Langsung ke konten utama

Di Ujung Jembatan



Di Ujung Jembatan

Puisi: Yant Kaiy

 

riak air di bawahku mengundang selera menatapnya

ada bayangan alam nan asri tergambar buram menakjubkan

seketika anganku kembali dari pengembaraan jauh

manakala angsa mengusik ketenangan lukisan alamku

pedih mengiris membawa kesumpekan bertelanjang naluri

segera kuberlalu menanti musim akan berganti dalam derasnya hujan

atau penyesalan menendang ketabahanku tanpa ampun serta maaf

barangkali takkan mungkin jati diriku terpelosok ke lembah-lembah?

hanya doa sebagai ragam penyesalan terlepas dari sangkarnya

semacam mendekatkan diri di balik hujaman kata bukan-bukan

dari mulut ke mulut sampai terlepas ke gunung berhutan lebat

bathinku tak kurasakan melangkah di atas jalan setapak

yang terasa hanya luapan bahagia, mungkin?

aku tak dapat menguraikannya dengan kalimat indah

 

sahabat, yang pernah menemaniku dalam mengarungi duniaku ini

barangkali hanya engkaulah tempatku menambatkan impian

yang sekian lama terpendam di bumi yang kian hampa udara

terjilati knalpot pemerih mata makhluk bernyawa

tak terbayangkan betapa terharunya hati ketika kampungku berpolusi

tradisi modernisasi menembus dinding tanpa takut dan was- was

sesekali mata tak dapat memungkiri peristiwa apa yang bakal terjadi

akankah burung-burung kesayangan kita mati?

akankah anak cucu kita satu demi satu terkapar tak berdaya?

aku akan tetap menanti kepastian ini hingga akhir hayat

di atas jembatan kudapat mengawasi wujud kecomberan.

 

Madura, 05/12/92 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p