Antologi Puisi “Suram Bertirai Gelap” (14)
Karya: Yant Kaiy
Merenung diantara Semut
semut-semut mengepungku
pada kehampaan malam abadi
aku tak dapat
berteriak keras
hanya mengurung reaah
seorang diri
sembari merenungi
nasib kelam
kumemang tak
menghendaki orang lain terlibat
biarlah semuanya
kukaji ulang bersama semut
sebab dia lebih
mengerti
dari apa yang tak pernah aku pahami.
Pasongsongan,
07/02/96
Curigamu Makin Membara
kau semakin
mencermati gerakanku
tak pernah lepas satu pun
dari bidikan lensa matamu
tak bolehkah bila aku bertanya padamu
membiarkan gemuanya jadi kebimbangan memuncak
menggempakan kepastian
langkah diri kita
yang tergambar jelas pada tiap
pergaulan
kau masih sempat memungut keping resah
diantara kemesraan kita
kumaklumi cemburumu ternatal
sebab itu sebuah cemin
cintamu
nan setia
bukti ketulusan
sulit tertandingi
namun kutak ingin kau terus terkurung
pada sekilas
pandanganmu
mengikuti setiap
gerakku
bagiku mungkin tiada guna
kau mulai mempertaruhkannya
sebab akan
menimbulkan kepincangan selamanya
bukan malah
keharmonisan seperti yang kita idamkan
apa guna semua yang kau
berikan terhadapku
bila jadi beban kehencuran hidupku
apa guna kau pertaruhkan, sahabat perjalanan
lentaran takkan mendatangkan cahaya bahagia
kalau masih berjalan
kecemburuanmu
kumohon pengertianmu barang sejenek!
tidak
lebih dari seteguk setia.
Pasongsongan, 08/02/96
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.