Langsung ke konten utama

Siapa Guru KH Ismail Sumenep

KH Ismail Macan Madura (kiri) bersama Yant Kaiy dari apoymadura.com. 

SUMENEP – Dai dari Desa Paberasan Kecamatan Kota Sumenep ini dikenal sangat vokal. Isi ceramah KH Ismail begitu mendalam dan sedikit humor.

Oleh orang-orang di luar Pulau Madura, KH Ismail dijuluki Si Macan Madura lantaran berani mengungkap yang benar meski pahit terdengar.

Kajian ceramah KH Ismail seputar bekal manusia menuju alam barzah, tentang bakti manusia kepada Sang Khalik, tentang cara beribadah yang benar sesuai syariat Islam.

Lantas siapa saja guru agama beliau?

“Saya nyantri di pondok pesantren di Pasar Sore Kota Sumenep asuhan RB Abdullah, RB Muhammad Sholeh. Mereka keturunan RB Ahmad Murtadha,” papar KH Ismail di kediamannya. Jumat malam (8/4/2022).

Sedang RB Ahmad Murtadha keturunan Kiai Hasan. Ilmu Kiai Hasan diperoleh dari ayahandanya, yakni Kiai Muhammad Ali Brambang.

“Kiai Muhammad Ali Brambang keturunan Kiai Khotib Paddusen. Sedangkan ilmu Kiai Khotib Paddusen mendapat ilmu dari ayahnya, Pangeran Katandur,” ujar Kiai Ismail.

Pangeran Katandur keturunan dari Panembahan Pakaos. Lalu, Pangeran Pakaos putra dari Jakfar Shodiq (Sunan Kudus Anom). Ayahanda Jakfar Shodiq adalah Kiai Haji Usman (Sunan Kudus Sepuh).

Kiai Haji Usman mendapat ilmu dari ayahnya, Kiai Ali Murtadha Fadil. Ilmu Kiai Ali Murtadha Fadil didapat dari  Maulana Malik Ibrahim Asmoro Kondi.

“Makam Maulana Malik Ibrahim ada di belakang Masjid Tuban. Beliau putra dari Syekh Jumadil Kubro Trowulan Mojokerto. Syekh Jumadil Kobro masih tujuh turunan dari Nabi Muhammad SAW,” pungkas Kiai Ismail. [kay]





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p