Riwayat Syekh Ali Akbar Pasongsongan (4)
Penulis: Yant Kaiy
Potret
Pelabuhan Pasongsongan
Sejarah
tentang Pasongsongan besar kemungkinan telah ada semenjak masa kekuasaan Raja Arya Bangah yang memimpin Kerajaan
Sumenep mulai tahun 1292 – 1301 M. Arya Bangah sendiri adalah Raja Sumenep
kedua yang keratonnya berada di Banasareh. Menurut catatan sejarah bahwa dia
adalah adik Arya Wiraraja yang merupakan Raja Sumenep yang pertama.
Sebenarnya
kenapa Pasongsongan sudah dikenal pada jaman keemasan Raja Arya Bangah, itu
disebabkan oleh sudah adanya pelabuhan di daerah Pasongsongan, dan Raja Arya
Bangah pernah ke pelabuhan Pasongsongan menaiki perahu untuk sebuah perjalanan
laut. Menurut Sri Sundari tokoh masyarakat Desa Panaongan, para nelayan Pasongsongan pada saat itu sudah
bisa membuat perahu kecil yang kanan-kiri perahu kecil tersebut ada bambu
sabagai pengaman agar tidak mudah tenggelam bila mengarungi samudera luas.
Tahan banting kendati ombak besar menghadang dan akan terus melaju membelah
laut menuju tempat tujuan. Orang
Pasongsongan menyebut jenis perahu tahan gelombang ini dengan nama tengkong.
Perahu
jenis tengkong ini menjadi kendaraan laut bagi masyarakat Pasongsongan
untuk menangkap ikan dari dulu hingga sekarang. Nelayan-nelayan Pasongsongan
adalah pelaut yang sudah terkenal tangguh karena mereka tidak jarang sebulan
lebih berada di tengah laut didalam mencari ikan. Masuk akal lantaran para
nelayan itu kalau melaut sebagai penggerak perahunya adalah layar dan dayung. Sementara bekal yang dibawa oleh para nelayan
tersebut yaitu buah kelapa dan gula aren. Dan cara nelayan menangkap ikan di
situ menggunakan alat pancing. Sistem menangkap ikan seperti ini orang
Pasongsongan menyebutnya dengan arombhang.
Sistem
menangkap ikan arombhang adalah
seorang nelayan yang dalam menjalankan aktifitasnya di laut ia menginap
berhari-hari di tengah laut lepas. Sedangkan ikan hasil tangkapannya
dikeringkan apabila hasil ikannya sedikit. Kalaupun ia mendapatkan hasil ikan
banyak biasanya mereka mendarat ke pulau terdekat untuk menjualnya. Bukan
dibawa pulang ke Pasongsongan.
Nama
Pasongsongan mulai mencuat ke altar sejarah
semenjak Raja Bindara Saod yang
sering mengunjungi Syekh Ali Akbar di Pasongsongan. Plus tentang ketangguhan
nelayan–nelayan Pasongsongan yang telah menjadikan nama daerah itu semakin
berkumandang ke seantero pulau di nusantara. Nama Pasongsongan menjadi buah
perbincangan sesama nelayan dari luar daerah. Mereka akhirnya banyak menjalin
persahabatan dengan nelayan-nelayan Pasongsongan karena merasa
senasib-sepenanggungan.
Faktor
lain kenapa para nelayan Pasongsongan menjadi tersohor sebagai pelaut berjiwa
pemberani semenjak dahulu kala, itu karena mereka biasanya kalau hasil
tangkapan ikannya kebetulan banyak hari
itu, maka mereka akan menjual ikannya ke pulau yang jaraknya terdekat dengan
perahunya. Tidak jarang pula para nelayan Pasongsongan bermalam di pulau lain
untuk berangkat melaut lagi esok hari.
Bertolak
dari sinilah pelabuhan Pasongsongan sering kedatangan perahu-perahu dari luar
daerah. Berangkat dari sini pula Pasongsongan akhirnya menjadi pelabuhan yang
tidak hanya menjadi tempat penjualan ikan, akan tetapi bergeser fungsinya
menjadi pelabuhan tempat berniaga apa saja. Boleh dibilang pelabuhan
Pasongsongan kala itu menjadi pelabuhan internasional karena banyak kapal-kapal
dagang yang tidak hanya dari belahan nusantara melainkan juga banyak kapal dari
Negeri Timur Tengah dan China.
Salah
satu jejak bukti sejarah kalau orang yang berasal dari China dulu pernah
menjalin hubungan dagang dengan masyarakat Pasongsongan, yaitu adanya komunitas
orang peranakan China di Pasongsongan sampai sekarang. Ya, sampai sekarang pun kita
bisa melihat komunitas peranakan China yang rumahnya ada di sepanjang jalan
raya Pasongsongan-Sumenep. Rumah-rumah besar dengan aksitektur khusus (berbeda
dengan kebanyakan rumah warga asli
Pasongsongan) yang menunjukkan kalau mereka
sempat berjaya sekian lama menguasai perniagaan di Pasongsongan. Kaum peranakan
China ini cukup dominan dalam mewarnai hingar-bingar perekonomian masyarakat
Pasongsongan. Mereka cukup berarti keberadaannya dalam memajukan wilayah Pasongsongan. Karena merekalah
kemakmuran masyarakat Pasongsongan mulai bergairah.
Pasongsongan
menjelma menjadi pusat terkuat perekonomian Kerajaan Sumenep, bahkan dunia luar
mengenalnya. Kapal-kapal besar acapkali bersandar di pelabuhan pesisir
Pasongsongan setiap hari. Lagi-lagi tak ada satu dokumen yang menerangkan hal
ini.
Sementara
orang-orang yang dari Negeri Timur Tengah selain berdagang, mereka juga
berdakwah sambil mengajarkan agama Islam kepada
masyarakat Pasongsongan. Tetapi orang-orang Timur Tengah (tepatnya dari
Negara Mesir) lebih condong memang ke penyebaran agama Islam. Pada hakikatnya
mereka berdagang karena sebagai wujud dari langkah awal untuk lebih dekat dengan
masyarakat Pasongsongan. Langkah politik ini diambil oleh mereka karena
masyarakat tidak mungkin langsung menerima paham mereka secara langsung.
Semuanya membutuhkan proses sebelum mencapai hajat yang dimaksudkan. (Bersambung)
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.