Langsung ke konten utama

Elegi Kebimbangan Pagi



Elegi Kebimbangan Pagi

Puisi: Yant Kaiy

 

langkah-langkah tersaruk menerobos dinginnya embun

basahi dedaunan hatiku mangembara serentang usia

bermekaran bunga-bunga alam beraromakan asa berkobar 

sealir darah telah kubentangkan jala di pematang nuranl, barangkali I

ya, hanya satu kemungkinan kudapat lupakan 

derita menggerogoti luka berulangkali kupaksakan menuntun jatidir ini ke slogan liberal 

sekadar manjumput keping-keping harapan

ang pernah merayu telingaku, acapkali terngiang

sampai kutak dapat pejamkan mata menjelang kantuk di pembaringan 

kepasrahan diri, terlebih kesombongan mencuat ke permukaan sikapku

 

telah kuhadang kalimat meninggikan diri sendiri dari mulut

ludah kebencianku terpapar begitu saja

timpakan raga sejenak auskan peluh bak sungai mengalir

kuyub, lelah, terkulai layu menyakiti asaku berkelana

 

biarlah pagi berlalu bernyanyikan kebimbangan menggapai cita

karena di sini banyak kutemukan, segala kesempatan

bergelantunga di ranting-ranting perjuangan

penuh tumbal nyawa serta harta

kita bisa mati lantaran nasib di tangan Tuhan

yang pasti memandang jauh kedepan, hingga

kepastian jalan setapak kutemukan, sebab langkah tak terarah

kini mulai jadi milikku

 

bertautan, karib, erat, lengket, kabur tertangkap lensa mata

kian bingung menentukan langkah-langkah pagi ini

biarpun bergelora, membakar asa

memporak-porandakan onak dunia, tangan-tanganku kaku tak berdaya 

menggenggam semua kegamangan membuncah 

tanpa tedeng aling-aling di batok kepala

 

terkelupas kulit, terjerembab bersama deras kebanjiran air mata

mengalir ke pori-pori bumi berbulu hijau bak bayi minta makan 

tertahan naluri berbau resah menyibak pagi berembun tertampar emosi

terdampar ke tebing-tebing putus semangat

ternyata kuharus berani berjalan menapaki bebukitan citra-cita dari 

kesengsaraan tak ada ujung secuil pun kutatap

kubalikkan raga ingin kembali pulang tanpa apa-apa lagi

namun kembali pulang tak gampang tinggalkan kebimbangan.

 

Madura, 21 /11/92

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p