Wanita di Mata Islam
Catatan: Yant Kaiy
Kalau kita berbicara
tentang wanita, maka banyak orang yang menyebutnya dengan nama perempuan,
puteri, ibu, gadis, atau dara, dan lain sebagainya yang merupakan sejenis
makhluk dari bangsa manusia yang halus kulitnya, sendi-sendi tulangnya lemah
serta agak berlainan susunan dan bentuk tubuhnya (anatomi) dengan susunan dan
bentuk tubuhnya dari kaum lelaki.
Pada masa Jahiliyah,
yakni sebelum kedatangan nabi kita (Muhammad SAW) banyak manusia yang mempunyai
anggapan atau sangkaan dan pendapat, bahwa kaum wanita atau perempuan merupakan
suatu benda yang tak berjiwa dan dianggapnya pula makhluk yang menjijikan serta
masih banyak anggapan yang nadanya merendahkan derajat kaum wanita.
Tetapi setelah nabi
Muhammad SAW utusan Allah SWT dating ke muka bumi dengan membawa suatu petunjuk
bahwa kaum wanita juga merupakan golongan manusia, serta dijadikan dari jenis
lelaki yang juga dijadikan kawan hidup kaum lelaki.
Dari Al-Qur'an Allah
SWT. telah menerangkan dengan gamblang bahwa kaum wanita dijadikan dengan Allah
dari jenis laki-laki;
"Dia (Allah) yang telah dijadikan kaum
dari nafas yang satu, dan ia telah dijadikan jodohnya itu dari padanya.” (Surah Al-A'raf:
1989).
"Dia (Allah) yang lelah dijadikan kamu dari
nafas yang satu, dan ia telah jadikan jodohnya (nafas) itu dari padanya.”
(Surah An-Nisa :1).
"Dia (Allah) telah jadikan kamu nafas yang
satu, kemudian ia jadikan jodohnya dari padanya.” (Surah Az-Zumar: 6).
Kalau kita lihat dari
ketiga ayat Al-Qur'an tadi, maka dapat diambil satu kesimpulan bahwa asal-usul
kejadian umat manusia itu sebenarnya dari nafs yang satu, yakni dari jenis atau
hakekat yang satu, yang dari dirinya pula oleh Allah dijadikan jodohnya. Jadi
kesimpulannya, jodoh tersebut dijadikan dari jenis atau hakekat yang satu tadi.
Kaum lelaki akan
sangat tenang dan tenteram hidupnya di planet bumi ini apabila mempunyai pasangan
hidup yaitu adanya wanita, serta sebaliknya kaum wanita pun begitu. Dan dengan
perbedaan mereka berdua saling cinta-mencintai, sayang-menyayangi yang
selanjutnya dapat juga masing-masing saling kuasa-menguasai.
Seandainya keduanya tidak
dijadikan berlainan coraknya serta sifatnya, maka tidak akan mungkin dijadikan
mereka dapat bercampur dan sepakat sedikit pun, karena peraturan-peraturan yang
berlaku di muka bumi ini adalah didasarkan atas "kebersamaan” segala
sesuatu yang berlainan atau lebih gamblangnya peraturan tersebut mengatur tata
kehidupan agar umat di dunia ini berperilaku lebih baik dari makhluk yang
lainnya (hewan).
Kita ketahui, hal-hal
yang berkaitan dengan makhluk kategori wanita, banyak dari bangsa manusia itu
sendiri yang terang-terangan menentang atau lebih kasarnya menyalahi peraturan
yang ditetapkan oleh Allah, bahkan lebih terkutuk mereka itu dengan ringan
menentang serta mencemoohnya.
Dan tentang hal ini
telah tercatat rapi dalam suatu sejarah, sampai sekarang kenyataan demi
kenyataan telah terjadi. Yakni menurut penyelidikan para
pakar bahwa golongan wanita di muka bumi ini sejak dari dahulu hingga sekarang
telah melalui tiga periode, yaitu dengan tiga tingkat pikiran yang berbeda-beda:
1. Menghinakan adalah saat kaum wanita pada umumnya di pandang sebagai makhluk sebangsa hewan atau binatang, bahkan lebih hina-dina dari makhluk binatang. Tak ada sejumput pun rasa perikemanusiaan.
2. Mendewakan adalah suatu sikap kaum wanita umumnya dianggap dan dipandang sebagai mahadewi yang dipuja dan dipuji, namun kesemuanya itu semata-mata hanya sarana memuaskan kaum lelaki. Yang akhirnya, dengan demikian itu, kondisi kau wanita pun sebagai sampah juga. Kendati pada jaman kini kaum wanita telah mendapat hak atau keleluasaan selaku makhluk bangsa manusia.
3. Menyamakan adalah saat ini yang disebut juga dengan zaman modern atau lebih populernya abad nuklir, di sini kaum wanita disamakan haknya dengan kaum lelaki. Di sini pula kemerdekaan kaum wanita telah bangkit, bebas menentukan segala sesuatunya.
Sebetulnya dari ketiga periode tersebut di atas, masih ada satu lagi suatu tingkatan fikiran yaitu filsafat yang berdiri ditengah-tengah dari ketiga fikiran tersebut, yaitu tidak menghinakan, tidak mendewakan, dan tidak menyamakan. 'Wanita tetap wanita'. Bukan semestinya dipandang sebagai binatang, tidak seharusnya dianggap sebagai dewi, dan tidak pula dianggap sebagai kaum lelaki.
Aliran filsafat ini merupakan dari pimpinan
Islam, sesuai asal kejadian kaum wanita. Segala sesuatunya telah diciptakan dan
ditetap oleh Allah SWT. Dimana manusia di muka bumi ini harus tunduk serta patuh atas segala
peraturan-Nya.[]
Publish: Koran Berita Yudha (3/5/1992)
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan agar kita bisa memberikan pengalaman yang baik untuk pengunjung. Terima kasih.