceiver Station (BTS) Badan Layanan Umum (BLU) Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).

Saya yakin anggaran untuk endorsement memasarkan topeng Achmad Fauzi butuh biaya tinggi. Jangan-jangan ada uang negara di sana.

Saat ini, sebagai Bupati Sumenep Achmad Fauzi punya banyak Tenaga Ahli. Tapi masa lalunya berani menampar wajah Kejaksaan dengan kepala tetap mendongak.

Bagaimana wajah Kejaksaan ditampar? Begini ceritanya:

Tahun 2018 Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Surabaya telah memutus Sitrul Arsyih Musa'ie dan Taufadi terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut berkaitan dengan Participating Interest (PI) Migas Sumenep yang dikelola PT Wira Usaha Sumekar (WUS).

Pada Surat Dakwaan dan Tuntutan Jaksa Penuntut, nama Achmad Fauzi sebagai Kepala Kantor Perwakilan PT. WUS di Bellezza Office Walk  Jakarta waktu itu disebut bersama-sama dengan Sitrul Arsyih Musa'ie selaku Direktur PT. WUS membuka rekening atas nama PT. WUS.

Artinya, tanpa keterlibatan Achmad Fauzi, Sitrul Arsyih Musa'ie tak mungkin dapat membuka rekening PT. WUS di Jakarta, karena PT. WUS yang berkedudukan di Sumenep sudah punya rekening sendiri. 

Tanpa tandatangan Achmad Fauzi, PT. WUS tak mungkin dapat mencairkan duit PI Migas dan tak mungkin uang negara dapat "dirampok".

Tindak pidana korupsi secara bersama-sama sudah jelas tergambar. Tapi Kejaksaan, meski terang dalam dakwaan dan dalam tuntutan, tak mampu menyeret Achmad Fauzi ke muka sidang.

Jangankan menyeret sebagai Tersangka, menurut beberapa media online,  berkali-kali dipanggil sebagai saksi ke hadapan sidang saja Achmad Fauzi tak menggubris Kejaksaan. Letoy sekali Jaksanya. Tak ada wibawa. 

Kalau saya jadi jaksa, membaca dakwaan tanpa menyeret pelaku, pasti saya malu, karena tak ada integritas. Hukum tebang pilih.

Begitulah cara Achmad Fauzi menampar Kejaksaan. 

Meski terlibat secara bersama-sama dengan Sitrul, Achmad Fauzi tak tersentuh hukum hingga saat ini.

Yang begini ini digadang-gadang Bacagub/Bacawagub Jatim lo. Sakti kan?

Anehnya lagi, topeng Achmad Fauzi tetap laku pada acara Sound of Justice Road to Campus yang digelar Jaksapedia di kampus Unair Surabaya.

Saya sengaja tidak menyebut nama Wongsojudo, demi menghormati ayahnya yang saya yakini pasti bersih sehingga kontras dengan track record Achmad Fauzi.

Karena itu patut kita bertanya: tak adakah figur bersih untuk tema: "Demi Indonesia Tanpa Korupsi"? []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p