Kumpulan Puisi “Virus” (4)
Karya: Yant Kaiy
Anak Rembulan
seorang bocah
menelusuri pematang kota rimba belantara maha
luas. dia yang tertunduk resah, tetepi jejek langkahnya
kian kaku saja. selojorkan kakinya pada setangkai
ranting kering nan rindang. sandarkan diri hingga tertidur lepaskan
segala duka-luka kenistaan menyiksa. entah dimana kiblat sebagai
jati diri tempatnya menggapai cita-cita
semusim. (karena dia
lahir ke alam fana ini
dari cinta tanpa nikah: jadah) baginya hidup pergulatan nista menelanjangi tubuh terkuliti bilur malu memerah mengapuri
hidupnya antara mati
dan tidak.
Pasongsongan,
29/05/92
Cerita dari Tanahku
bumi berpijakku guncang laksana
gempa
rontokkan segala di permukaan
padahal otak
manusia kian cair kian hari
membuat penemuan
untuk kesejahteraan
umat manusia, namun porak-poranda…
perang telah menambah derita kaumnya
dan
makhluk bernyawa lainnya
hanya karena sebuah sengketa yang meruncing
akibat perebutan kemenangan serta kekuasaan
keserakahan telah menelanjangi
pergumulan seru
tirani tidak kunjung padam
malah semakin berkobar-kobar
mata ini
selalu simbahkan sungai kecil di rona pipi
mengalir deras seiring ritme rudal
menghangusi tanahku
yang kudus
gemuruh pesawat tempur tembakkan luka
ke tanah tak
berdosa. Kami yang tertidur pulas
terbangun seketika dari bereneka impian
selangit
suatu saat nanti puisi adalah batuk-batuk
mesiu
membawa panji maut dan senantiasa
berkibar
bebas di alam luas. bahkan, mainan
anak-anak kita pun akan
bergenti nuklir
bukan gamelan dan saronen
drakula - drakula akan memangsa
habis
dari ceceran darah
di tanah kita.
Pasongsongan, 29/05/92
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.