Langsung ke konten utama

PAN: Mobil tak Berpenumpang

Hairul Anwar,ST,MT.


Opini: Yant Kaiy


Sangat disayangkan SK DPP Partai Amanat Nasional (PAN) No.PAN/A/Kpts/KU-SJ/030/IV/2020 tertanggal 17 April 2020 jatuh ke salah satu pasangan Pilkada Sumenep, Achmad Fauzi dan Dewi Khalifah (Fauzi-Eva). Padahal pasangan yang sudah mengantongi rekomendasi dari DPP PDIP ini bukan merupakan kader PAN. Dan keduanya belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di kantor partai berlambang matahari.

Kejanggalan ini menurut para pengamat politik justru akan sangat merugikan DPD PAN Sumenep. Sebab orang yang semestinya mendapatkan rekomendasi dan sudah banyak berkarya nyata buat PAN justru dia digulingkan. Dia adalah Hairul Anwar, kader terbaik perintis DPC PAN Kecamatan Pasongsongan (1998) dan Ketua DPD Barisan Muda Penegak Amanat Nasional (BM-PAN) Sumenep.

Sikap kecewa pendukung Hairul Anwar akhirnya menyatukan tekad dan berjamaah menggalang kekuatan untuk berpaling dari Surat Keputusan DPP PAN. Mereka dengan kesadaran penuh berkiblat para arah politik Hairul Anwar.

Ini wajar karena sebelumnya hasil rapat pleno di DPD PAN Sumenep disepakati bakal mengusung Hairul Anwar. Kini, sebagian besar DPC PAN tidak akan tunduk-patuh pada SK DPP PAN tersebut. Hal ini berdasar dari wujud kekecewaan.

Para pengamat politik menggambarkan keberadaan DPD PAN Sumenep sekarang ibarat mobil yang (mungkin) tidak ada penumpangnya.[]


Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p