Langsung ke konten utama

Bagaimana Nasib Guru Honorer Tahun 2023 di Sumenep


Catatan: Yant Kaiy

Impian menjadi PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) memang masih belum pupus. Harapan masih terbentang luas. Kesempatan tetap terbuka lebar. Namun faktor usia mencapai kepala lima membuat guru honorer untuk meraih mimpinya dibuat ketar-ketir. Terutama guru honorer Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kabupaten Sumenep Madura.

Bagaimana tidak. Beberapakali rekrutmen PPPK di Kota Keris Sumenep, formasi guru PAI belum pernah ada. Tentu ini menatalkan kecemburuan sosial diantara sesama guru honorer.

Dikotomi ini menunjukkan rasa ketidakadilan sangat tajam. Kebijakan tidak populis penguasa membuka ruang kecewa para guru honorer berusia uzur. Mereka tersudut di lembah derita berkepanjangan. Kendati ada wacana akan ada rekrutmen PPPK 2023, namun perasaan waswas terus menyelimuti aktivitas mengajar mereka.

Wajar, para guru honorer khawatir. Karena kebijakan pemerintah selalu berubah-ubah. Manakala kebijakan yang diambil tidak sesuai amanat penderitaan rakyat, ia akan berkelit seribu bahasa. Bahwa segala keputusan yang diambil telah sesuai dengan koridor hukum. Semua mengacu pada ketetapan yang sudah disepakati bersama.

 Prioritas Dikesampingkan

Tolak ukur kebimbangan guru honorer mengacu pada dua poin, yaitu usia dan masa kerja. Sejatinya pemangku kebijakan bisa lebih memprioritaskan kedua poin ini, jika pemerintah murni ingin menuntaskan persoalan guru honorer. Tidak menjebak mereka dalam kompetisi tes. Atau mereka tidak harus bersaing dengan para guru honorer pendatang baru.

Kita tahu, guru honorer berusia muda tentu lebih enerjik dan lebih fresh. Ibarat kuda tua diadu berlari dengan kuda muda. Sudah bisa dipastikan pemenangnya adalah kuda muda.

Sungguh disayangkan, keputusan pemerintah telah memberangus sebagian asa mereka. Meski demikian, semangat mengajar guru honorer tidak pernah padam. Dedikasi mencerdaskan anak bangsa masih tetap menyala, ibarat pelita dalam kegelapan malam.

Walau hidupnya jauh dari kata sejahtera. Dan tidak punya tunjangan masa depan. Karena gaji mereka tidak lebih Rp 300 ribu per bulan. Namun mereka menyamakan semua peserta didiknya seperti anak sendiri. Sehingga api semangat di dadanya terus menyala.

Bravo guru honorer berusia tua. Jasamu akan dikenang sepanjang masa!...[]

- Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p