Sekapur Sirih Antologi Puisi “Jadah” (IV)
Catatan: Yant Kaiy
Rasa pesimistis di
hati kecil saya sebelumnya senantiasa menghantui gerak-langkah yang saya
ciptakan sendiri. Kebimbangan, keraguan, keresahan, bahkan rasa semacam putus
asa turut menggelitik dan mendera kalbu. Tetapi saya tak mungkin menjilati
kembali ludah yang telah terbuang ke tanah itu, bagaimanapun akhirnya saya
harus mandi dan membasahi tubuh ini dengan asa tersisa, apa pun tantangannya,
saya takkan pernah peduli lagi.
Hal itu merupakan
ikrar setia yang sudah tertanam sekian lama di lubuk hati paling dalam. Maka
tak berlebihan kalau saya selalu saja menulis dan menulis, mengabadikan semua
yang tertangkap lensa mata dan terasa oleh hati nurani, meski nanti semua orang
takkan pernah peduli terhadap apa yang saya ciptakan. Paling tidak saya pribadi
berharap akan menjadi tonggak sejarah bagi keluarga saya sendiri.
Saya berharap kepada
Anda, apabila Anda telah memutuskan diri untuk menggeluti dunia seni, maka
bersiap-siaplah Anda untuk menjalani hidup sengsara dengan beribu-ribu jarum
problematika yang akan siap mementalkan pijakan Anda sebelumnya. Ini saya
ketakan bukan untuk menakuti Anda. Bukan! Setidaknya hal itu merupakan
pengalaman sejati saya.
Anda juga boleh
menganggap semua yang saya kemukakan tadi adalah kalimat bombastis belaka.
Boleh - boleh saja. Namun yang jelas; Chairil Anwar di saat bumi nusantara terjadi penjajahan bisa
melahirkan sajak berjudul Aku;
Pramudya Ananta Tour ketika menjadi tahanan politik di Pulau Buru dapat
melahirkan karya besar berupa empat serangkai novel, yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca; Kahlil Gibran menelorkan Sang Nabi yang mendapatkan sambutan
hangat masyarakat internasional, karyanya itu lahir karena Kahlil Gibran
melihat dengan mata-hatinya tentang kesewenang - wenangan pemerintahan Libanon;
Motinggo Busye dapat menulis karena dirinya merasa lapar. (Bersambung)
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.