Amazing Goa Soekarno Pasongsongan (12)
Penulis:
Yant Kaiy
Wangsit
Sukardi
Sukardi
berasal dari Jember dan menempati Goa Soekarno pada tahun 2001. Ia menikahi
perempuan bernama Puhana yang tak lain adalah anak tercinta dari Ceng Rasyidi.
Selanjutnya pasangan ini menempati Goa Soekarno sampai akhirnya mempunyai satu anak
laki-laki tampan bernama Joko Satrio Nurcahyo.
Sebelum
menempati gua tersebut, menurut pengakuan Sukardi kepada Ceng Rasyidi, ia
mendapatkan wangsit (petunjuk) ketika
dirinya berada di Jember. Wangsit itu datang ketika dirinya sedang menjalani
riyadah di sebuah tempat keramat di Kabupaten Jember.
Sukardi
sebelumnya tidak pernah ke Desa Panaongan. Ia berangkat dari Jember menuju gua tersebut seorang
diri. Ia mengikuti petunjuk yang ada
dalam wangsit tersebut.
Sebelum
Sukardi menempati Goa Soekarno, Ceng Rasyidi menyarankan agar di sekitar gua
dibersihkan dulu dari semak belukar. Sebab banyak ular yang bersembunyi di
balik batu cadas. Kalau tidak dibabat maka bahaya ular akan senantiasa
mengancam keselamatan jiwanya sewaktu-waktu.
Ceng
Rasyidi dengan beberapa orang tetangganya turut bahu-membahu membersihkan tumbuhan
liar di sekitar gua. Ternyata memang benar, banyak ular yang mematikan
ditemukan di situ. Lantas ular-ular itu dimusnahkan oleh Ceng Rasyidi.
Selama
berada di dalam gua yang Sukardi kerjakan adalah bertirakat/laku batin. Keluar
gua hanya sewaktu-waktu. Itu pun sangat jarang. Tidak beberapa lama kemudian
Sukardi mulai dikenal masyarakat luas. Banyak orang yang bertamu dengan maksud
meminta petunjuk kepadanya dari sekian banyak masalah atau himpitan hidup.
Sukardi
adalah seorang pengembara dan suka bertapa di tempat-tempat angker. Dia juga
punya ilmu tembus pandang, bisa berdialog dengan makhluk gaib. Bisa menerawang
orang lain walau berada di luar negeri dengan ilmu mata batinnya. Itulah beberapa
kelebihan yang dimiliki Sukardi, demikian cerita Ceng Rasyidi.
Dulu
sebelum masuk lampu PLN, Sukardi menggunakan talpek (sebangsa pelita)
sebagai alat penerangan di gua. Sedangkan jarak rumah Ceng Rasyidi dengan Goa Soekarno sekitar 500 meter dan Sukardi jarang ke rumah
mertuanya.
Walaupun
serba terbatas dengan fasilitas layaknya orang yang tinggal di sebuah rumah,
Puhana tidak pernah mengeluh atau menuntut kepada suaminya untuk sekadar
mendapatkan perabot rumah tangga. Puhana tetap setia mendampingi suaminya.
Kendati
Puhana dan Sukardi menjalani hidup prihatin dalam gua, namun mereka tetap
bahagia, membesarkan anaknya penuh kasih-sayang. Mereka menempatkan wujud
syukur dalam setiap detak jantungnya. Tidak pernah mengeluh. Sukardi yakin kalau
Tuhan akan menyayangi umat-Nya apabila manusia itu sendiri dekat kalbunya
kepada Sang Khalik.
Tempat
Tirakat
Sebenarnya
kenapa banyak orang jaman dahulu yang tinggal di gua dalam menjalankan tirakat.
Menurut Kiai Haji Ismail Tembang Pamungkas, tentu hal itu disebabkan agar tidak terganggu konsentrasi mereka dalam menyatukan
alam pikirannya dengan Sang Pencipta. (Bersambung)
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.