Langsung ke konten utama

Cerpen PENANTIAN TAK BERUJUNG


Oleh: Yant Kaiy

Ketar-ketir menanti keputusan juragan tempatnya bekerja, Debur mulai merenda jurus supaya tidak tenggelam di lembah kecewa. Ia tidak ingin asanya hangus oleh kegagalan demi kegagalan yang terus menghias hidupnya. Baginya, bulan ini merupakan catatan kelam, mungkin sukar terlupakan.

“Masih belum ada keputusan, Bur?” tanya Santi dari arah belakang, mengagetkan Debur.

“Belum,nih,” jawab Debur sekenanya.

Lewat aplikasi sosial media, Debur kembali berselancar di dunia maya. Tak menghiraukan Santi yang sedang sarapan pagi. Santi sesungguhnya punya perhatian sama Debur, tapi cowok berkulit kuning langsat itu belum pernah berpikir kesana.

“Udah, kerja di tempatku saja. Lagi pula kita bisa naik sepeda motor bersama,” tukas Santi tanpa mempedulikan perubahan sikap Debur. “Aku yakin kau bisa diterima kerja.”

Sepekan kemudian Debur mulai bekerja di tempat Santi. Seiring waktu bergulir, Debur mulai jatuh cinta pada sosok dara teman kerjanya, Luna. Santi mulai mencium sesuatu, perhatian Debur terhadap Luna, keduanya tampak mesra.

Sementara penantian Santi tak segera membuahkan hasil. Debur masih belum juga menembaknya dengan kalimat cinta. Padahal keduanya sering jalan bersama.

Ketika habis pulang kerja, Debur dan Luna mampir di taman kota sambil makan malam. Ketika hendak pulang, tiba-tiba hujan turun. Mereka berteduh di emperan toko.

“Tadi Luna bercerita tentang kita, San,” ucap Debur mengagetkan perhatian Santi.

“Oya?” sela gadis bertubuh sintal sembari mengalihkan pandangannya ke wajah Debur. Ia sangat penasaran.

“Luna menanyakan tentang hubungan kita. Aku katakan, bahwa kau dan aku hanya sebatas teman…”

“Kau menyukai Luna, Bur?” potong Santi bernada kecewa karena cintanya berlabuh di dermaga hati lain.

“Aku bingung,” selanya dengan tatapan mata ke jalan raya yang mulai sepi kendaraan.

“Apanya yang membuatmu bingung, Bur?”

Debur memegang tangan Santi. Kedua mata makhluk berlainan jenis itu saling menatap.

“Aku masih memikirkanmu. Aku tak mau melukaimu, San. Apalagi aku…”

Belum selesai kalimat Debur, Santi langsung memeluk cowok di sampingnya. Hujan terus membasahi bumi. Keduanya hanyut irama kasmaran, hangat menjalari sekujur raga.[]

Pasongsongan, awal Maret 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p