Langsung ke konten utama

Buta Warna: Firman Allah Jadi Dasar Penyembuhnya

Yogyakarta - Dari sebagian kalangan ahli  pengobatan, baik medis maupun non-medis mengatakan, bahwa buta warna tidak bisa disembuhkan. Lalu masyarakat latah percaya dengan wacana dan opini tersebut.

Tetapi tidak begitu dengan MS Arifin (CEO Therapy Banyu Urip International). Ia menegaskan kembali, jika semua penyakit datang dari Allah SWT. Dan Dialah yang akan menyembuhkannya lewat ikhtiar manusia itu sendiri. Senin (8/8/2022).

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jadi setiap penyakit jelas ada obatnya. Kecuali kematian. Kematian tidak bisa disembuhkan. Namun kalau penyakit fisik dan psikis pasti ada penangkalnya," tegas MS Arifin di tempat prakteknya, Jalan Selokan Mataram Karanganyar RT.10/RW.29 No.197 A Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta.

Dirinya kalau berbicara masalah bukti mungkin ada orang yang tidak percaya. Tapi di tempat prakteknya banyak pasien buta warna yang sedang menjalani terapi.

MS Arifin menegaskan,  "Di tempat praktek saya  sekarang ada banyak pasien buta warna dan sebagian diantara mereka sudah diperbolekan pulang lantaran telah sembuh total."

Tentu pasien telah melewati tahapan tes buta warna sebelum dipulangkan.

"Satu kata kuncinya, saya berpatokan pada firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Anbiya ayat 83:
"Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia berdoa kepada Tuhannya: "(Ya Tuhanku) sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Maha Penyayang dari semua yang penyayang," ucap MS Arifin mengutip kandungan ayat suci Al-Quran.

Dari sini kita dapat menarik benang merah, bahwa setiap penyakit apa pun pasti ada penyembuhnya.

"Yang lebih gamblang lagi ada hadis Nabi Muhammad SAW (HR. Bukhori). Begini bunyinya: "Allah tidak akan menurunkan satu penyakit kecuali Allah turunkan juga obatnya," ujar MS Arifin sambil melafalkan bahasa Arabnya. (Kay)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p