Langsung ke konten utama

Pembelajaran Agama pada Murid SD


Opini: Yant Kaiy
Di akun sosial yang saya miliki akhir-akhir ini dijejali oleh foto dan teks tentang keluh-kesah para wali murid. Kebetulan anak saya kelas 4 di SDN Pasongsongan V Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Saya dan mereka selalu menanyakan kapan akan dimulainya kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Para wali murid ada yang khawatir kalau dampak Covid-19 bisa merubah karakter mental anaknya. Walau para guru menerapkan pembelajaran daring, namun tetap itu tak membuat tenang kami sebagai wali murid.

Sebab tentu berbeda belajar daring dengan belajar berhadapan langsung sama gurunya. Belajar secara langsung melahirkan kesan mendalam lewat sentuhan rasa kebersamaan sehingga tercipta nuansa kemanusiaan yang menumbuhkan jalinan psikologis antara guru dan murid.

Beruntunglah anak kami masih bisa belajar mengaji secara langsung pada ustadznya. Saya tidak bisa membayangkan kalau musholla tempat anak saya mengaji ditutup juga.

Kami berkeyakinan bahwa pendidikan agama akan memupuk moral mereka menjadi manusia tangguh dalam menghadapi situasi apa pun. Dalam agama ada hukum fardu ain, fardu kifayah, sunnah, mubah, halal, makruh, haram. Ini menjadi penting karena anak akan menapaki estafet kehidupan yang lebih kompleks dengan permasalahan lebih luas.

Dalam agama juga diajarkan tentang akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak kepada alam selain manusia.

Semoga pandemi Covid-19 segera berlalu dari bumi nusantara!


Yant Kaiy, penjaga gawang apoymadura.com. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Guru Honorer PAI di Sumenep tidak Terurus

Catatan: Yant Kaiy Tidak adanya rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bagi guru PAI (Pendidikan Agama Islam) di lingkungan Dinas Pendidikan Sumenep, menambah panjang penderitaan mereka. Karena harga dari profesi mulia mereka sebagai pendidik dibayar tidak lebih dari Rp 300.000,- per bulan. Rupanya pihak pemangku kebijakan masih belum terketuk hatinya untuk mengangkis mereka dari lembah ketidak-adilan. Sekian lama guru PAI terjebak di lingkaran mimpi berkepanjangan. Impian para guru PAI ini untuk menjadi PPPK menyublim seiring tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun mereka tetap berkarya nyata walau kesejahteraan keluarganya jadi taruhan. Mereka tetap tersenyum mencurahkan keilmuannya terhadap murid-muridnya. Animo itu terus bersemi karena ada janji Allah, bahwa siapa pun orang yang mendermakan ilmu agamanya, maka jaminannya kelak adalah surga. Barangkali inilah yang membuat mereka tidak bergolak dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak turu

Panji Gumilang Pesohor Akhir Kekuasaan Jokowi

Catatan: Yant Kaiy Emosi rakyat Indonesia berpekan-pekan tercurah ke Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Episode demi episode tentangnya menggelinding bebas di altar mayapada. Akhirnya, lewat tangan-tangan penguasa ketenangan dan kenyamanan Panji Gumilang mulai terusik. Telusur mereka berdasar pernyataan dirinya tentang beberapa hal yang dianggap sesat oleh sebagian besar umat Islam di tanah air. Cerita tentangnya menenggelamkan beraneka berita krusial dalam negeri. Isu ketidakadilan, kasus besar menyangkut hajat hidup orang banyak menyublim di dasar laut Al Zaytun. Banyak orang bertanya-tanya, seberapa perkasa Panji Gumilang di mata hukum Indonesia. Ia bertakhta atas nama kebenaran walau kadang berseberangan jalan dengan organisasi Islam yang ada. Mungkin baginya, berbeda itu indah. Sekarang tugas penguasa menyembuhkan suasana negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Tidak ada nilai tawar.[] - Yant Kaiy, Pimred apoymadura.com

SDN Panaongan 3 Layak Menyandang Predikat Sekolah Terbaik di Pasongsongan

Agus Sugianto (kanan) bersama Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Agus Dwi Saputra. [Foto: Sur] apoymadura.com  - SDN Panaongan 3 terletak di Dusun Campaka Desa Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Lokasinya masuk pelosok dengan jalan rusak ringan. Warga masyarakatnya sebagai besar bekerja di ladang sebagai petani. Musim penghujan mereka bercocok tanam jagung. Musim kemarau masyarakat lebih banyak menanam tembakau.  Ada pula sebagian dari mereka merantau ke kota lain. Bahkan ada yang bekerja di Malaysia, mengadu peruntungan agar kesejahteraan hidup lebih baik. Etos kerja warga masyarakat cukup tinggi. Mereka sadar, putra-putri mereka paling tidak harus punya pondasi keilmuan yang cukup. Agar dalam mengarungi hidup lebih indah, sesuai impiannya. Kendati perekonomian mereka rata-rata lemah, namun masalah pendidikan anak-anaknya menjadi sebuah prioritas. Karena mereka sadar, hidup bahagia itu lebih lestari dengan ilmu. Mereka menginginkan pendidikan putra-putrinya ke tingkat p