Langsung ke konten utama

Sembahyang

 


Sembahyang

Puisi: Yant Kaiy

 

dosaku terasa kian sarat saja akhir - akhir ini

barangkali dengan sujud sepanjang usiaku takkan terhapuskan

lantaran aku terlalu kasar kalau berbicara pada kedua orang tuaku

kuakui sejujurnya; aku takkan dapat membayar dengan harta

atas jasa beliau sangat besar dalam hidupku

mulai aku di dalam rahim ibu sehingga kubesar begini

sepatutnyalah kutunduk atas segala perintahnya

namun akhir-akhir ini kuterbiasa melukai perasaannya

lantaran tak sejalan dengan pikiranku

serba salah aku dalam melangkah karena batasan-batasan

kuakui itu jalan yang paling benar menurutnya

sehingga kusering memberontak, membantah kemauan beliau

dan, sejenak itu pula bangkit keinsyafanku akan tak kuasanya diri ini

membendung segala emosi nan membuncah ke ubun-ubun

haruskah aku selalu bersikap bodoh dalam meniti kehidupan ini?

tidak sahabat!... aku akan sepenuh jiwa berusaha

agar tetap tunduk semampuku, sekuat perasaanku membendungnya

 

di sembahyang Jumat ini,

kupaparkan beragam penyesalanku bersama luruhnya rintik membasahi bumi yang setia menemaniku kemana melangkah

lalu kucoba natalkan perasaan seluruhnya ke lembah-lembah bukit

barangkali kutemukan permata keinsyafan tak berakhir sampai di sini

aku ingin sepuas-puasnya mereguk air pelepas rasa bersalah

karena dosaku kepada beliau sungguh tak dapat kutakar

 

sejenak basah kuyub sejadahku tertimpa air mata tak darah

lamunanku mengembara akan neraka mengancam manusia terkutuk seberkas sinar bangkitkan kepedulianku akan Tuhan yang menyaksikan segala gerakku ke mana berada

lantas kumencoba menyelaminya bersama riak hati tak menentu

kegamangan tak terasa lagi di jati diri kian pasti

dalam langkah bersama detak jantung selalu terucap:

“Ampunilah hamba-Mu ini !!!"

 

Madura, 04/12/1992

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p