Langsung ke konten utama

Paguyuban Guru Bahasa Madura Pasongsongan

guru bahasa madura di sdn panaongan 3 kecamatan pasongsongan kabupaten sumenep provinsi jawa timur
Agus Sugianto,S.Pd, Kepala SDN Panaongan 3 Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. [Foto: Yant Kaiy]


SUMENEP – Kepala SDN Panaongan 3 Kecamatan Pasongsongan, Agus Sugianto,S.Pd memandang perlu dibentuknya sebuah paguyuban (komunitas) guru Bahasa Madura di Pasongsongan. Pernyataan itu dilontarkan Agus Sugianto karena ada beberapa guru yang belum sepenuhnya mengaplikasikan tangga Bahasa Madura (ondhaggha bhasa) dalam berkomunikasi. Senin (27/3/2023).

“Dengan adanya paguyuban guru Bahasa Madura ini, kita bisa menyatukan visi dan misi dalam mengemban tugas sebagai pendidik. Sesama guru nantinya bisa saling belajar di komunitas tersebut,” ucap guru penggerak SD satu-satunya di Pasongsongan ini serius.

Maklum, saat ini para guru khusus Bahasa Madura jenjang pendidikan SD agak kurang. Umumnya guru yang  mengajar memegang banyak bidang studi. Tidak spesifik.

“Bisa dipastikan, hadirnya paguyuban guru Bahasa Madura akan memberikan ruang penyempurnaan tata bahasa daerah yang benar. Kendati bukan satu-satunya, tapi paling tidak hal ini adalah salah satu ikhtiar untuk berbenah,” tambah Agus Sugianto.

Kebutuhan paguyuban guru ini cukup mendesak. Sebab komunitas ini akan menjadi ujung tombak recovery tata sosial dikalangan para murid menjadi lebih baik. Karena pada studi kasus, perilaku seseorang dapat dilihat dari cara bicaranya.

“Gagasan ini nantinya akan saya wacanakan kepada pihak-pihak terkait. Walau saya sendiri bukanlah pemilik kebijakan. Tapi aspirasi ini menjadi bahan pemikiran saya,” tegasnya. [kay]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p